Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prolog

Siap menggila bersama Duda?😍😍😍

Menurut beberapa orang malam minggu identik dengan pergi bersama pasangan atau romantic time bareng the only one. Tapi hal itu tidak berlaku dengan Duda dan Nahla. Mereka berdua lebih senang menghabiskan malam minggu bersama. Mereka pergi ke salah satu bar ternama di kawasan Jakarta Selatan. Bukan untuk bersenang-senang melainkan menghampiri kakaknya Duda.

"Kak Alim!" Panggilan kencang nan menggelegar itu bagai petir di malam hari. Kontan, orang-orang yang tengah berkumpul bersama sang empunya nama langsung menoleh.

"Ngapain lo ke sini? Suara lo ganggu banget," keluh laki-laki itu.

"Kita perlu bicara. Gue mau bahas something sama lo, Kak." Duda menarik lengan kakaknya tanpa permisi, berharap sang kakak segera bangun. Sialnya, sang kakak menolak. Alhasil, dia menarik diri dan cemberut. "Ih ... nyebelin banget. Ini serius."

"Nanti, deh. Ini lagi ngobrol sama yang lain," tolak Alim Aditama, kakaknya Duda.

"Sana turutin si bungsu dulu, nanti dia malah acak-acak tempat sampah lagi," celetuk Mercurius, yang duduk bersampingan dengan Alim.

Duda berdecak. "Heh, Kak Mercusuar! Diam nggak! Kalem dikit, dong, kayak Kak Mario. Cakep, kalem, udah top notch!" Lalu, pandangannya tertuju pada sosok yang disebut-sebut dan dengan genitnya dia melempar kerlingan. "Hai, Kak Mario. Mas Aga-nya udah cerai belum? Titip salam buat Mas Aga."

"Cuekin aja, Mar," kata Alim.

"Eh, eh, gue bawa bestie. Kenalin dulu, dong. Ini cees kental gue namanya Nahla." Duda menepuk pundak perempuan berambut panjang sepunggung di sampingnya. "Nahla, ini teman-teman kakak gue. Yang mulutnya macam lambe turah namanya Mercurius, yang kalem cakep itu Mario, dan satunya lagi Kak Nico."

Nahla tersenyum tipis, dia sedikit canggung karena tiba-tiba mendapat perhatian dari pria-pria tampan. "Gue Nahla, salam kenal kakak-kakak semua," tutur Nahla. Dia memperhatikan satu per satu laki-laki tampan itu. Ada satu wajah yang menurutnya familiar, seperti pernah bertemu. Tatapan Nahla bertemu dengan tatapan Mario yang ternyata juga menatap Nahla sedikit lekat.

Duda menyadari tatap-tatapan gemas yang dilakukan antara Nahla dan Mario. Sebenarnya dia ingin meledek, sayangnya, dia punya kepentingan dengan sang kakak.

"Kak, ayo, dong. Gue mau bahas sama lo, Kak," rengek Duda seraya menarik tangan sang kakak.

"Duh, rewel banget." Alim kesal setengah mati dan terpaksa bangun dari tempat duduknya.

Duda menepuk pundak Nahla dan berbisik, "Gue tinggal dulu sebentar, ya. Anyway, Kak Mario jomlo."

Tanpa banyak basa-basi, Duda meninggalkan Nahla sendirian. Tidak begitu jauh, Duda menyeret sang kakak sampai berhenti di dekat lorong menuju toilet.

"Apaan, sih?" decak Alim.

"Kak, gue mau pergi ke Australia cuma Papa bilang harus sama lo. Katanya jangan sendirian." Duda menjawab sembari menunjukkan puppy eyes.

Alim mendelik tajam. "Mau ngapain ke Australia?"

"Mau nonton Magic Men." Duda mempertahankan puppy eyes andalannya.

"Apa, tuh?"

Duda nyengir sambil menyatukan kedua jari telunjuk kanan dan kiri. "Itu, lho, pertunjukkan ladies night. Nanti laki-lakinya telanjang dada. Bagi yang beruntung bisa dibelai-belai sama laki-laki yang lagi tampil."

Alim menatap adiknya serius. Duda kedip-kedip manja menyatakan keseriusannya. Alim menggeleng tidak percaya punya adik absurd dan random seperti Duda. Kenapa pula harus dia jadi sasaran permintaan gila adiknya?

"Nggak mau," tolak Alim.

"Gue aduin Papa kalau lo nolak," ancam Duda.

"Aduin aja sana. Capek banget nurutin lo. Mana nggak jelas semua permintaan lo. Buat apa coba nonton begituan? Nggak ada manfaatnya."

"Ada manfaatnya. Gue bisa cuci mata dan bahagia. Jernih lihatin cogan."

Alim mendesah kasar. "Gue nggak mau."

"Pelitnya kakakku ini." Duda mendengkus kesal. Bibirnya sengaja dikerucutkan, wajahnya sengaja dibuat cemberut.

Saat mata tidak sengaja melihat arah jarum jam dua belas, Mercurius terlihat berjalan menuju tempat mereka. Duda punya ide lain.

"Kalau lo nggak mau, gue ajak Kak Mercurius." Duda melambaikan tangan pada sosok yang dibicarakan. "Kak Mercurius! Sini, cepetan."

Alim menoleh dan menghela napas gusar. "Fine, fine," katanya terpaksa.

"Fine sugar, Kak?" canda Duda.

"Itu palm sugar, ya. Hadeh," Alim mengurut keningnya. Taubat, deh, taubat punya adik sejenis Duda ini. "Fine gue temani lo. Nggak usah minta Mercurius."

Duda menyunggingkan senyum penuh arti seraya menepuk-nepuk pelan pundak sang kakak. "Gitu, dong. Gue, kan, nggak perlu repot manggil Kak Mercu. Makasih, Kakakku." Lantas, dia meninggalkan kecupan di pipi Alim sebagai rasa terima kasihnya.

"Kenapa manggil, Dek?" Mercurius datang menyapa seraya merangkul pundak Alim.

"Ukuran kolor berapa, Kak?" Duda bertanya sok polos.

"Rahasia, ah. Masa gue bongkar ukuran perusahaan," balas Mercurius seraya meletakkan jari telunjuk kanan di bibirnya sendiri.

"Cuekin aja, Mer. Orang gila jangan lo ladenin," sela Alim dengan geleng-geleng kepala.

"Nanti info, ya, Kak Mercusuar. Gue beliin segudang kolor unik. Bye. Gue cabut dulu mau happy-happy." Duda melempar kerlingan genit, lalu mendekati Mercurius dan memberi kecupan lewat bibirnya yang seksi, tapi tidak sampai kena hingga menciptakan bunyi 'muah' sampai kakaknya muak sendiri. "Muah! Bye, Kak Mercusuar."

Selanjutnya, dia mengakhiri dengan melempar chef's kiss kepada sang kakak. "Bye, Kakak Sayang!"

Duda menoleh ke belakang melihat Mercurius yang super hot. Dengan sengaja Duda melempar kerlingan mautnya dibarengi senyum nakal. Laki-laki itu membalas kerlingannya dengan hal yang sama. Begitu Alim sadar interaksi mereka, Alim memelototi. Duda nyengir dan kembali menatap lurus jalanan mengabaikan mata nyaris copot dari sang kakak.

Duda tahu kakaknya melarang dia dekat dengan Mercurius. Tidak secara gamblang menyuruh jauh-jauh, hanya saja tiap membahas Mercurius kakaknya kurang senang. Sorot mata dan ekspresinya menunjukkan ketidaksukaan.

Entah apa alasannya, Mercurius tidak boleh digoda-goda. Terlarang untuk didekati!

💋💋💋

Duda kembali dan melihat interaksi antara Nahla dan Mario. Cukup unik. Duda senyam-senyum sendiri dan kemudian mendekati sahabatnya.

"Yoooo! Kalian berdua cocok, deh," goda Duda dengan melirik keduanya bergantian.

Nahla mengedipkan matanya pada Duda dan keduanya kompak tertawa. "Tahu aja lo selera gue," celetuk Nahla yang membuat Nico dan Alim tertawa geli, sementara Mario tetap cuek seperti biasa. Melihat reaksi Mario tersebut Nahla berdecak pelan dan menggerutu, "Dingin kayak freezer daging, ya, Shayyy!"

"Aw! Kak Mario mah bukan freezer lagi, tapi permukaan Kutub Utara, Cynnn!" Duda menepuk-nepuk jahil pundak Mario sambil cengengesan. "Senyum, dong, Kak. Apa nggak kesirep lihat kecantikan Nahla?"

Nahla langsung bereaksi dengan mengibaskan rambutnya, dia juga menatap Mario dengan senyum menawan. Sontak saja hal itu membuat Mario tiba-tiba terbatuk sendiri, dia tersedak ludahnya sendiri!

"Woahhh! sukses lo, La!" seru Nico yang tentu saja senang melihat Mario dikerjai oleh dua perempuan cantik di depannya.

"Udah, ah, kita pergi. Yuk, Nahlaku!" Duda segera menarik tangan Nahla agar Mario penasaran. Sisanya, dia mengerlingkan mata kepada teman-teman kakaknya. "Bye, Cogan-Coganku!"

💋💋💋

Jangan lupa vote dan komen ya🤗🤗

Gimana menurut kalian prolognya?😍😍😍

Siap melihat kegilaan demi kegilaan yang dilakukan Duda?😂😂😂

Follow IG: anothermissjo

Btw, baca kisahnya Nahla dan Mario di lapak azizahazeha ya dengan judul The Flirting List❤️

Salam dari Duda😍😍😍

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro