CHAPTER 15: Beginning Of The Arch
Kevin's View
Hari ini Alvin ga masuk sekolah. Rasanya sepi banget!
Yaaah, ga sepi sepi banget sih, Lagipula, kalau datang, dia pasti sudah masang headsetnya dan nyuekkin aku seharian, kalo gak dia pasti udah ngrorok disampingku. Menyebalkan
Tapi, ga ada dia, rasanya sepi juga...
Hmmmmm......
Bosan juga rasanya di kelas!
Kuambil HPku, dan kuketik pesan untuk Alvin
"Hei, Katanya kamu sakit ya? Sakit kenapa? kok bisa?"
tak seberapa lama kemudian HPku bergetar, tanda pesan masuk. Kubuka pesan yang kuterima
"Ya sakit lah, dasar tolol, memangnya aku bukan manusia? mana tau kalo aku bakal sakit"
Aku meringis membaca pesannya. Kuketikkan sederetan kata untuk membalas smsnya.
"Idih, galak banget sih jadi orang. Kamu demam ya? Nanti siang aku ke tempatmu yahh?"
"Mau ngapaen emang? Aku lagi sakit juga"
"Yah, nengok lah, gapapa juga kann "
"Silakan aja sih, asal jangan ngerepotin aku, aku lagi ga enak badan!
Kugigit bibirku membaca sms darinya. Anak ini Jutek banget sih! Udah sakit masih aja judes!
"Eh, Alvin, btw, kemaren kamu kenapa malah bilang kalo hadiahmu dariku? Padahal kan kamu yang belikan? Kan kalo gitu jadi ga enak sama Axel"
"Pengen"
Hyaaa! Anak ini! Kalo didepanku udah kutimpuk pasti!
"Dih, jawabanmu ga mbantu sama sekali! Seriusan, kenapa sih?"
Lama kutunggu smsnya, tapi dia tak membalasnya juga.
"Hei, kenapa malah ga balas sihh"
Tiba tiba HP ku terbang dari tanganku. kutatap ngeri orang yang sudah berdiri di hadapanku sambil memegang HPku.
"Pak Jody...."
"Hallo, Kevin..." Ujar Pak Jody menyeringai
TIDAAAAAAAAAAAAKKKKK!!!!
=======================================
Pukul 14.00
Sialan, gara gara Pak Jody ngomel ngomel di kantor, dan gamau ngasihin HPku, aku terpaksa jadi pulang telat. Udah gitu tadi aku seharian jadi disuruh ngeberesin taman sekolahan, diliatin anak anak lagi. Padahal tadi aku sudah janji mau pergi kerumah Alvin. tapi sekarang bajuku jadi kucel dan kotor karena kena keringat.
Kukebut motorku hingga aku sampai di depan pagar Alvin.
Kutekan bell rumahnya.
Tidak ada yang membukakan pintunya.
Kulihat pelatarannya, yang ada hanya motor CS milik Alvin bertengger di depan garasinya.
Apa ga ada orang ya?
Bukannya Alvin lagi sakit ya?
Kupicingkan mataku mengurangi teriknya cahaya matahari yang mengganggu mataku, melihat ke arah pintu, ada celah diantara kusen dan daun pintu, yang menandakan pintu tidak dikunci.
Hmm?
Tapi pintunya kebuka kok.
Kubuka perlahan pagar rumahnya. Kutuntun masuk kendaraanku ke dalam rumah Alvin.
Kujulurkan kepalaku ke dalam rumahnya.
"Permisi...!"
Tidak ada orang? Bahkan pembantu pun tidak ada? Apa aku pulang aja ya?
Setelah berpikir lama, kuputuskan untuk memberanikan diriku masuk ke dalam rumahnya.
Toh, keluarganya udah pada tau kalo aku temennya.
Kulangkahkan kakiku ke depan pintu kamar Alvin.
Kuketuk pelan pintunya.
"Alvin...?"
Karena tidak ada jawaban, (Lagi lagi) kuberanikan diri masuk ke dalam kamarnya.
"ALVIN...!"
Aku terkejut dengan pemandangan di depanku.
Alvin tertelungkup di lantai, dengan gelas plastik di tangan kirinya. dan di depannya, beberapa obat penurun demam bertebaran.
Aku segera menyandarkan badannya ke bahuku.
"Astaga, badanmu panas banget...!"
Alvin tampak berkeringat dan nafasnya terlihat memburu.
Aku segera mengambil semua obat yang tercecer di lantai. Kuperhatikan obat obatannya. Hmm, dia kena flu ya? Lemah banget bisa pingsan karena flu?
"Apin, ayo minum dulu..."
Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, akhirnya aku putuskan untuk menuangkan air sedikit ke mulutnya, tetapi Ia tampak tidak bereaksi. Air yang kuberikan jatuh melewati sisi mulutnya.
"Waduh, kenapa ini, dia harus minum obat!!"
Sejenak aku memikirkan cara untuk memberikan obat kepadanya.
#Blush~
Tiba tiba terlintas sebuah cara yang sangat memalukan. Aku merasakan wajahku memanas karena mengingatnya. Tapi, kayaknya cuma itu cara yang bisa kupakai sekarang....
BUKAN INI BUKAN MENGAMBIL KEUNTUNGAN! AKU TAHU PIKIRAN KALIAN!
Aku mengambil nafas beberapa kali, dan memasukkan semua obatnya ke dalam mulutku, kemudian aku menenggak air, dan mengarahkan wajahku ke wajahnya.
Ragu...
Aku memejamkan mataku, dan menarik nafas panjang, kemudian segera menempelkan bibirku pada bibirnya.
Wajahku terasa memanas, dan dadaku berdebar kencang! Pikiranku terasa kabur, Aku berusaha keras menenangkan diriku.
Aku membuka bibirnya dengan lidahku, dan segera kualirkan obat dari mulutku ke mulutnya, dan kutiup pelan agar dia menelan obatnya.
Berhasil?
Tidak ada reaksi, Tidak tersedak juga, berarti obatnya sukses menuju perutnya.
Kugendong dia menuju ke kasurnya. Mungkin karena terlalu berdebar, atau karena tadi terlalu lelah dihukum, aku terjatuh ke kasur bersamanya.
Saat ini dia berada tepat diatasku, dan nafasnya tampak mulai teratur.
Lelah. Itu yang kurasakan sekarang.
Kupejamkan mataku, dan kubiarkan diriku rileks. Tubuhnya terasa sangat hangat menyentuh tubuhku. Aku menjayuhkan kedua tanganku di sisiku, Aku merasa sangat bahagia, entah kenapa. dan aku pun ikut terlelap.
=======================================
Kevin's View
"Kevin?!"
Sebuah suara menyadarkanku dari tidurku. Kukerjap kerjapkan mataku.
"Mhh...?"
"Kevin, kita kenapa ya...?"
Astaga! Aku tertidur! dan posisi kami benar benar aneh! Aku tertidur setengah duduk, dan Alvin tertidur di dadaku.
Alvin menatapku dengan bingung. Ia tampaknya tidak menyadari kalau tadi dia pingsan. Ia beringsut menjauhiku, dan kemudian segera memegangi kepalanya.
"Sakit..." Gumamnya.
Aku segera memeluk kepalanya kembali ke dadaku.
"Istirahatlah dulu..."
Alvin tidak melawan pada perlakuanku barusan. Dia diam saja dalam dekapanku.
"Terimakasih, kamu lagi lagi menolongku..."
Aku hanya tersenyum pelan.
"Demammu sudah turun. Kayaknya obatnya manjur yah..."
Alvin mengangguk pelan tanpa menatap ke arahku. Wajahnya dibenamkannya di dadaku. Padahal bajuku lagi bau keringatt
Eeeewww......
"Kalau dalam keadaan begini kamu terlihat rapuh ya? Padahal biasanya kamu selalu dingin dan jutek"
Ia tidak mengacuhkan perkataanku.
Aku menyenderkan punggungku lebih nyaman lagi, dan kubelai pelan rambutnya.
"Aku menikmati saat saat seperti ini. Tidak tahu kenapa Pin, tapi aku merasa senang saat kamu ada disampingku..."
Tiba tiba Alvin langsung menarik kepalanya dari dekapanku.
Ia menatapku tajam.
"Maksudmu..?"
Aku langsung salah tingkah saat dia menatapku seperti itu.
Wajar lah! Masa Cowok bilang hal seperti itu pada cowok lain! Aduh, jangan jangan habis ini dia langsung ngejauhin aku!
"Maksudku, enak aja, kan kalo begitu rasanya nyaman. Bener kan? Katanya manusia mengeluarkan hormon tertentu yang bikin perasaan jadi tenang saat berpelukan!"
Alvin masih menatapku tajam. Aku kehabisan kata kata. Tampaknya tatapannya sudah membekukan pikiranku.
Tiba tiba HP Alvin berbunyi.
Sejenak matanya melebar saat ia memeriksa HPnya.
"Email" Ucapnya singkat.
"Dari keempat Bishop yang lain. Mereka bilang mereka tidak mendapati adanya tentara bayaran di Distric mereka, tetapi mereka sudah mengirim mata mata yang mengkonfirmasi bahwa memang sangat banyak tentara bayaran yang ada di Central."
Aku mengangguk pelan. Aku menghela nafas lega. Email barusan tampaknya sudah menyelamatkan mukaku dari tatapan dingin Alvin!
"Yeah, lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Dia menganggkat bahunya
"Tidak tahu, kita masih belum tahu apa tujuan mereka. Aku merasa ada orang dalam yang terlibat dalam masalah ini. Untuk sementara persiapkan semua pasukan kita. Dan jangan sampai pergerakan tercium bahkan oleh teman sendiri. Aku mau online sebentar lagi. Aku ada janji bertemu seseorang hari ini."
Aku mengangguk pelan, walau sebenarnya ingin bertanya siapa orang yang ingin ditemuinya.
"Aku juga pulang aja, Keliatannya kamu udah sehat sekarang. Oh Iya, Tadi aku langsung masuk ke rumahmu. Soalnya tadi ga ada orang."
Alvin hanya mengangguk sambil lalu, dan berjalan ke arah kamar mandinya.
Oh NO! Dia mau mandi lagi!
Aku harus cepat cepat cabut sebelum aku salah tingkah lagi!
"Aku pergi dulu ya!"
Bergegas aku mengambil motorku dan langsung tancap gas.
Sepanjang jalan, aku ga bisa menyembunyikan senyumku sambil mengingat ingat semua kejadian yang barusan terjadi.
Alvin, Ada apa sebenarnya dengan perasaanku padamu?
=======================================
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro