CHAPTER 30:Almighty Mage
Caesar's View
Jleb!
Belatiku menancap dalam ke dalam dada monster berbentuk banteng.
Monster itu mengerang, dan tumbang dengan belati di dadanya.
Aku menarik belatiku dan memeriksa ke sekelilingku.
Monster keenam yang kubunuh disini
SIAL!
Dimana dia?!
Dia pasti ada disini.
Aku lihat kotak message ku
Dia tidak membalas messageku. Apa dia benar benar marah padaku?
Axel....
Kuhunuskan pedangku pada Harpy yang hampir saja mencengkram bahuku.
Nyaris...
Aku menancapkan pedang keduaku padanya. Harpy itu terpekik pelan dan jatuh.
Aku langsung meninggalkan monster itu dan berlari jauh ke dalam bayangan pepohonan
Dimana...?
============flashback=====================
Aku berlari keluar membawa semua senjataku.
"Sir Caesar, anda masih online? Anda mau kemana? Mau pergi berburu?"
Aku menoleh, seorang penjaga dengan jubah cokelat mendatangiku.
"Ah, Linguine? Kau melihat Axel?"
Dia mengernyitkan dahinya pelan.
"Captain Axel? Kukira dia sudah offline? Tunggu dulu, tadi dia berbelanja di rune shop. Coba Sir Caesar tanya pada orang orang disekitar sana."
Aku menghela nafas sambil menatap ke arah yang ditunjuknya.
Toko sekaligus sebuah bar kecil di pojokan Kastil Valerie, beberapa orang tampak masih duduk disana sambil berbincang.
"Terimakasih. Oh ya, dia bukan Captain, Dia Colonel, mulai dari saat ini.."
"He...?"
Pria berjubah itu tampak masih belum bisa mencerna kata kataku barusan saat aku meninggalkannya. Aku berjalan ke arah toko itu, dan memandang berkeliling.
Tidak ada seorangpun yang kukenal. Mereka semua tampaknya pasukan pasukan tingkat bawah. Karena terlalu banyak aku jadi tidak bisa mengenal semuanya.
"Sir Caesar! Wah wah, ada apa ini!? Barusan Captain Axel datang kemari, dan sekarang Chief Strategist juga? Sebentar lagi pasti Bishop pun datang kesini!"
Seorang pria dengan pedang besar dan wajah bercambang tertawa keras. Aku menatapnya sebentar, kemudian segera mendatanginya.
"Kamu melihat Axel? Kemana dia...?"
Pria itu terkejut. Dia sejenak terhenyak, kemudian mengerjapkan matanya.
"Waw, waw, sabar, ada hal serius apa ini...?"
Aku menyisir rambutku dengan tanganku
"Ah, maaf! Aku ada perlu, apa kau tahu dia kemana?"
Pria itu sejenak mengingat ingat.
"Hmm, tadi dia cuma membeli delapan rune yang benar benar mahal untuk tongkat barunya, setelah itu dia pergi. Aku tidak mendengar apa apa tentang kemana dia pergi..."
"Ah! Tadi dia bilang dia mau membeli perlengkapan di Chisa untuk tongkat barunya. Dia tampaknya sedang bersiap siap sekali. Apa kita akan segera perang lagi?"
"perang?! "
" Kita akan berperang?!"
Aku menggeleng cepat, berusaha menenangkan gerombolan orang yang mulai panik karena pembicaraan barusan.
"Tidak, tidak akan ada perang! Aku hanya mencari Axel! Apa ada yang tahu dimana dia?"
Aku mengarahkan mataku berkeliling.
Seorang wanita dengan rambut putih dan baju ungu yang terlalu terbuka untuk disebut sebagai pakaian meneguk minumannya dan menatap genit ke arahku.
"Captain Axel..? Tadi dia bilang mau pergi ke Forest of Confusion saat berbelanja rune padaku... Apa Sir Caesar mau aku menemani kesana?"
Dia mengedipkan sebelah matanya ke arahku.
"Ah! Itu dia! Terimakasih!"
Aku segera pergi berlari meninggalkan wanita itu mendengus kesal
Biarin! Aku masih ada hal yang jauh lebih penting untuk dikerjakan daripada meladeni cewek gatel!
Sebentar....
Dia kayaknya Rune Mistress pribadi Bishop Arsais....
......
=========end of flashback=======
Aku terus berjalan menembus hutan. Tempat ini tidak terlalu membingungkan, tumbuhannya pun jarang jarang, sehingga memberikan kesan bersahabat. Tapi di dalamnya, berbagai monster dengan kekuatan yang lumayan besar bersembunyi dalam ketenangannya.
Aku terus berlari, beberapa monster tampak menyadari keberadaanku dan mengejarku, tapi aku tidak memerdulikannya.
Aku tidak akan jadi pengecut seperti dulu! Aku akan menyelamatkannya!
"Sial! Anak Bodoh!"
Aku terus berlari. Beberapa monster yang muncul di hadapanku langsung kutebas begitu saja.
Sudah 4 jam aku mencari dan dia tidak juga kutemukan. Sesuai namanya, Forest of Confusion memang terkenal karena jalannya yang berlika liku dan penuh dengan dinding alami pepohonan, menciptakan labirin alami, bila memasukinya tanpa persiapan, sangat mungkin untuk berakhir tersesat dan dihabisi monster disekitar sini, karena itulah beberapa petualang memilih untuk berburu di dekat jalan masuk hutan.
"Kemana kau...."
Langkahku terhenti saat aku melihat segundukan kain di tanah.
"Tas Axel..."
Aku pandangi serpihan kain itu, tampak bekas cakaran dimana mana dan berbagai benda yang ada didalamnya tercerai berai begitu saja.
Kutatap daerah sekitarnya, tampak banyak bekas darah tercecer dimana mana.
Aku menatap lemas dengan keadaan di sekelilingku.
jubah hijau yang selalu dipakainya juga teronggok begitu saja.
Aku berjalan gontai sambil memegangi pakaian Axel.
Aku mengiriminya message
From : Caesar
To : Axel
Axel, kamu dimana?
Kutunggu.
Semenit, Sepuluh menit...
Jawaban darinya tidak juga datang.
Kurasakan darahku menjadi dingin...
Sebulir air mata menerobos pertahananku dan mengalir bebas ke daguku.
"Kenapa, Kenapa aku yang terlambat.... Aku bahkan... Belum tahu siapa nama aslimu..."
Pikiranku kosong, aku tidak bisa memikirkan apapun lagi.
Aku gagal melindunginya! Mungkin Arsais benar, Aku memang enggak jodoh sama Axel...
Aku memeluk erat jubah hijau yang sekarang sudah sobek dimana mana.
Kurapatkan kedua lututku dan melamun.
Aku tidak tahu apa yang mesti kulakukan.
Buagh!
Sakit...
Apa ini..?
Aku sudah terkapar saat aku baru menyadarinya. Seekor Minotaur baru saja menghantam pelipisku dengan Palu besarnya. Aku tidak menyadari keberadaannya sedari tadi.
Pandanganku terasa kabur.
Kepalaku pening.
Aku bisa saja segera berdiri, tapi entah kenapa, tubuhku menolak. Kepalaku berdenyut nyeri, membuat tubuhku lumpuh karena rasa sakitnya.
Minotaur itu kembali mengayunkan palunya ke arahku, membuatku terpental jauh.
Darah mengalir leluasa dari mulut dan hidungku. Tulangku terasa remuk.
"Axel..."
Aku merasakan hantaman palu kembali di tubuhku. Aku terpental kembali, Minotaur itu meraung keras, dan berlari ke arahku.
Aku tersenyum simpul.
Mungkin ini lebih pantas untukku..?
BUAK!
Sebuah hantaman telak menghajar punggungku.
Pandanganku sudah begitu kabur. Aku merasakan sakit yang luarbiasa di sekujur tubuhku.
Aku mendengar raungannya kembali.
Raungan itu terasa begitu jauh dariku, walau aku merasakan getarannya di samping tubuhku.
"Tunggu apa lagi..? Sekali lagi..."
Aku sudah tidak bisa bergerak lagi. Aku hanya bisa terbaring pasrah.
"SIR CAESAR! AAAAAAA!!!!!!!"
Suara itu? Axel?
Aku pasti bermimpi...!
Halusinasi kah?
Aku memejamkan mataku, darah kembali mengalir dari mulutku.
Mulutku terasa amis, sekujur tubuhku tidak bisa kugerakkan.
Aku merasakan ada pertarungan di dekatku. Aku membuka mataku.
Seorang pria kecil dengan rambut pendek dan bertelanjang dada dengan hanya mengenakan sebuah celana panjang tampak bertarung sengit dengan monster di hadapanku.
Aku mengenali sosok itu...
Axel..?
Axel..?
Dia Axel! Aku tidak bermimpi!
Axel melebarkan kedua tangannya membentuk dinding sihir dengan tongkatnya yang beterbangan untuk menangkis ayunan palu dari monster itu.
Ketujuh tongkat lainnya tampak melayang mengikutinya.
Dia melepaskan tongkatnya, dan membuka kedua tangannya.
"The Shreeding!"
Sebuah tongkatnya menyala kehijauan dan kilatan cahaya berbentuk bulan sabit menyayat monster itu.
Aku mengenali sihir itu. Bukankah itu True Rune Bishop Arvyn..? Dia menggunakannya?
"SIAL!"
Axel tampak bertarung dengan sengit. Raut kemarahan tampak jelas di wajahnya. Ia hanya mengenakan celana panjang, sementara jubahnya masih teronggok di lantai, membuatku menyadari, bahwa tubuhnya ternyata selama ini lebih kurus dari yang kuduga. Rambut basahnya menitikkan tetesan air ketika ia melayang menghindari serangan monster itu. Ayunan palu monster itu hampir saja mengenai dada telanjangnya saat sebuah tongkat langsung terbang melesat dan melindunginya dengan sebuah tameng Manna berwarna kebiruan.
Dia menunjukkan telunjuk kanannya sembari melirik sebuah tongkat yang terbang di punggungnya.
Tongkat itu naik, dan kilatan cahaya berwarna jingga membutakan mataku.
"EXPLOSION!"
Puluhan naga api datang dan menabrak monster itu. Puluhan naga api itu membuat ledakan dan dentuman memekakkan tekinga saat mereka menyentuh tubuh Minotaur.
Serangan Bishop Pixel? Benar! Itu serangan Pixel! Tapi lebih lemah, melihat monster itu masih berdiri.
Axel tidak tampak kelelahan sama sekali.
Baru sekali ini aku melihatnya bertarung sendirian, sebelumnya dia hanya jadi pendukung dari belakang. Dia bisa meniru True Rune para Bishop..?
Dia melipat sikunya, kemudian membuat gerakan memotong vertikal di udara, dan segera saja sebuah pillar batu jatuh dan menghantam monster itu.
Minotaur itu roboh dan segera menghilang.
"Fuah..."
Axel menghela nafasnya lega. Dia berbalik dan menatapku.
Aku benar benar malu karena harus bertemu dengannya dalam keadaan seperti ini. Jubahnya masih tergenggam erat di tanganku yang sudah hancur.
"Mother Ocean..."
Air entah darimana tiba tiba menggenangiku dan menghanyutkan semua darah yang ada, dan lukaku tampak sudah menutup. Aku berdiri dan menatap sayu ke arahnya.
"Barusan, skill Bishop Wyatt, benar?"
Axel mengangguk lemah, dia menatap ke arahku
"Yeah, Aku bisa meniru jurus yang sudah pernah aku lihat."
Aku mengangguk takjub, kemudian menatap ke arahnya lekat. Aku pandangi tubuhnya.
Dia tampak menyadari dan menutupi tubuhnya.
"Maaf, aku berusaja membersihkan bekas bertempur di kolam disana, saat aku dengar ada keributan disini."
Aku tersenyum ke arahnya. Wajahnya kembali memerah.
"M..Maaf, tasku rusak saat bertempur tadi. Jubahku juga kotor, karena itu tadi kulepas..."
dia masih tidak berani menatap ke arahku.
=======================================
Axel's View
Syukurlahh!
T_T
Aku datang tepat waktu! Kalo ga Sir Caesar pasti udah lembut selembut daging sate yang digebukin mama pake palu!
Aku belum sempat pake baju tadi, soalnya aku dengar ada keributan dan langsung datang. Baju atasanku kutinggalkan begitu saja di pinggir kolam.
Dan sekarang?
Sir Caesar jadi liat aku telanjang dada gini!
Malu!
Tapi cuma di game sih
Yahh, tapi tetap aja maluu!
Sekarang aku bener bener salah tingkah! Aku jelasin semua yang terjadi barusan kepadanya.
Dia tidak berbicara apapun. Dia masih menatapku lekat. Aku cuma bisa menunduk sambil nutupin badanku
Maluu!
T_T
"Sir Caesar, marah ya.."
"Ahh.."
Sir Caesar tiba tiba memelukku dengan kuat. Aku bisa merasakan debaran dadanya berdetak keras menghantam dadaku
"Syukurlah kamu ga kenapa kenapa! Aku bener bener kuatir..."
Aku terdiam! Bingung mau ngomong apa! Gatau deh!
>,<
Dia masih terus memelukku. Dadaku rasanya mau pecahh!
"Sir Caesar kuatir??"
Dia mengangguk pelan
"Aku takut, aku lagi lagi gabisa melindungimu..."
Aku terdiam mendengar kata katanya barusan.
Aku seneng banget! Sekaligus malu banget
Ahh!
Dia melepaskan pelukannya dariku, dan menatapku lekat sambil terus memegang bahuku.
Cup...
!!!!!!!!!!!!!
Bibirnya mendarat dengan sukses di bibirku. Sejenak aku terkejut dengan kelakuannya, dan diam membatu, kemudian dengan refleks aku mendorongnya.
"AHHH!"
"
Aku terpekik kaget.
Dia tampak lebih terkejut daripada aku, kemudian segera membuang muka
"M..Maaf, maaf, aku ga bermaksud!"
Aku masih terdiam dan shock dengan ciuman barusan.
"Sial..."
Dia mengumpat, kemudian menyeka bibirnya
"Axel, pulanglah, sudah jam segini!"
Aku mengangguk pelan, mulutku terkunci. Aku gatau mau bilang apa!
Dia menemaniku pergi keluar dari hutan.
"Selamat, untuk kenaikan pangkatmu jadi Colonel..."
Dia memberiku ucapan selamat tanpa memandang ke arahku.
"Iya.."
Aku masih belum bisa menguasai diriku karena kejadian barusan.
"Maaf untuk yang tadi, hmm, kupikir kamu sudah aman sampai disini. Aku tinggal dulu!"
Sosoknya menghitam, pertanda karakternya sudah dipindahkan ke Kastil dan orang yang mengendalikannya sudah Logout dari game.
Aku menghela nafas
Apa dia merasa tersinggung dengan perbuatan barusan..?
Ahh!!
T^T
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro