Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

List - 9

Yuhuuu update😘😘😘

Maap yak ilang lama. Aku lagi meramu cerita ini biar bisa di update cepet wkwk

Duda menikmati Magic Men yang dia tonton. Biasanya dia sebatas melihat salah satu performer kesukaannya melalui akun Heartagram. Namun, sekarang dia bisa menikmati secara langsung. Matanya dibuat segar mendapat vitamin dari para laki-laki rupawan. Bahkan dia menjadi salah satu yang beruntung mendapat fan service naik ke atas panggung dan bisa menikmati wajah sekaligus tubuh berotot sang idola. Duda nyaris saja menyentuh tubuh laki-laki itu lebih jauh kalau tidak menahan diri. Duda bisa menikmati setiap sentuhan, elusan hidung laki-laki itu saat menyentuh tubuhnya. Sungguh, Duda menyukai acara semacam ini. Ya, meskipun dia bisa menikmatinya dari Mercurius juga, hanya saja cara para performer itu jauh lebih menggoda dan menggiurkan supaya tidak dilewatkan.

Setelah acara selesai, Duda berniat segera pulang ke hotel dan bertemu Mercurius. Laki-laki itu tidak mau menemaninya ke tempat acara. Jadi, dia pergi sendiri naik taksi. Namun, siapa yang menyangka saat dia keluar, sosok yang dilihatnya pertama kali adalah Mercurius?

"Lo kangen gue, ya, sampai jemput segala?" Duda bertanya seraya memeluk lengan Mercurius dengan mesranya.

"Iya. Gimana acaranya, seru nggak?"

Sambil mengajak Mercurius meninggalkan pintu masuk utama, Duda menjawab dengan senyum semringah. "Gila, gila, gue senang banget. Nggak bakal gue lupain sepanjang hidup dibelai-belai sama idola gue."

"Dibelai gue nggak cukup?"

"Nggak. Duh, pokoknya seru banget!"

Mercurius memperhatikan wajah senang Duda. Tidak seperti pertemuan mereka di restoran tempo hari yang lebih banyak menunjukkan sisi kesal, kali ini dia bisa melihat senyum bahagia Duda. Berkat senyum itu, Mercurius ikut mengulas senyum. Dia pun menurunkan tangan Duda, menggantinya dengan menyatukan sela-sela jari mereka menjadi genggaman yang erat.

"Glad to hear that. Akhirnya lo senyum lagi, Bocil," komentar Mercurius.

Duda menurunkan pandangan ketika Mercurius mengubah posisi tangannya. Dia baru tahu Mercurius punya sisi manis seperti ini, lebih senang mereka bergandengan tangan. Duda tersenyum senang.

"Lebih suka gue senyum atau tantrum?"

"Both. Tapi paling suka pas lo ada di atas gue, sih," canda Mercurius dengan memainkan alis-alisnya jahil.

"Jawaban mesum," cibir Duda.

"Lo udah tahu gue mesum, tapi masih dipepet. Heran."

"Soalnya lo gemesin, Kak."

Mercurius geleng-geleng kepala. "Gemesin apaan. Noh, kakak lo gemesin. Tiap dideketin perempuan langsung kabur. Alergi banget kayaknya sama perempuan."

"Oh, jadi benar Kak Alim menghindari perempuan. Apa jangan-jangan gay, ya?"

"Nggak mungkin. Soalnya ada laki-laki yang nyatain cinta sama dia ditolak. Kelihatannya dia cuma tertarik kalau menyangkut Paska. Bukannya dia sahabat lo selain Nahla?"

"Paskalyn?!" ulang Duda.

"He-em. Sahabat lo, kan?"

"Iya—tunggu." Duda mengingat-ingat sahabat lainnya selain Nahla. Perempuan bernama Paskalyn itu sangat cantik dan memesona. "Kok, kakak gue demen sama ani-ani elite, sih? Paskalyn, kan, simpenan om-om. Masa, sih, dia suka sama Paska?"

Mercurius mengangguk. "Terakhir kali kapan, ya, gue lihat dia anterin Paska. Mana lebih gampang nurut anterin Paska daripada jemput lo. Gue, Mario, sama yang lain langsung tahu kalau Alim, tuh, tertarik sama Paska. Tapi, ya, nggak ada yang berani nanya juga takut dikira ikut campur."

Duda geleng-geleng kepala sambil berdecak kecil. "Alim, Alim, nama lo nggak mencerminkan kealiman lo, ya. Diam-diam demennya sama simpenan om-om. Gue pikir suka sama perempuan kalem gitu, ternyata yang liar dan bringasan."

Mercurius tergelak. Kalau membahas Duda dan keluarganya sungguh menyegarkan dan menyenangkan. Adik dan kakak itu bagai bom waktu yang tidak bisa ditebak kapan akan meledak.

"Kalau Alim pilih Paska, lo setuju nggak?"

"Setuju aja. Asalkan dia berhenti jadi simpenan dan mencintai kakak gue dengan tulus, kenapa nggak? Lagian nggak semua orang di dunia ini suci. Gue nggak berhak menghakimi Paska. Kalau memang Alim cinta sama dia dan mau nerima apa adanya, ya udah. Pokoknya gue mendukung apa pun yang terbaik untuk kakak gue. Lain cerita kakak gue mau nikah sama bandar narkoba. Baru gue larang. Bisa-bisa dia kena imbasnya," jawab Duda.

Mercurius terkekeh mendengar jawaban terakhir Duda. "I see. Lo sayang banget sama Alim."

"Banget! Mau seresek apa pun atau kayak gimana Alim, dia kakak gue. I love him and always. My first love, tuh, nggak cuma bapak gue aja tapi juga kakak-kakak gue yang super duper baik. I love them."

Mercurius menganguk mengerti. Jawaban Duda sama seperti Alim yang juga menyayangi Duda. Jadi, wajar saja kalau Alim berusaha untuk menjauhkannya dari Duda. Di mata Alim, dia tidak punya kapasitas baik sebagai seseorang yang bisa membahagiakan Duda.

"Btw, kita mau ke mana?" tanya Duda.

Bertepatan dengan itu, langkah mereka berhenti. Duda menatap Mercurius dengan tidak sabar. Duda menggoyangkan tangan mereka supaya Mercurius cepat menjawab.

"Kita makan sekalian ketemu sama seseorang," kata Mercurius.

"Siapa?"

"Rahasia."

Duda berdecak. "Rahasia, rahasia aja, deh."

Mercurius tidak menjawab, membiarkan Duda penasaran. Di samping itu, Mercurius senang menyaksikan ekspresi sebal Duda kalau tidak diberitahu.

💋💋💋

Sebuah kedai kopi yang berada di pusat kota Sydney menjadi tujuan pertama Mercurius mengajak Duda. Bertemu dengan Zoriona dan mengenalkan Duda pada perempuan itu.

Mercurius menggandeng Duda, mengajaknya masuk ke dalam hingga berhenti di sebuah meja yang telah ditempati dua perempuan.

"Hei, Zor," sapa Mercurius.

"Mercu!" Zoriona Handoyo, si perempuan energik itu keluar dari tempat duduknya, lalu memeluk Mercurius tanpa permisi.

Duda sampai mengernyit menyaksikan sikap perempuan itu. Belum lagi Mercurius terima-terima saja dipeluk sampai melepas genggaman tangan mereka. Duda tidak suka. Dia pun berdeham guna menyudahi pelukan yang terlihat akan lebih lama jika tidak diakhiri. Untungnya, dua orang itu segera mengakhiri. Jika tidak, Duda akan terus berdeham.

"Oh, iya, ini Duda Aditama." Mercurius merangkul pinggang Duda, menariknya lebih dekat tanpa jarak. "Duda, ini Zoriona Handoyo." Lalu, dia menunjuk Zoriona sambil tersenyum.

Duda mengerti sekarang. Rupanya perempuan yang dengan beraninya memeluk Mercurius adalah calon istri Mercurius dulu. Duda memperhatikan perempuan bermata cokelat muda itu dengan pipi tirus dan dagu lancip. Bulu matanya lentik sekali sampai Duda mengira bulu mata itu hasil extension. Tapi kalau hasil extension tentu akan kelihatan, ini tidak, yang berarti bulu matanya asli.

"Halo, Duda. Salam kenal. Saya Zoriona," ucap Zoriona seraya mengulurkan tangannya pada Duda.

Duda menyambut uluran tangan perempuan itu dan memaksakan senyum. "Salam kenal juga. Saya Duda, pacarnya Kak Mercurius."

"Pacar?" Zoriona melirik Mercurius. Dengan jahilnya memukul lengan sang mantan. "Kok, nggak cerita kamu udah punya pacar?"

Kamu? Duda mengernyit. Apa-apaan masih aku dan kamu? Memangnya masih punya hubungan? Sok manis banget! Hati Duda sedang mereog sekarang.

"Sekarang, kan, udah aku bawa buat dikenalin sama kamu. Jadinya kamu udah tahu, kan?" balas Mercurius santai.

Duda memutar bola mata. Sialnya, tindakan yang dia lakukan tertangkap basah oleh Zoriona. Perempuan itu terkekeh dan kemudian menggamit tangan perempuan lain yang sejak tadi hanya berdiri di belakang Zoriona.

"Duda, kenalin ... ini suamiku, Raya."  Zoriona memperkenalkan seraya memeluk perempuan berambut cepak yang kini berada di sampingnya. "Ray, ini pacarnya Mercu. Namanya Duda."

Perempuan bernama Raya itu hanya melempar senyum. Duda pun melakukan hal yang sama. Duda tidak menyangka akan dipertemukan dengan pasangan Zoriona. Duda pikir perempuan lain itu hanya teman Zoriona, ternyata bukan. 

"Yuk, duduk," ucap Zoriona.

"Aku mau ngerokok dulu bentar. Kamu tunggu, ya," ucap Raya seraya mengusap kepala Zoriona.

"Oke. Aku tunggu sini, ya."

Duda memperhatikan binar-binar cinta yang terpancar dari sepasang perempuan itu. Cara mereka tersenyum satu sama lain, menatap satu sama lain, memancarkan cinta yang begitu besar.

"Gue ikutan, dong, Ray. Dari pas jemput Duda udah asem, nih, mulut," sela Mercurius.

"Boleh, Mer. Ayo, bareng," ajak Raya.

"Gue tinggal dulu, Dud. Jangan nakal. Awas lo," ucap Mercurius, yang diakhiri dengan mencubit hidung Duda. 

Duda menyahuti, "Iya, Sayangku."

Menit berikutnya Duda duduk di depan Zoriona. Mereka berhadap-hadapan. Berbeda dengan Zoriona yang ramah dan penuh senyum, Duda memasang wajah jutek.

"Kalian udah pacaran berapa lama?" tanya Zoriona.

"Belum lama." Duda menjawab singkat.

"I see." Zoriona manggut-manggut. "Syukurlah akhirnya Mercurius punya seseorang yang dia sayang. Sometimes I feel bad about our past. But, yeah ... thank God, Mercu baik-baik aja."

Duda memasang wajah jutek. Baik-baik saja katanya? Mercurius tidak baik-baik saja. Oh, come on! Zoriona tidak tahu saja seberapa lama Mercurius menderita hanya karena perempuan itu.

"Dulu waktu kami baru putus, saya kepikiran. Tapi saya nggak bisa bertahan lebih lama. Saya nggak bahagia. Jadi, ya, lebih baik diakhiri. Syukurlah Mercu bahagia sekarang," cerita Zoriona.

"Nggak bahagia? Kamu nggak bahagia sama Mercu?" ulang Duda dengan nada sinis.

"Iya. Awalnya baik-baik aja sampai saya merasa hubungan kami salah. Saya ketemu yang lebih cocok sama saya dan memutuskan untuk berpisah dari Mercu. Bukannya akan lebih bagus kalau kita bisa bersama seseorang yang membuat kita bahagia?"

Duda berdecak kasar. "Egois. Gimana kamu bisa seegois itu? Mercurius setulus itu sama kamu, dia mencintai kamu sejauh langit di atas sana. Tapi kamu, kamu bilang nggak bahagia? Kalian pacaran bukan setahun atau dua tahun. Lima belas tahun! Terus sekarang kamu ngaku nggak bahagia selama sama Mercu? Sinting!"

"Maksudnya saya bahagia. Tapi belakangan setelah mendekati pernikahan, saya merasa salah dalam hubungan itu. Saya nggak bahagia," koreksi Zoriona.

Lagi, Duda berdecak. "Kamu pernah nggak, sih, sekali aja mikirin perasaan Mercurius? Iya, kamu bilang salah dan nggak bahagia makanya minta udahan. Tapi pernah nggak mikirin seberapa terlukanya Mercurius saat itu dengar permintaan kamu? Kamu yang beranggapan nggak bahagia saat itu, kamu nggak mikirin tentang dia yang selama ini nemenin kamu. Orang gila. Kamu udah ketemu duluan sama orang lain. Itu, kan, selingkuh. Kok, bisa, ya, perempuan seperti kamu dicintai segitu besarnya sama laki-laki yang terlalu bagus buat kamu? Nggak habis pikir ada perempuan sampah macam kamu. Tolol."

Terlahap emosi, Duda bangun dari tempat duduknya. "Kalau kamu berpikir saya bakalan bilang jagain Mercurius setelah kamu sakiti, kamu salah. Saya pengin kamu ingat bahwa keputusan kamu waktu itu adalah kesalahan terbesar kamu bikin orang terluka dan menderita. Kamu nggak tahu luka yang Mercu pendam sampai dia berubah berengsek. Istilah women support women nggak ada dalam ranah cerita kamu. Perempuan seperti kamu yang diam-diam ketemu orang lain saat masih bertunangan dan tiba-tiba minta udahan gara-gara merasa lebih cocok sama yang baru, bukan sesuatu yang perlu diberi apresiasi atau selamat. Syukurlah Mercu lepas dari perempuan sok paling tersakiti. You don't deserve him. He's too good for you."

Tanpa permisi seusai mengeluarkan unek-uneknya, Duda meninggalkan Zoriona begitu saja. Dia tidak peduli soal tata krama. Perempuan seperti Zoriona tidak pantas dapat tata kramanya. Sungguh menyebalkan!

Duda memutuskan pulang lebih dulu, menaiki taksi menuju hotelnya dan baru mengabari Mercurius setelah taksi meninggalkan kedai kopi.

💋💋💋

Jangan lupa vote dan komen kalian😘😘🤗❤️

Follow IG: anothermissjo

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro