CHAPTER 12: Amid The Silence
Kevin's View
Jantungku hampir pecah!
Aku duduk di mobil untuk menenangkan nafasku.
Putar lagu! Yeah!
Kunyalakan ac dan kuputar musik. Aku menyandarkan diriku di kursi dan mengatur nafasku.
Sekejap terbayang kembali wajah Alvin yang tadi terbaring di bawahku.
Aku bisa merasakan semuanya. hangat tubuhnya, nafasnya yang lembut.
AAAAH!!!!
Kupukul pukul kepalaku. Kenapa aku? Apa yang aku pikirkan? apalagi saat melihatnya hanya memakai handuk tadi. apa aku menikmatinya?
BLUSH!
Sial!! Kenapa aku? padahal aku sudah lama berteman dengannya. tapi kenapa sekarang aku merasa aku harus lebih memilikinya? apa yang kuinginkan sebenarnya?
"AAAAAA....!!!!"
"Kev, kamu kenapa?"
Alvin tiba tiba sudah berdiri di hadapanku. Aku tersentak saat memandangnya.
"Hei Bodoh, mukamu merah. kamu sakit? Demam? Kalau demam ga usah jalan aja.... "
Cepat kubalikkan wajahku darinya.
"Kevin, ada apa sih?"
Kutatap kembali dia. Sejenak lidahku membatu. aku berusaha keras berbicara.
"Ga, Gapapa, aku cuma agak kepanasan kok tadi! Sini masuk. bajumu bagus!"
Alvin memperhatikan bajunya
Ia hanya memakai sebuah kaos putih lengan panjang yang agak kedodoran, dengan kerah lapisan abu abu, dan celana pendek kotak kotak.
Ia terlihat manis! rasanya aku mau bawa dia pulang sekarang!
AAAHHHH!!!!!!
Apa sih yang aku pikirkan. tiba tiba aku teringat kalau Alvin ada didepanku.
Aku menggeser bola mataku dengan hati hati.
Apa dia sedang menatapku dengan pandangan aneh?
.......................
"Sial!"
Alvin sudah duduk di sampingku dan Headset dari ipodnya yang menggantung di lehernya tampak sudah menempel di telinganya, ia tampak tidak perduli dan memejamkan matanya.
Aku.... Aku dikacangin!
=======================================
Kevin's View
Sepanjang jalan ia hanya mendengarkan Ipod itu dan tidak bicara sama sekali padaku. Alvin hanya menutup matanya dan tampaknya fokus menikmati musiknya.
Rasanya bete banget! kok aku ngerasa jadi sopir ya? tapi ya sudahlah, yang penting Alvin masih mau jalan jalan, artinya dia tidak keberatan, dan mungkin bisa sekalian kusimpulkan dia menikmatinya?
Kuparkirkan mobil ayahku di parkiran mall, dan kami bergegas turun.
"Mau kemana kita Tuan Putri?" Ujarku pelan
Alvin langsung menatapku tajam, dan kembali mengalihkan pandangannya.
"Terserahmulah, yang penting aku mau beli minuman di dalam.."
"ck............ "
Dia memang bener bener menyebalkan! Ga pernah ada kata kataku yang ditanggapi lebih dari 10 kata olehnya! kalo semua orang kayak dia, dunia pasti udah sepi!
Kami melangkahkan kaki ke dalam mall. Ia tetap seperti tadi, terus mendengarkan lagu dan pandangannya menerawang entah kemana. bahkan sepertinya dia ga sadar aku ada disampingnya.
Di dalam mall kami tidak tahu apa yang ingin dituju. secara, aku emang dari awal ga ada tujuan jalan jalan, tujuanku sebenarnya agar Alvin keluar dan refreshing. tapi, kalo diliat liat kayak gini, dia kayaknya ga perlu refreshing deh. buktinya daritadi dia ga sedikitpun ngelepas headsetnya. Lagu apa sih itu, kayaknya menarik banget buat dia sampe ga dilepas sama sekali...
Cemburu?
Apa aku barusan cemburu sama ipod?
"AAAAARRRRGHHH!!!"
"Woi, woi, kenapa kamu! kita lagi di mall jangan teriak teriak!"
Alvin membentakku, sontak aku melihat sekeliling, orang orang yang lewat tampak memandangi kami. rupanya aku tadi berteriak cukup keras sampai mereka semua menatapku dengan aneh begini!
"Alvin, yaudah, kita cari tempat nongkrong aja, sambil beli minum. gmn kalo di C&Z? (Nama disamarkan untuk melindungi hak paten )"
"Boleh...."
Daritadi aku bicara ama dia pelan deh, tapi kok dia bisa dengar ya? Padahal telinganya lagi disumpal earphone?
Ahh, bukan hal yang penting. Asalkan dia masih menanggapi dan aku ga kelihatan kayak orang bego bicara sama patung!
Aku dan Alvin akhirnya memesan 2 gelas root beer soda untuk kami dan beberapa snack, kemudian duduk di sudut restoran.
Gila, keadaannya pas banget nih buat pacaran!
"Kev, aku ke toilet dulu ya..."
Tanpa menunggu jawabanku, Alvin langsung berjalan pergi.
kelakuannya emang cuek, tapi kali ini kayaknya agak kelewatan batas! Dengan sebal aku menyeruput minumanku, dan melihat sekeliling, saat sesuatu di kursi di hadapanku mencuri pandanganku.
Ah! itu Ipod Alvin! tampaknya sebelum ke toilet tadi dia melepaskan Ipodnya. Kupandangi benda itu sambil menggigit gigit sedotanku. Lagu apa sih yang lagi didengarkan Alvin?
Karena tidak bisa menghilangkan rasa ingin tahuku, perlahan aku dekatkan earphone itu ke telingaku.
"Kosong...?!" gumamku kaget.
kubuka ipodnya, Kucari lagu yang ada disana.
Apa?
Tidak ada lagu sama sekali! Bahkan iPod ini tadinya dalam kondisi mati! rupanya daritadi dia tidak mendengarkan apapun! Aku salah! dia tampaknya memang ada masalah. Aku tahu, karena bila Alvin merasa gugup atau khawatir karena ujian persoalan di sekolah, dia pasti memilih mengenakan earphone, agar orang orang tidak berbicara kepadanya.
"Kevin...."
Kuarahkan pandanganku ke asal suara tersebut.
Alvin tampak sedang berjalan ke arahku dengan tergesa. Apa dia takut aku menyadari keadaannya? Sudahlah! Aku langsung berdiri, dan menyeretnya kembali ke mobil.
Aku marah!
Alvin tampak tidak menyadari apa yang terjadi. tapi saat kupakaikan headset itu ke telinganya, Ia baru mulai menyadari keadaan. Ia tampak panik. walaupun ia berusaha menutupinya dengan raut wajah dinginnya, tapi kegugupannya tidak bisa tersembunyi dariku.
Aku berpikir keras.
Aku harus tahu kenapa dia jadi begini! tapi aku tidak mungkin langsung menanyakannya. aku harus mencari cara. apa yang harus kulakukan?
Sesampainya di mobil, Alvin langsung melepaskan cengkeramanku
"Bodoh! kamu gandeng aku sepanjang jalan di Mall! Kamu ga sadar semua orang liat kita sambil senyum senyum? Kita kelihatan kayak pasangan gay yang lagi berantem! Kepalamu kenapa sih??!!"
Kutatap dia tajam
Aku sudah tau, aku dapat cara untuk mencongkel keluar masalahnya!
"Kamu ga ngehargain aku Pin. padahal aku ada disampingmu, tapi kamu malah pakai headset kosong dan pura pura ga dengerin aku! maksudmu apa? kalo kamu emang ga mau jalan ama aku bilang aja! Gausah kayak gini caranya!"
Alvin tampak terkejut. Mulutnya membuka tapi suaranya tampak tercekat di dalam mulutnya. Walaupun dia terlihat dingin, sebenarnya Alvin sangat mudah merasa bersalah.
"Maaf...."
Suaranya tampak bergetar. apa aku terlalu keras? Hei! aku cuma bercanda!
Aku langsung merasa ga enak sama Alvin, tapi ini harus kuteruskan
"Terus kamu? maksudnya kamu pakai headset kosong apa?"
"Maaf... Aku ga bermaksud begitu, aku cuma...."
Alvin tampak tak bisa meneruskan kata katanya
"Cuma apa?" Kataku dengan nada yang dibuat seakan akan sedang geram
"Maaf...."
Alvin tampak kehilangan kata katanya. tampak airmata menetes dari matanya. Ini pertama kalinya aku melihatnya menangis.
Entah bagaimana caranya, tanpa kusadari Alvin sudah ada di dekapanku. Aku bisa mendengar nafasnya yang tersendat karena menahan isakannya. Ia memang sedang benar benar tertekan. Lebih baik aku tidak menekannya lebih dari ini.
"Maaf Pin, tadi aku bentak kamu. aku cuma bercanda. Aku tau kamu ada masalah, makanya aku ajak kamu jalan..."
Ucapku pelan. akhirnya kuputuskan untuk mengakuinya.
Alvin masih diam tak bergeming. Ia mencengkeram erat dada kemejaku. dan tanganku pun masih terlingkar di bahunya.
Kupejamkan mataku, kuelus rambutnya pelan.
Harus kuakui aku salah berkata begini, tapi....
Aku menikmati suasana ini....
"Alvin.... Aku... Aku......."
Aku ingin mengucapkan sesuatu. Tapi akal sehatku mencegahku melakukannya.
Alvin tampak memandang ke arahku untuk menunggu lanjutan kalimatku.
"Lebih baik kita pulang...."
Ucapku akhirnya.
Alvin mengangguk pelan, dan melepaskan cengkramannya dari bajuku. Aku pun melepaskan tanganku dari tubuhnya, walau aku masih belum rela untuk melakukannya.
Sepanjang perjalanan dia hanya diam. Kutatap dia sejenak. paling tidak, raut muka jutekknya sudah balik. Kayaknya dia sudah lebih lega daripada tadi. Headset yang tadi dipakainya juga sudah dilepaskannya.
"Sudah sampai pin...." Ucapku sembari berkonsentrasi merapatkan mobilku dengan pagar rumahnya.
Alvin mengangguk pelan. Sejenak dia menatapku.
"Terimakasih...."
Ia memelukku secara tiba tiba. Aku terlalu terkejut untuk membalas pelukannya. Saat aku sadar, Alvin sudah berada di luar mobilku.
Kutatap sosok Alvin yang sedang berjalan pulang. Aku sebal, karena tadi tidak berani mengatakan apa yang kurasakan padanya. Apa yang tadi ingin aku katakan padanya ya? Ah, sudahlah. Lagipula, Aku rasa aku bakal tidur nyenyak malam ini!
=======================================
Kevin's View
Jam 21.35, aku sudah berbaring di kasurku yang nyaman.
Ahh, Hari ini menyenangkan.
tapi tadi aku melihat Alvin menangis...
lalu dia memelukku!
AAWWW!!!
Aku menggeleng kuat untuk menghilangkan pikiranku barusan
Aku sebenarnya kenapa ya?
"Oh, Iya, HPku...!"
Aku baru ingat aku tadi meninggalkannya di kamarku. kuperiksa inboxku, siapa tau ada pesan penting yang masuk.
Message : Alvin
Heh, Bodoh, makasih ya tadi.
TERNYATA SMS SUPER PENTING!
AAAAA!!!
Senyuman mengembang dari bibirku.
Anak itu. dia memang ga pernah bersikap ramah sama sekali, tapi paling ga berarti dia sudah enakan sekarang!
Kuketikkan sms balasan untuknya
To : Kevin
Iya, udah tau! Hei, Duit Root Beer tadi belum dibalikin ya!
From : Kevin
Gila, pelit amat, iya esok aku balikkin.
Kuletakkan HPku setelah melihat sms terakhir darinya
"Waah, anak mama, udah smsan! gimana tadi jalannya pasti asik ya? Hohohoohhoho! Gimana? Udah Kamu tembak?"
MAMAKU! Entah kapan dia sudah ada didepan kamarku!
"Ma... Mama! kok udah disini, sejak kapan?"
"Lama doong, yang pasti sempat liat orang senyum senyum sambil liat HP juga~"
"Ahh, Mama! Masuk kamar orang sembarangan!"
"Eh, Kev, Mama liat dong mukanyaaa, ajak ke sini kenapa? Ayo, biar mama bisa liat"
"UDAH AHH, Keluar sanaa!!!!"
"Hohohohohohoho~"
"MAAMA GILAAA!!!!"
Mamaku emang bener-bener gila! SIAL! dia liat aku tadi lg smsan ama Alvin.
Ah, yasudahlah, biarin aja. malam ini terlalu indah buat marah marah!
Kumatikan lampuku, dan aku bergegas tidur.
Cepat tidur, cepat sekolah, cepat ketemu Alvin!
Eh, umm! Aku mau cepat ketemu bukan karena kangen, tapi karena kuatir!
Ah, yasudahlah, ga penting juga!
=======================================
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro