List - 14
Yuhuu update🤗🤗
Aku sangat berterima kasih kalo kalian mau berikan komen❤️
Sebagian part ini dibikin bersama dengan azizahazeha ❤️
•
•
Di hari libur yang cerah, Duda memilih mampir ke rumah Nahla. Dia ingin cerita mengenai hal yang cukup mengganggu. Dan di sinilah dia sekarang, mengganggu Nahla yang sedang merias diri di depan meja rias estetiknya.
Duda menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur Nahla. Sambil menatap langit-langit dan dipandangi sekilas oleh sang sahabat, dia berkata, "La, gue tolol, deh. Asli, gue merasa jadi perempuan paling tolol sedunia."
"Udah tau sih gue, nggak usah diperjelas," sahut Nahla yang tersenyum geli. Dia menatap sahabatnya yang sepertinya galau berat itu. "Kenapas deh? Siapa yang bisa buat Duda ngegalau gini?" lanjut Nahla.
"Sialan lo!" Duda hendak melempar bantal, tapi dia mengurungkan niat karena takut kotor. Menghela napas, Duda kembali menatap langit-langit. "Gue masih kepikiran Igor. Bukan kepikiran doang, sih, gue masih cinta sama dia. Setelah Mercurius nyatain perasaan kalau dia serius dan cinta, gue nggak bisa balas apa-apa. And I know, gue memang setolol itu. Kenapa masih galauin laki-laki berengsek, sih? Kesel banget!" cerocosnya panjang lebar dengan menggebu-gebu.
Nahla langsung mendelik begitu mendengar nama Igor disebut Duda. "Gue tau emang yang brengsek lebih menarik, emang Kak Mercu kurang brengsek?" ucap Nahla yang tidak bisa menyangkal apa-apa. Dia dan Duda sama-sama pernah menjadi pacar Igor, pria brengsek kelas berat. "Sekarang gue tanya, lo ada pernah behubungan sama Igor lagi? Kalau gue sih terakhir di club itu," kata Nahla kemudian.
"Well, ya, Kak Mercu nggak seberengsek yang kelihatannya, sih." Duda menghela napas berat. Dia menggerakkan kakinya yang menggantung dengan kesal. "Nggak. Setelah ketahuan gue cuma dijadiin selingkuhan, gue nggak hubungi dia lagi."
Duda teringat masa-masa bersama Igor dulu sampai akhirnya mengetahui bahwa Nahla merupakan kekasih utama Igor, sedangkan dia hanyalah selingkuhan yang disebut sebagai kekasih utama. Setelah memutus semua kontak dengan Igor, dia lebih dekat dengan Nahla. Mereka akrab gara-gara Igor.
Nahla sudah lama membuang perasaannya untuk Igor. Jadi, dia tidak masalah jika Duda bersama Igor. Hanya saja, Nahla tidak mau Duda merasakan sakit hati yang sama lagi. "Pikirin baik-baik deh," saran Nahla.
"Ah, gimanaaaa?" Duda menggoyangkan kakinya seperti anak kecil yang meminta mainan. "Duh, sialan. Kenapa yang red flag malah lebih membekas di hati, sih? Aargghhhh! Sebel! Gue harus apa, La? Apa harus balik sama Igor? Tapi, kan, ah, udahlah. Dia mana mau sama gue lagi," dengkusnya sambil menghela napas.
"Coba aja lo chat dia, tapi kalau gue sih ogah balik sama dia. Inget nggak lo, dulu gimana gue ngelabrak lo," ucap Nahla yang mengingat saat pertama kali dirinya dan Duda bertemu.
Duda berdecak berulang kali. Bukan ingat lagi, tapi sangat ingat!
"Aaaaah, sebel!" Duda merogoh ponsel dari saku celana jeans, lalu mencari nama Igor. "Btw, gue udah hapus nomornya. Lo masih punya nomornya? Gue mau tes chat dia, deh."
Nahla mengambil ponselnya dan mengirimkan kontak Igor pada Duda. "Udah noh. Awas aja lo ntar nangis-nangis ngadu soal Igor ke gue ya. Habis itu burung Igor gue sunat," ancam Nahla.
Duda menarik senyum setelah mendapatkan nomor Igor. Dia memasukkan ponsel ke dalam saku jeans, lalu bangun dari posisinya, dan kemudian berjalan menghampiri Nahla. "Iya, Ayangku. Tenang aja. Btw, yuk, cabut. Gue pengin belanja!"
"Btw kemarin gue ketemu kakaknya Mario sama istrinya. Kayaknya mereka nggak suka deh sama gue," ucap Nahla santai. Nahla sudah siap dan kemudian berkata, "Yuk deh, setres gue."
"Yukkkk!"
Setelah itu Duda menepuk-nepuk pundak Nahla dengan tidak sabar agar mereka pergi secepatnya. Nahla pun tahu Duda tidak sabaran dan mempercepat persiapannya. Lalu, mereka pergi keluar kamar bersama untuk menghirup udara segar dan menghabiskan uang.
💋💋💋
Satu tahun yang lalu...
Selama ini Duda tidak pernah menemukan laki-laki yang dirasa berhasil membuatnya jatuh cinta. Namun, setelah bertemu dengan Igor, dia merasa dicintai sepenuh hati. Igor merupakan cinta pertama dan laki-laki pertama yang berhasil meruntuhkan seluruh hati dinginnya. Igor kekasih pertama Duda selama satu tahun belakang. Lebih tepatnya hari ini mereka satu tahun.
Sayangnya, kepercayaan Duda kepada Igor runtuh lantaran Igor membohonginya. Duda baru mengetahui Igor memiliki kekasih beberapa jam yang lalu. Duda bertemu dengan kekasih Igor yang sebenarnya saat tengah jalan bersama Igor. Setelah dibahas bersama, Duda bukanlah kekasih utama melainkan selingkuhan Igor. Namun, Igor bilangnya tidak punya kekasih jadi Duda percaya.
Betapa bodohnya Duda mempercayai ucapan Igor semudah itu. Hatinya terluka. Tangisnya pun pecah. Untuk pertama kalinya, Duda merasakan yang namanya sakit hati akibat laki-laki yang dia cintai membohonginya. Padahal Duda sudah mencurahkan seluruh perasaannya untuk Igor. Kenapa Igor begitu tega padanya?
Duda menangis terisak-isak di dalam mobil. Suara tangisnya memenuhi kekosongan. Kening disandarkan pada setir mobil dengan tangis yang tidak berhenti.
Bertepatan dengan itu, ponselnya berdering. Duda mengangkat wajahnya dan melirik ponsel yang diletakkan di jok sampingnya. Bukan Igor melainkan sang ayah. Berusaha menenangkan diri sebentar, Duda menjawab panggilan telepon dari sang ayah.
Niatnya Duda tidak ingin mengadu, ujung-ujungnya tangis pecah lagi. Alhasil suara isakannya pun terdengar kala memanggil sang ayah. "Papa..."
"Nak? Kenapa nangis?" tanya Arfin di seberang sana.
Air mata terus mengalir. Duda terisak-isak sebentar sebelum sanggup menjawab. "Igor ... ternyata dia punya pacar, Pa. Dia bohong sama Duda. Dia udah pacaran tiga tahun sama pacarnya, Pa. Ternyata Duda cuma selingkuhannya, Pa. Selingkuhannya..."
Suara sang ayah tidak terdengar. Duda menangis terisak-isak.
"Kamu di mana, Nak? Biar Papa jemput," tanya Arfin dengan lembut. Suaranya setengah bergetar, sedih mendengar putrinya menangis sesegukan.
"Duda nggak mau pulang. Duda sedih, Pa..."
"Sabar, Nak. Sabar dulu. Kamu harus pulang. Kalau memang nggak mau dijemput, kamu pulang sendiri nggak apa-apa. Pulang, ya," ucap Arfin dengan nada membujuk.
Duda terus menangis sampai beberapa menit membiarkan ayahnya mendengarkan tangisan penuh kekecewaannya. Ini pertama kalinya Duda menangis seperti ini. Duda tidak pernah menangis. Baru sekali ini setelah dibuat patah hati.
"Nggak apa-apa, Nak. Pulang, ya. Papa tunggu di rumah," bujuk Arfin setelah cukup lama mendengarkan Duda menangis.
Duda pun menyeka air matanya. Dia tidak mau membuat ayahnya khawatir. Dia mengangguk seakan ayahnya ada di depannya sekarang. "Iya, Pa. Duda pulang sekarang."
"Hati-hati, Nak. Nanti kita ngobrol lagi, ya. Papa tunggu. Tenang, ya, Nak..."
"Iya, Pa."
"Nak, jangan lupa. Papa sayang Duda. Selalu."
Kalimat manis ayahnya membuat Duda kembali menitikkan air mata. Namun, dia menahan isak tangisnya. Dia ingin menemukan laki-laki sebaik ayahnya, yang setia dan menerima sang ibu apa adanya. Jangankan bertemu, dia baru saja disakiti meskipun sifat Igor cukup mirip dengan ayahnya yang baik.
"Iya, Pa. Tunggu Duda pulang, ya, Pa."
"Iya, Nak. Papa tunggu. Hati-hati di jalan, Nak."
Setelah Duda mematikan sambungan, dia mulai melajukan mobil. Duda menyetir sendirian dalam kekecewaan. Tangisnya terus mengalir. Fokusnya terpecah terbayang dengan momen menangkap basah Igor jalan berdua dengan kekasih utamanya yang bernama Nahla itu.
Diliputi kekacauan yang menggerogoti pikiran, Duda kehilangan konsentrasi. Matanya yang terpejam sebentar guna menyudahi bayangan kejam itu, membuat Duda hilang kendalinya atas jalur yang dia gunakan. Saat membuka mata, Duda sudah mengambil jalur orang dan nyaris menabrak mobil. Guna menghindari kejadian yang tidak diinginkan, Duda membanting setir hingga menabrak tiang papan reklame.
Tubuh Duda terhempas ke depan. Syukurlah, dia masih baik-baik saja dengan menggunakan safety belt. Dia juga tidak mengebut sehingga kecelakaannya tidak berujung parah. Namun, dia berhasil membuat kekacauan akibat mobilnya naik ke atas lahan khusus tiang papan reklame dan menabraknya.
Kecelakaan ini tidak lantas menyadarkan Duda. Tangisnya kembali pecah. Orang-orang pun mulai mengetuk jendela mobilnya dan menanyakan keadaannya.
Hari itu menjadi hari yang tidak akan Duda lupakan. Terluka setelah dikhianati. Duda tidak mau percaya lagi akan mulut manis laki-laki.
💋💋💋
Jangan lupa vote dan komen kalian🤗🤗😘
Follow IG: anothermissjo
Jadi tahu lah ya Bapaknya Duda ini tuh selalu protektif belakangan karena kecelakaan ini. Bapaknya juga takut Duda disakitin lagi. Pokoknya gitu :( bapak mana yang nggak sedih dengar anaknya disakitin :"(
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro