List - 8
Yuhuuu update lagi❤️
Udah triple update nih! Apa gak mau kasih komen?🤣🤣🤣
•
•
Tidak tahu apa-apa, Mercurius dibawa Duda sampai ke private room. Di sana dia melihat dua orang yang memasang wajah garang nan galak.
"Pap! Duda mau nikah sama cogan ini."
Kata-kata itu membuat Mercurius melotot. Mata nyaris lepas gara-gara kelakuan yang tidak terduga. Kalau tahu tadi diajak ke sini untuk diperkenalkan tanpa basa-basi, Mercurius sudah menolak dari tadi.
"Apa?" Arfin menatap kaget. "Nikah? Mau nikah?" Seakan tidak rela putrinya nikah cepat-cepat meskipun umur sudah cukup matang untuk itu, dia menggeleng. "Nggak, nggak. Masa mau nikah?"
"Mercurius, kan?" timpal Wiram.
"Iya. Tapi jangan bilang Kak Alim. Pokoknya Duda mau sama Kak Mercu. Kalau bukan Kak Mercu, Duda nggak mau nikah selamanya," ucap Duda bersikeras dengan memasang wajah sok galak.
Mercurius seperti tengah menggali kuburannya sendiri. Mana mungkin dua orang itu diam saja dan tidak bilang Alim? Pasti akan bilang. Berakhirlah sudah persahabatan mereka.
"Bentar, bentar. Duduk dulu. Papa mau kenalan dulu. Jangan ngomong begitu," suruh Arfin.
Duda segera menarik Mercurius sampai duduk di samping ayahnya. Duda ikut duduk. Pinggangnya sakit habis digempur Mercurius habis-habisan. Berulang kali pula. Mana sempit. Ya, tapi untungnya dia menikmatinya. Permainan Mercurius selalu luar biasa.
"Lho, lho, bukannya ini Mercurius?" Arfin baru saja menyadari setelah melihat dari dekat.
"Iya, Mercurius, Pa. Tadi, kan, udah saya bilang," sela Wiram.
"Papa udah kenal, kan? Papa setuju, kan, kalau Duda nikah sama Kak Mercurius? Papa kasih restu, kan? Iya, dong? Kalau nggak, Duda marah sama Papa," paksa Duda.
"Iya, iya, Papa setuju. Jangan gitu, dong, ah." Arfin menyipitkan matanya mengamati Mercurius. "Kamu mau nikah sama Duda? Beneran udah siap mau nikah sama putri saya?"
"Siap, dong, Paps. Duda hamil anaknya Kak Mercurius," potong Duda dengan jahilnya.
Wiram yang tengah meneguk air sampai menyembur laptopnya gara-gara kaget. Sedangkan Arfin menyentuh jantungnya, kaget setengah mati.
"Nggak, Om, nggak. Duda bercanda. Duda nggak hamil, kok," sela Mercurius. Ada lagi gila-gilanya Duda mengaku hamil. Astaga! Sudah dijebak ketemu ayahnya, sekarang malah bikin dia minta ditusuk sekarang juga lagi! Duda ini, ya, benar-benar sesuatu.
"Ya, Tuhan ... ya, Tuhan ... jadi yang benar mana? Hamil atau nggak?" Arfin bertanya dengan napas megap-megap.
"Hamil."
"Nggak."
Dua jawaban yang tidak konsisten, berhasil membuat Wiram menutup laptop dan berdiri dengan galaknya di samping Arfin.
"Duda, jangan bercanda, ya. Hamil atau nggak? Kalau kamu bohong, awas aja. Kalau beneran hamil, mau kakak gebukin, nih, orang. Seenaknya aja bikin hamil anak orang," kata Wiram galak.
"Nggak, Kak. Saya berani sumpah. Nggak hamil." Mercurius menjawab lebih dulu demi melindungi dirinya. Gila. Dia tidak mau jadi sate ayam dipukuli Wiram. Dia sendiri tahu kakak-kakaknya Duda jago beladiri, termasuk Alim.
Duda nyengir, lalu memeluk lengan Mercurius sambil menyenderkan kepala. "Nggak. Tadi bercanda aja biar direstui. Takutnya kalian nggak suka sama Kak Mercurius."
Wiram mengusap wajahnya sambil bernapas lega. "Kakak pasti restui. Tapi jangan bohong gitu. Lihat, tuh, Papa udah panik. Kalau sampai Papa kena serangan jantung gimana?"
Duda tetap nyengir memamerkan gigi putihnya sambil melihat sang ayah. "Maaf, Paps." Lalu, dia memasang puppy eyes guna merayu dua orang kesayangannya. "Jadi, boleh nikah sama Kak Mercurius, kan?"
Arfin menghela napas terang-terangan dibarengi usapan pada dadanya. "Iya. Papa setuju. Tapi nggak usah nikah buru-buru. Pacaran dulu aja."
"Iya, pacaran dulu," timpal Wiram.
"Masalahnya Kak Mercu nggak mau pacaran makanya Duda bilang soal nikah." Kali ini Duda mengubah ekspresinya menjadi sedih. Biar saja, ini siasatnya untuk menggaet Mercurius.
Mercurius melihat Duda. Ekspresi sedih perempuan itu membuat dua laki-laki di depan mata melempar tatajam tajam siap menghunusnya sampai dasar bumi. Sebelum kena amuk, Mercurius mengoreksi, "Mau, kok, mau. Kapan bilang nggak mau?"
"Beneran?" tanya Duda.
"Iya, beneran," jawab Mercurius.
"Heh! Kamu nggak mau pacaran sama Duda kenapa? Merasa paling ganteng sedunia nolak pacaran sama putri saya?" omel Arfin.
"Mau, Om, mau. Saya mau, kok, pacaran dulu sama Duda. Sumpah." Mercurius memasang wajah serius. Air peluh membasahi keningnya. Panik setengah mati.
"Serius lo mau sama Duda? Jangan terpaksa, ya. Kalau terpaksa, awas lo," timpal Wiram tidak kalah galak.
"Iya, beneran, Kak. Saya mau pacaran sama Duda, kok. Beneran," ucap Mercurius tegas.
"Ya udah jaga baik-baik adik gue. Awas lo macem-macemin dia. Siap-siap tinggal nama," ancam Wiram.
Mercurius mengangguk mantap. Jangan sampai saja keluarga Duda tahu mereka sudah bercinta berulang kali. Kalau ketahuan, habislah dia. Pasti namanya tinggal nama. Tidak ada wujudnya lagi nanti.
"Hehe ... pacarku," bisik Duda jahil di telinga Mercurius.
Mercurius mau memelototi Duda, sialnya, dua orang di depannya masih memelototinya. Jadi, dia cuma bisa nyengir dan menahan diri untuk tidak protes. Benar yang Alim katakan setiap menceritakan soal adiknya, Duda selalu nekat dan tidak peduli akan apa pun. Jika Duda ingin sesuatu, maka harus dapat hari itu juga. Sialnya, sekarang dialah yang terjebak dalam kandang harimau.
Duda menahan tawa. Asyik! Dia bisa menggaet Mercurius. Tidak peduli caranya licik dan penuh jebakan, yang penting dia bisa memberi ceklis pada nama Mercurius sebagai mainan barunya.
Welcome to Duda's world! Duda bisa berbuat sesuka hatinya sekarang.
💋💋💋
Tidak ada yang lebih menyenangkan selain liburan untuk menonton Magic Men di Australia. Duda sengaja mengajukan cuti beberapa hari hanya untuk menonton acara ladies night yang dimanjakan dengan para laki-laki rupawan.
Tadinya Duda hendak pergi bersama Alim, tapi karena Nahla mau ikut, kakaknya membatalkan. Berhubung Nahla juga batal, Duda berbohong dengan mengatakan pada keluarganya kalau Milky, teman baiknya yang lain, ikut dengannya berlibur ke Australia. Kenyataannya Milky sedang sibuk mengurus kerjaan di kantor. Sebaliknya Duda pergi berdua dengan ditemani Mercurius. Lagi pula ini kesempatan sebelum laki-laki itu sibuk latihan untuk balapan.
Selain ketampanan tiada dua, Duda menyukai Mercurius karena laki-laki itu seorang pembalap mobil F1 ternama. Laki-laki itu memenangkan Manor Racing pada beberapa tahun silam. Dari sana nama Mercurius melejit. Meskipun sempat beberapa kali kalah, beberapa tahun belakang menjadi tahun yang luar biasa untuk karier Mercurius. Laki-laki itu terus memenangkan kejuaraan dan yang terakhir tepatnya tahun lalu, Mercurius berhasil meraih posisi kedua dalam F1 Grand Prix.
"Baby," panggil Duda jahil saat menunggu Mercurius keluar dari kamar mandi.
Belum ada satu detik setelah panggilan itu dilancarkan, Duda melihat Mercurius keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Tubuh terbentuk indah dengan dada bidang sekaligus perut kotak-kotak layaknya bongkahan cokelat begitu memanjakan mata.
"Are you happy, hm?"
Satu alis Duda naik ke atas. "Maksud pertanyaan ini apa? Happy soal apa?"
"Pacaran. What else?"
Duda memasang cengiran kudanya. Tentu saja senang. Dia sudah memberi ceklis pada nama Mercurius dalam buku hariannya.
"Of course! Gue bisa lihat lo sepuasnya sekarang, Kak Mercu. Eh, panggil Mas Mercu aja kali, ya?" Duda bangkit dari duduknya, menghampiri Mercurius yang tengah sibuk mengeringkan rambut.
"Lo bukan mau lihat gue sepuasnya. Lo mau jadiin gue salah satu mainan lo, kan?" tembak Mercurius.
"Hus! Mana ada gitu." Untungnya, Duda bisa mengontrol ekspresi. Kalau tidak, bisa ketahuan dugaan Mercurius benar. "I like you for real. Masa nggak sadar, sih, Kak? I like you tahu!"
Mercurius memicingkan mata. "Really?"
"Really! Suwer!"
Mercurius terlampau sering mendengar Alim menceritakan soal adiknya, termasuk masalah laki-laki yang dekat atau dipacari adiknya hanya seumur jagung. Tidak salah kalau Mercurius bisa langsung mengatakan demikian. Namun, ya, dia tidak masalah. Lagi pula akan bertahan selama apa hubungan mereka ini? Paling kalau Duda sudah bosan, dia akan ditendang. Mercurius sudah siap untuk itu. Jadi, dia akan menikmati masa-masa yang ada sekarang saja.
"Ya, ya, percaya." Mercurius mengacak rambut Duda, lalu beranjak mengambil pakaian dari dalam lemari.
"Omong-omong, kata Kak Alim, beberapa hari lalu lo ketemu mantan. Habis kangen-kangenan, ya, Kak?" tanya Duda penasaran.
"He-em." Hanya dehaman saja yang lolos.
"Gue baru tahu lo pernah tunangan."
Kalimat Duda kali ini sukses membuat Mercurius berhenti mengambil celana pendek. Dia bertanya, "Tahu dari mana? Alim nggak tahu gue pernah tunangan."
Duda mengatup mulutnya. Sialan. Dia keceplosan. "Well, uhm..." Kata-katanya menggantung. Duda kebingungan harus menjawab apa.
"Kak Sentosa, ya?" Mercurius menebak. Melihat ke belakang, Duda mengangguk. Lalu, dia mengambil celananya dan memakainya di tempat. "Lo pengin tahu gue nggak jadi nikah?"
"Iya." Duda menggaruk tengkuk lehernya. "Ya, kalau boleh dan nggak keberatan, sih."
"Boleh aja." Mercurius menggantung handuknya lebih dahulu, lantas menaiki tempat tidur. "Masih ada enam jam lagi sebelum acara konyol yang mau lo tonton. Mau gue ceritain nggak? Kalau mau, sini." Dia menepuk samping tempat tidurnya agar Duda datang.
Duda segera menaiki tempat tidur dan duduk di samping Mercurius. Merasa kurang nyaman, Duda duduk di depan Mercurius dan menyandarkan tubuhnya di tubuh laki-laki itu. Duda menarik tangan Mercurius sampai memeluknya.
"Then, tell me," pinta Duda sambil mendongak.
Mercurius menceritakan hubungannya yang miris. Dia berpacaran dengan Zoriona sejak awal masuk SMA. Jatuh cinta pada pandangan pertama dan tidak ragu mengajak Zoriona berpacaran dengannya sebulan setelah MOS selesai. Untungnya, cinta berbalas. Hubungan mereka berlanjut sampai lima belas tahun lamanya––tepat umur Mercurius tiga puluh tahun. Mereka bertunangan setelah itu, memutuskan menikah satu tahun ke depan. Tidak ada yang salah dalam hubungan mereka.
Entah bagaimana, Zoriona mengaku pada Mercurius bahwa Zoriona menyukai seorang perempuan dan sudah berciuman. Perasaan Zoriona pada Mercurius telah berubah. Dan begitulah hubungan mereka berakhir. Mercurius ditinggalkan begitu saja. Selang enam bulan kemudian, Zoriona menikah dengan perempuan itu di Amsterdam. Tidak lama setelah pernikahan, Zoriona memutuskan menetap di New York hingga sekarang.
Kalau dipikir-pikir Mercurius cukup bodoh membiarkan Zoriona pergi dari hidupnya. Ada sebuah penyesalan, tapi Mercurius tidak bisa memaksa Zoriona untuk tetap di sisinya. Setelahnya Mercurius hanya bersenang-senang dengan menjadikan gebetan tanpa berniat mengubah status. Adapun satu atau dua yang sempat dipacari Mercurius, hanya saja itu tidak tergolong serius dan cuma seumur jagung.
"Miris amat, Kak. Lima belas tahun, tuh, harusnya happy ending. Kok, bisa-bisanya nggak ada happy ending?" komentar Duda setelah mendengar cerita miris barusan.
"Hidup, kan, bukan fairy tale. Lo bisa kehilangan seseorang yang lo cintai dalam sekejap. Ya, bukan jodoh, sih. Kalah cantik juga," canda Mercurius.
Duda mendongak, mengamati raut wajah Mercurius yang terlihat santai saja. Malah dia melihat Mercurius tertawa. "Sedih nggak, sih, putus setelah sekian lama bersama?"
"Sedih. Tapi ingat lagi, bukan jodoh."
Duda bisa mengerti, tapi dia yakin Mercurius masih sedih teringat kemirisan nasib kisah cintanya. Duda berbalik badan, lalu memeluk Mercurius.
"Tenang, gue nggak akan ninggalin pacar ganteng gue. Lo ada di tangan yang tepat, Kak," bisik Duda.
"Masa?" Mercurius terkekeh. Sambil mengeratkan pelukan, dia menghirup aroma tubuh Duda dari pundaknya yang terekspos. "Smell like a baby."
"Your baby," kekeh Duda.
Mercurius tidak menanggapi lagi selain tertawa kecil. Dalam pelukan Duda, dia merasa jauh lebih tenang. Mercurius sudah move on, tidak lagi terpaku pada sang mantan. Sekarang ini dia lebih tertarik mengenal Duda lebih jauh dan menambah perasaan yang sudah ada untuk perempuan itu.
💋💋💋
Jangan lupa vote dan komen😘😘🤗❤️
Follow IG: anothermissjo
Sabar ye, ini Duda sama Mercurius pacaran pake lo-gue. Kalian pasti ada yang gak begitu suka. Tapi emang begindong wkwkwk mereka ini agak lain jadi mohon dimaklumi😭🙏 entar pelan-pelan bisa kok bahasa mereka satu sama lain berubah lebih uwu👍 progres, semua butuh progres wkwkwk
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro