Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 25:Deadly Incompatibility

Caesar's View

Sudah 4 hari ya?
Sepi juga...

Hari ini sudah 4 hari Axel ga online, aku gatau apa alasannya, dia cuma kirim message bilang gabisa online sementara waktu.

Langkah demi langkah berlalu, aku berjalan tanpa tujuan. Hari ini sebenarnya giliran pasukanku untuk pergi berlatih untuk berperang, tapi hari ini aku sengaja tinggal di Kastil karena hari ini adalah hari pertemuan Arsais dengan 4 Bishop lainnya.

Entah kenapa, semenjak kejadian Warlord's Suit itu, aku jadi sendirian. Axel ga pernah lagi mengajakku pergi atau berlatih.  Arsais juga hanya memanggilku kalau ada hubungannya dengan urusan diplomatik dan masalah masalah yang perlu kutangani.
Aku berjalan ke arah taman, aku menengadahkan kepalaku ke atas beranda.

Arsais sedang berdiri di beranda dan menatap jauh ke arah tanah tandus di lingkungan sekitar Kastil. Dari wajahnya tampaknya ada sesuatu yang dipikirkannya. Entah sejak kapan, dia selalu menutup tangannya dengan sarung tangan. Aku juga ga pernah menanyakan, kenapa dia sering merintih kesakitan akhir akhir ini. Hubunganku dengannya benar benar sudah menjauh.

Aku mendudukkan diriku di pohon yang berada sedikit tersembunyi dari beranda tempatnya berdiri,  memposisikan diriku di titik butanya, tetapi dari sini aku bisa dengan leluasa memandang ke arahnya.

Alvin,  atau Arsais aku memanggilnya di game ini, Lelaki yang dulu sempat menarik perhatianku. Dialah laki laki pertama yang membuatku tertarik. Padahal sebelumnya aku tidak pernah suka pada cowok manapun. Aku juga ga pernah berpikir tentang orientasi seksualku. Tapi saat ini, hal itu tampaknya perlu aku pertanyakan.

Arsais tampak menulis sebuah surat lewat jendela messagenya, kemudian mengirim pesan itu.
Senyum?
Sejenak Arsais tersenyum pelan saat pesan itu terkirim.

Aku memicingkan mataku.
Dia tampak tersenyum senang, tampaknya surat barusan benar benar penting untuknya. Kemana surat itu dikirim?
Axel kah?

Deg!

Mendadak segaris luka di dadaku yang sejenak terlupakan mulai terbuka. Aku meremas dadaku.

Terasa sangat panas...

Semua perlakuanku pada Axel kembali berputar di kepalaku.

"Sialan..!"
Aku membenturkan kepalaku ke batang pohon yang kusandari.

"Sial.. Sial.. Sial...!"
Aku menoleh ke arah Arsais.
Dan dia sedang menatap ke arahku.
Arsais menyeringai pelan saat pandangan kami bertemu.

Apa dia menertawakanku?
Mengapa harus dia yang berbuat begini kepadaku? Tak bisakah aku tetap menyukainya?
Araais masih tetap menatap tajam kepadaku, sampai sejenak kemudian ia sudah berlalu masuk ke dalam Kastil.

"Caesar? Mana bosmu?"
Seorang pemuda dalam setelan merah dengan ikat kepala putih menepuk pundakku pelan

"Bishop Pixel? Anda berjalan kaki kemari?"
Pemuda yang tampak berusia 17an itu menyeka peluh di lehernya. Dia mengangguk pelan dan tersenyum.

"Ya! Sekalian latihan. Kalian tahu? Monster di daerah sini memang mengerikan! Untung kebanyakan berelemen tanah,  jadi Fire Rune ku bisa mengatasinya.

Dia menyeka peluh di dahinya sambil memasang raut wajah lega. Aku tertawa pelan mendengar perkataannya

"Silahkan masuk. Kurasa Bishop lain juga segera tiba..."

Kami berjalan beriringan memasuki Kastil sambil berbincang bincang.
Orang yang ada di hadapanku memiliki kekuatan yang sama seperti Alvin, Seorang Elemental Bishop. Hanya saja, selama ini Alvin ga pernah menggunakan kekuatannya.

"Kudengar kalian bertengkar? Tapi kenapa kelihatannya baik baik saja?"
Aku hanya tersenyum simpul.

"Tidak, aku dan Lord Arsais baik baik saja..."
Baru beberapa langkah kami berjalan di lorong, tiba tiba sebuah terpaan angin kencang dan seberkas sinar berbentuk sabit melayang ke arah kami

Aku dan Bishop Pixel langsung menghindar. Sesaat kemudian, ratusan sabit bercahaya hijau kembali menemukan jalannya, melesat ke arah kami.
Bishop Pixel mengangkat kedua tangannya,  kemudian membentuk dinding api,  sesaat sebelum berkas berkas sinar itu menabraknya,  menciptakan ledakan besar yang membuatku dan Bishop Pixel harus melesat mundur. Aku mengatur nafasku yang memburu, sementara Bishop Pixel hanya menepuk dahinya pelan sambil menggeleng.

"Pasti "dia" sudah datang..."

Aku meringis pelan. Aku sudah tahu siapa yang dimaksudnya.

"KAU! BERANINYA MEMANGGILKU! SIAPA KAMU KIRA DIRIMU! Storm Cutter!"

Seberkas angin setajam silet menebas ke sekeliling Aula yang baru kami masuki, beberapa benda terbelah menjadi dua.
Arsais yang menjadi sasaran serangan itu langsung menepisnya dengan dinding tanah yang ditariknya dari lantai istana
Yep
Aku harus memanggil bagian perbaikan setelah ini....

Arvyn tampak tersenyum mengejek
"Heh! Earth Bishop, tapi ga bisa pakai True Earth Rune? Malah cuma pakai Mother Earth Rune?"

Arsais tampak terhina dan melemparkan seberkas pilar batu ke arah Arvyn

Arvyn langsung bergerak mundur dan membelah Pillar itu menjadi dua tanpa kesulitan.  Ia menyeringai.
"Mana mungkin Rune murahanmu bisa menang melawan True Wind Rune?"

"Diam!"

Arsais tampak sangat terhina. Entah kenapa, kalau didepan Lord Arvyn, dia jadi seseorang yang sangat berbeda.

Dalam sekejap didepan kami sudah berlangsung pertempuran seru antara Arsais dengan Arvyn, bongkahan tanah dan kilatan pisau bercahaya terlepas tak tentu arah,  dan keduanya terus bergumul di tengah lingkaran badai angin berlapis tanah dari hasil pertempuran keduanya.

"Heh! Kudengar kamu ngambil True Earth kan? Kenapa ga dipakai? Ga bisa mengendalikannya?"

Arvyn masih terus memanas manasi Arsais sambil terus menghindar dan menyerang.
Benar juga, selain kemarin untuk menolong Axel, dia tampaknya ga pernah menggunakan Rune nya. Apa dia ga mau Runenya ketahuan?
Pertempuran seru itu masih terus berlanjut. Memang selalu begini. Setiap dua bocah ini bertemu, mereka pasti langsung berusaha saling bunuh...

Mendadak pertempuran berhenti. Mereka tampak terhenti di tempat. Getaran getaran kecil terlihat dari badan mereka. Kilatan listrik kekuningan menyeruak keluar dari area bulat di sekeliling mereka, aku merasakan bulu kudukku meremang.
Arvyn mendengus kesal

"Badanku... Kesemutan. Greg! Pasti kau! Keluar!"

Seorang Bishop lagi dengan pakaian Cokelat muncul dari belakangku sambil mengangkat tangan kanannya di samping bahunya. Pedang sebesar lengan orang dewasa tersampir di pinggangnya.
Arsais ikut menatap ke arah Greg.

"Greg? Badanku kesemutan. Static Field ini...  True Lightning Rune?"

Arsais memegangi tangannya
Greg mengangguk pelan, kemudian menurunkan tangannya.
Arvyn langsung melesat ke arah Greg, dengan cincin angin di sekelilingnya. Arsais langsung mengejar rivalnya melaju ke arah Greg.
Arvyn baru membuat sekumpulan sabit dari cahaya saat mendadak badannya terpatri dalam sebongkah es, begitu juga dengan Arsais, yang kakinya tertahan dengan es yang tiba tiba muncul di hadapannya
Wyatt dengan senyum jenakanya muncul dari pintu di samping kami.

"Maaf, telat!"

Dia tertawa senang melihat hasil karyanya.
Arsais cuma berdiri mematung sambil memandangi kakinya, sedangkan Arvyn tampak tak berdaya dalam kurungan esnya

"Arsais, Arvyn, kalian memang pasangan paling akur deh!"

Wyatt kembali tertawa senang sambil berjalan melewati mereka

"Kalian benar benar mematahkan hatiku!"
Dia tertawa pelan kemudian berdiri di belakang Arsais dan Lord Arvyn

"Pixel, giliranmu..."

Pixel yang daritadi hanya asyik menonton mengangguk paham.
Pixel menjentikkan jarinya dan sebuah api berbentuk naga muncul dari sisinya, dan menabrakkan dirinya ke lantai.
Seberkas tiang api berwarna biru berjalan maju dan membakar Arsais dan Arvyn yang terkurung es.

"SIALAN! AKU DIBAKAR!"

Arvyn yang baru lolos dari kurungannya mencak mencak dan memaki maki ke arah Pixel sambil melihat beberapa bagian bajunya yang kehitaman terbakar.
Pixel hanya menatap dengan wajah yang mengesankan seakan akan dia berkata "Ups" kemudian terkekeh pelan.

Arsais tampaknya tidak perduli dengan semua yang sudah terjadi. Dia hanya memberikan isyarat kepada semua orang untuk masuk ke dalam ruang pertemuan.
Kelima bishop lain dan aku segera bergerak masuk ke dalam Aula utama.
================================

Caesar's View

Aku berdiri tepat di belakang Arsais yang sedang duduk berkutat dengan keempat rekannya. Wajah mereka semua tampak serius dengan pembicaraan mereka.

"Aku tidak percaya... Apa kau ada bukti untuk perkataanmu ini?"
Pixel mengerutkan keningnya seraya meminta jawaban ke Arsais.

Arsais hanya menggeleng pelan.
"Tidak ada bukti pasti, ini hanya perkiraanku, tapi kalian seharusnya melihat, keanehan yang terjadi di Central Distric. Orang yang aku kirim ke Central sampai sekarang belum kembali..."

Keempat bishop lain berpandangan
Arvyn menghela nafas pelan
"Aku sudah mengirim mata mata ke daerah mereka. Shrine Templars tampaknya berkurang jumlahnya hingga mencapai setengah dari jumlah yang ada. Sedangkan pasukan Central Guard tampaknya dikirim untuk berlatih. Untuk saat ini, Central dalam keadaan yang sangat rapuh,,,"
Arsais mengerutkan keningnya. Tampaknya dia sendiripun belum bisa menganalisa apa yang terjadi.

"Kenapa bisa, aku tidak tahu akan hal ini..."
Greg tampak serius melihat ke arah keempat Bishop lainnya.

"Kalau kalian mau tahu, kemarin serombongan besar Central Guard dikirim ke Rakutei Mountain melewati daerahku. Kupikir rutenya cukup jauh daripada melewati daerah Pixel..."
Pixel mengannguk angguk tanda setuju pada perkataan Greg.

"Bila melewati daerah Lord Greg, Palatian Distric, kupikir mereka melewati jalan memutar dan medannya sulit. Tidak mungkin mereka bisa kembali sebelum satu bulan... memperhitungkan durasi pelatihan standar Harmonia.  Lagipula,  untuk apa Central Guard dilatih? Mereka adalah pasukan elite yang dipilih dari pasukan distrik lainnya.... "

Wyatt sedari tadi hanya tertegun mendengarkan pembicaraan kami
"Kemarin aku menghadap Lord Marty, dia tampak tidak menyadari semua keadaan ini. Dia juga tidak membahas tentang Mercenary di sekitar Central Distric. Apa mungkin ada orang dalam yang berencana menjatuhkan Lord Marty?"

Arvyn menggelengkan kepalanya pelan.

"Sulit, tidak mungkin. Apapun yang terjadi, selemah apapun Central, bila mau menyerang Central mereka otomatis akan berhadapan dengan salah satu dari kita. Kupikir Lord Marty pasti mempertimbangkan hal itu."

Arsais mengepalkan kedua tangannya dan menggunakannya untuk menyandarkan dagunya di atas meja.
"Sebaiknya, kita mulai bergerak tanpa diketahui. Kupikir kita harus siap mempertahankan diri sekarang. Saat ini mayoritas pasukanku sedang pergi berlatih, otomatis daerahku akan terbuka. Begitu juga dengan kalian saat gilirannya tiba. Untuk sementara semua orang sebaiknya membagi pasukannya untuk daerah yang terbuka. Walaupun hanya berbatasan dengan daerah aliansi, tapi kita harus tetap waspada."

Keempat Bishop lain mengangguk setuju.
"Bagaimana dengan Central? Apa kita perlu melibatkan Central?"
Arsais menggeleng.

"Biasanya Central selalu mengirimkan pasukan ke Distric yang sedang berlatih. Tapi saat Districku sedang berlatih, mereka sekarang mengirim pasukan mereka untuk berlatih. Bukankah itu aneh? Dan mata mata yang kukirim tidak juga kembali, sedangkan mata mata Arvyn kembali. Bukankah aneh?"
Keempat bishop lain mengerutkan keningnya.

Wyatt menggeleng kuat seakan tak percaya.
"Maksudmu, mereka berusaha menyingkirkanmu..? Kamu, Bishop dengan kekuatan perang terkuat di Harmonia? Kepala ahli taktik Harmonia? Apa motif mereka?"
Arsais menggeleng sambil mengernyit

"Aku mencurigai hal ini, tapi aku juga belum bisa menebak motif dari pergerakan ini. Ditambah lagi, sepertinya aku dan pasukanku diawasi. Sementara akan berbahaya bila orang orang Valerie berada di Central Distric. Aku sengaja mengirim pasukanku berlatih untuk menguji teoriku. Dan menurutku, teori itu terbukti sekarang..."
Keempat pemuda lain menatap Arsais dengan pandangan bingung. Mereka tampak disibukkan dengan pikiran mereka masing masing.,  saat tiba tiba pintu ruangan rapat terbuka, seorang prajurit wanita jatuh tersungkur,  dan darah segera menggenang di lantai.

"Tolong..!"

Dari seragamnya tampaknya dia adalah komandan penjaga benteng perbatasan. Luka luka tampak di sekujur tubuhnya
Arsais merebahkan penjaga itu ke lantai. Wyatt tampak merapalkan rune untuk menutup lukanya.

"Apa yang terjadi?"
Alvin menatap sayu ke arah penjaga itu

"Aria! Ada apa! Kau kenapa! Bertahanlah!"
Penjaga wanita itu menelan ludah dengan susah payah,  berusaha membersihkan tenggorokannya untuk bicara.

"Harpy.... Mereka menyerang. Segerombolan besar.... Kami sudah menahannya, tapi gagal... Maaf Lord Arsais. Mereka sedang merusak di perbatasan barat...."

Penjaga itu kembali terbatuk batuk. Arsais menatapnya dengan ngeri.

"Monster? Monster Raid? Event kah? Tidak mungkin! Aria, bertahanlah!"
Wanita itu tersenyum pelan

"Lord Alvin... Sudahlah... Lukaku terlalu parah untuk diobati..."
Arsais mengguncang badan wanita itu dengan kuat.

"Kamu pasti bisa! Bertahanlah!"
Wanita itu menggeleng pelan

"Tidak... Alvin, Senang pernah berperang denganmu. Aku senang aku pernah bertempur di sisimu... Dan aku senang pernah mengenalmu sebagai "Alvin" bukan "Arsais"
Alvin berkali kali meneriakkan Heal, tetapi tampaknya karakter Aria sudah menerima damage yang cukup keras sehingga tidak bisa disembuhkan.

"Semoga kita bisa bertemu lagi. Di dunia nyata...."
Sosok wanita yang berada di tangan Arsais menghilang perlahan, menyisakan bercak darah di sarung tangan dan lantai tempatnya tadi terbaring. Karakternya sudah menghilang.

"Dia... Salah satu teman seperjalananku saat aku masih bertualang..."
Alvin menggertakkan giginya. Dia melepas sarung tangannya dan mengambil sabuk pisau lemparnya.

"Caesar, bisa kau kumpulkan pasukan? Kita maju berperang."
Dia mengepalkan tinjunya.

"Kupikir tidak perlu..."
Wyatt mengedipkan sebelah matanya ke arahku.
Pixel, Arvyn, dan Greg tampak sudah mengeluarkan senjata mereka masing masing.

"Kamu, cukup liat, ga perlu pusing cari pasukan" Ucap Arvyn kepadaku.
Aku mengerjap tak percaya.

"Kita maju berenam...?"
Pixel tersenyum,  ia mengangguk sambil memutar tongkat besi berujung kepala naga miliknya.

"Kamu cukup melihat dari jauh. Kelima Bishop ada disini. Kaupikir kami lemah?"
Aku berjalan perlahan mengikuti mereka yang bergerak ke arah luar Kastil.

Di luar kastil, kami melihat kepulan asap dan bayangan hitam bergerak ke arah Kastil.
"Wah wah, untuk Monster Raid, gerakan mereka sangat tertata ya? Bahkan bisa menyerang lurus langsung kemari."

"Wah wah bahkan bisa mengatur barisan?? "

Wyatt menggaruk garuk dagunya sambil menatap gerombolan monster yang maju membabi buta ke arah kastil.

Arsais sejenak menoleh ke belakang, kemudian segera melesat maju, diikuti keempat Bishop lainnya.
Aku maju dengan tergopoh gopoh.

"Water, Confuse everything that against my way! Fog of Mist!"
Wyatt merapalkan Runenya dengan lantang. Dalam sekejap kabut pekat menyelubungi kami. Para Harpy tampak kebingungan dalam kabut, tapi kami bisa melihat mereka dengan jelas.

"Arsais, perhatikan bagaimana Elemental Bishop berperang! makanya belajar sebelum mengambil rune!"

Arvyn tertawa kemudian menunjukkan telunjuk kanannya ke arah Harpy

"Wind of Fury, Tempest that move like shadow! The Shreeding!"
Dua pisau raksasa bergerak maju dan memenggal harpy menjadi dua dalam jumlah besar.
Arvyn tertawa senang dengan serangannya. Dia tersenyum bangga ke arah Arsais.

"Thunder! Slow the enemy and bring them to their knee! Static Field!"
Greg menciptakan sebuah area raksasa mengelilingi para Harpy, dan membuat semua harpy berhenti terbang dan menapak di tanah.
Arsais terlihat hanya bertempur dengan belatinya.
Pixel menatap tajam ke arah harpy.
ia menutup matanya dan membuka kedua lengannya

"Rage of earth that explode..."
Bam!
Sejenak Pixel terdiam karena getaran yang sangat besar.
Arsais memukulkan tangan kanannya ke dalam tanah.
Tangan kanannya mengeluarkan cahaya menyilaukan,  dan suara Arsais berubah saat ia merapalkan True Runenya.

"Earth that bring life, Earth that take your Flesh, Earthquake!"

Kami berlima ternganga dengan pemandangan di depan kami.
Tanah dengan diameter dinding cahaya kecokelatan massive yang dipijak para harpy serta merta bergetar dan terbuka, menelan Harpy tersebut satu persatu ke dalam lubang di tanah. Tanah seakan mengamuk,  saat lingkaran cahaya itu melebar,  membentuk jurang yang terus menganga,  menangkap semua harpy,  beberapa harpy yang mencoba terbang bahkan dibeli oleh sulur sulur tumbuhan yang muncul dari bawah tanah.
BLAM!
Tanah yang terbongkar mendadak tertutup dengan kencang. Cipratan darah berbentuk tiang tinggi langsung melesak dari lubang, kemudian berubah menjadi hujan darah ke segala arah. Seluruh Harpy tampaknya habis dalam satu serangan.
Keempat bishop lain memandang ngeri ke arah Arsais yang berjalan ke arah mereka dengan pandangan datar.

Greg menggeleng pelan
"True Earth Rune? Mengerikan..."
Arvyn menatap ngeri ke arah Arsais.
Sejenak Arsais tampak limbung, dia terus berjalan ke arah kami, sampai akhirnya dia mendadak roboh ke tanah.

"Alvin!"
Teriakku panik melihat tubuhnya tersungkur. Aku segera mengangkatnya dan membawanya.
Darah? darah harpy? Bukan! Darah keluar dari mulut dan hidungnya. Tangannya juga tampak mengeluarkan darah.
Ada apa ini? Rasanya dia tidak terluka sama sekali dalam pertarungan tadi!

=======================================

Keempat bishop lain berdiri menatap ke arah Arsais.
"Panggil GM! GM pasti mengerti apa yang terjadi!"

Arsais masih terbaring tak sadarkan diri. Darah dari tangannya sudah mulai berhenti, tapi masih tetap menetes sedikit demi sedikit.

"Aku mendengar..."

Sebuah lingkaran cahaya kebiruan muncul dan membesar,  tak lama kemudian sesosok wanita mendadak muncul di hadapan kami setelah cahaya itu melebar.

"Namaku Leknaat,  satu dari dua Guardian of The Balance,  Keeper of the Gate.... "

"Lady Leknaat! Kenapa dengan karakternya?"
Pixel nampak sangat kuatir,  dan memotong penjelasan Lady Leknaat.
Wanita itu menatap ke arah Arsais, dia memeriksa tangannya, kemudian kembali mengarahkan pandangannya ke arah kami.

"Dia, Karakternya tampak memiliki kelainan dengan karakter lain. Karakternya tidak bisa menyesuaikan diri dengan Rune di tangannya."

Kami menatap bingung

"Kelainan? Runenya tidak sesuai? berarti??? "

Aku masih belum puas dengan jawaban darinya

"Artinya, mungkin dia tidak bisa terus menggunakan rune ini, atau nyawanya akan terancam. Aku tidak tahu apa efeknya di dunia nyata. Tapi yang pasti disini itu akan mengancam nyawa karakternya!"

Kami semua terdiam mendengar perkataan wanita berwajah teduh di hadapan kami. Seorang Earth Bishop yang tidak bisa menggunakan Earth Rune?

================================

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro