List - 16
Akhirnya update lagi🥰🥰
•
•
Suara mengomel seorang agen apartemen dari seberang telepon terdengar jelas di telinga. Duda sampai menjauhkan telepon supaya telinga tidak sakit. Duda sudah terbiasa mendengar keluhan semacam ini jadi dia cuma mendengarkan dan mengiakan saja supaya tidak berdebat. Duda bukan tipe penyabar, tapi khusus pekerjaannya ini, dia berubah sabar.
"Iya, Bu. Nanti saya sampaikan ke atasan terkait lift. Maaf atas ketidaknyamanannya, Bu," ucap Duda mencoba tenang.
"Sabar, sabar! Klien saya sampai kesal tahu! Dari kapan tahu..." Ocehan masih belum selesai dan dilanjutkan lagi tanpa henti dengan suara meninggi.
Duda memutar bola matanya sambil memandangi jam dinding. Sebentar lagi jam makan siang. Dia masih saja mendengarkan ibu-ibu mengoceh tanpa henti dan tidak peduli lift urusan Duda atau bukan, yang penting protes dulu.
"Iya, Bu. Maaf, Bu." Hanya itu yang bisa Duda sampaikan. Jika dia salah bicara atau seakan memberi harapan palsu, dia yakin ibu itu akan marah jika janjinya tidak terlaksana.
Setelah memakan waktu lima belas menit cuma mendengarkan ocehan, akhirnya selesai juga. Duda bernapas lega. Kalau bukan karena ingin bertahan lama di apartemen ini, Duda sudah mencak-mencak sejak tadi.
"Duda, itu ada yang pengin protes soal kebocoran dari kamar atas. Katanya Masnya baru pindah seminggu yang lalu." Milda memberi tahu tidak lama setelah membuka pintu.
"Oke, Mbak. Aku ke situ. Bentar minum dulu haus habis dengerin ibu-ibu ngomel."
Milda tertawa kecil. "Oke, Duda. Orangnya nunggu di depan, ya."
Duda mengacungkan ibu jarinya. Dia meneguk air putih dari botol minum bergambar Princess Aurora miliknya. Dia meneguk sampai hampir menghabiskan air. Selesai membasahi tenggorokkan, Duda beranjak menuju ke depan. Adrian sedang mengontrol kebocoran salah satu unit bersama engineering. Jadi, dia bertugas di dalam kantor.
"Dud, ini Pak Igor yang tadi bilang unitnya kena bocor dari atas." Milda menunjuk seorang laki-laki yang duduk di dekat meja resepsionis.
Mata Duda membelalak. Bukan kebetulan namanya sama dengan sang mantan. Laki-laki itu memang mantannya. Mantan yang sudah lama tidak dilihat Duda setelah hubungan mereka kandas. Selain itu, Igor juga tampak terkejut melihatnya.
"Aku nggak nyangka bisa ketemu kamu di sini, Duda," ucap Igor dengan wajah tidak kalah kaget.
Duda tidak bisa berkata apa-apa selain memaksakan senyum. Dia lebih tidak menyangka lagi akan dipertemukan dengan Igor.
"Oh, udah saling kenal, toh?" sela Milda.
"Iya, Mbak," jawab Duda singkat.
Duda melihat Igor. Laki-laki itu masih tetap sama, belum berubah sama sekali. Mungkin yang berbeda hanyalah gaya potongan rambutnya yang lebih mirip potongan rambut Chris Evans saat berperan sebagai Captain America. Lebih rapi. Sialnya, wajah rupawan Igor tampak semakin bersinar. Entah efek sudah terlalu lama tidak melihat Igor atau memang mantannya semakin terdepan tampan tiada dua. Ya, meskipun ketampanan Igor tidak bisa disamakan dengan Mercurius yang lebih di atasnya.
"Kalau gitu biar saya panggil dulu engineering-nya, Pak Igor. Biar mereka lihat bagian mana yang bocor," kata Duda, mencoba untuk tidak berbincang santai. Dia tidak mau siapa pun mengetahui bahwa Igor adalah mantannya.
"Boleh. Kalau gitu aku tunggu di unit aja, ya?"
"Iya, Pak."
"Nanti Bu Duda juga ikut, kan?"
Duda ingin menolak, sialnya, Adrian sedang tidak ada di tempat. Jadi, mau tidak mau dialah yang menemani engineering. Meskipun sebenarnya bisa saja engineering pergi tanpanya, dia sudah membiasakan diri mengikuti engineering pada awal saat melihat kebocoran atau kerusakan di sebuat unit apartemen. Saat pengerjaan, barulah Duda tidak ikut.
"Iya, Pak," balasnya dengan terpaksa.
"Oke, aku tunggu, Bu Duda."
Igor melempar senyum sebelum pamit kepada resepsionis dan meninggalkan kantor. Duda terpaku sebentar memandangi kepergian Igor. Kemarin-kemarin Duda ingin menghubungi Igor, eh, sekarang malah dipertemukan dengan tidak sengaja seperti ini.
"Merhatiin mulu, Dud. Mantan gebetan, ya?" goda Milda.
Duda tersentak dan menoleh ke samping. "Ih ... apaan coba, Mbak. Aku panggil Pak Agus dulu, ah. Duluan, Mbak. Kalau Adrian nanya aku ke mana, bilang aja lagi periksa unit yang bocor, Mbak. Thank you."
Tidak mau membuat spekulasi tentangnya dan Igor, dia bergegas keluar ruangan menuju ruang engineering berada. Sepanjang jalan menuju B2 melalui tangga darurat, tiba-tiba detak jantungnya berdegup lebih cepat. Apakah efek jalan terburu-buru menuju ruang engineering atau gugup bertemu Igor? Duda tidak bisa memahami dirinya sendiri.
💋💋💋
Duda menemani salah satu engineering untuk memeriksa kamar mandi unit apartemen Igor yang bocor. Duda mengamati suasana apartemen yang rapi. Khas Igor sekali. Entah alasan apa Igor pindah ke sini, padahal apartemen yang dulu sering Duda kunjungi sudah nyaman.
Di apartemen lain yang dulu menjadi tempat tinggal sang mantan, Duda sering mampir dan menghabiskan banyak waktu bersama mantannya itu. Memasak bersama, movie date, dan banyak hal lainnya. Kalau ingat itu, dia jadi ingat seberapa besar cintanya untuk Igor. Her first love.
"Dud, nanti kamu telepon Bu Maya Indari." Agus, sang engineering, berucap setelah keluar dari kamar mandi.
Duda tersentak. Pikirannya akan masa-masa indah dulu buyar. Duda mengangguk dengan cepat supaya tidak dicurigai sedang melamun.
"Baik, Pak," sahutnya.
"Ya udah, kalau gitu kami permisi, Pak," pamit Agus.
"Permisi, Pak Igor," sambung Duda.
"Tunggu dulu, Duda," panggil Igor menahan.
Duda menatap Igor dengan penuh tanya. "Ya, Pak?"
Agus ikut menoleh. Ketika mendengar panggilan yang dirasa cukup akrab mengudara, Agus pergi perlahan-lahan seakan sudah mengerti bahwa ada yang ingin dibicarakan antara Igor dan Duda. Ya, walau sebenarnya ini hanyalah insting Agus saja, bukan dari tatap-tatapan yang sedang berlangsung.
Tidak lama setelah Agus keluar, Igor menggaruk tengkuk lehernya. Berusaha memasang senyum lebih tulus ketimbang kikuk, dia mencoba mencairkan suasana. "Malam ini kamu luang?"
"Kenapa?"
"Nggak apa-apa, sih. Aku mau ajak makan malam." Igor nyengir. Detik berikutnya dia mengibas tangan berulang kali. "Eh, ini bukan ajakan kencan. Aku cuma mau ajak makan malam sebagai rasa terima kasihku karena kamu mau bantu urus kebocoran."
"Ini, kan, udah tugas aku. Kamu nggak perlu traktir," tolak Duda.
"Ya, tapi––ah, ya udah aku nggak pakai excuse, deh. Aku cuma mau ajak kamu makan malam aja. Anggap aja sebagai bentuk rasa syukur bisa ketemu kamu lagi," bujuk Igor.
Duda diam sejenak. Malam ini dia ada janji dengan Mercurius untuk nonton film di bioskop.
"Bisa nggak?" Igor memasang wajah memelas dengan tatapan penuh harap.
Melihat bagaimana Igor membujuk, Duda akhirnya luluh. Sebenarnya kesempatan makan bersama ini bisa menjadi ajang memastikan. Iya, memastikan perasaannya terhadap Igor. Kalau memang dia masih cinta, sudah pasti akan seperti dulu bukan? Duda ingin tahu perasaannya. Tidak ingin terombang-ambing pada ketidakjelasan yang hanya muncul di benaknya.
"Bisa, kok," balasnya akhirnya.
"Kamu balik jam berapa?"
"Jam lima sore."
"Oke, berarti aku samper kamu?"
"Kamu kasih tahu aja parkir di mana nanti aku samper. Kalau kamu samper di kantor nggak enak," balas Duda.
"Oke, deh. See you later, Duda."
Duda melempar senyum, lalu berbalik badan untuk segera berlalu. Tepat setelah membuka pintu, dia melihat Agus menunggu dengan setia. Duda berterima kasih tidak ditinggalkan.
"Yuk, Pak," ajak Duda.
"Udah kelar ngobrolnya, Dud?"
"Udah, Pak."
"Temen, ya?"
"He-em."
Setelah itu tidak ada lagi obrolan. Agus tidak mau bertanya lebih jauh, Duda juga tidak mau memperjelas hubungannya dengan Igor. Biarlah semua masalah menyangkut Igor tersembunyi rapat sebagaimana mestinya.
Duda mengambil ponselnya. Dia mengirimkan pesan kepada Mercurius membatalkan janjinya. Dia bisa pergi menemui kekasihnya nanti. Mereka bisa menonton besok atau lusa.
💋💋💋
Jangan lupa vote dan komen kalian🤗🤗🤗😘
Follow IG: anothermissjo
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro