List - 13
Yuhuuu update🤗🤗🤗
#Playlist: Ariana Grande - Love Me Harder
•
•
Kata-kata yang terdengar di telinganya kemarin malam membuat Duda sulit tidur. Duda kepikiran. Apa dia tidak salah dengar?
"Dud," panggil Adrian.
Duda tidak menjawab, sibuk menghela napas dan bersandar. Adrian mengernyit heran.
"Woi, Duda!" seru Adrian lebih keras.
Kali ini Duda menoleh. "Apa, sih? Jangan teriak-teriak, Dridi."
"Lo hela napas mulu, sih. Gue mau bahas kerjaan. Biasanya lo nggak begini. Ada apa?"
Duda sedang bimbang. Haruskah dia cerita dengan Adrian? Laki-laki itu lebih bijak dari yang terlihat. Beberapa kali dia mendengar Adrian mendengarkan curhatan orang-orang di kantor. Jadi, bukan masalah besar kalau dia ikut menjadi salah satunya yang curhat.
"Gue mau nanya, deh, Ad." Duda memutar kursi hingga menghadap pada punggung kursi Adrian. Laki-laki itu pun ikut memutar kursinya jadi mereka berhadapan sekarang.
"Nanya apa?"
"Kalau laki-laki udah bilang cinta, tuh, menurut lo serius nggak?"
"Tergantung orangnya yang ngomong. Kalau dia tulus sama lo, udah pasti serius. Kalau main-main, ya, itu bualan aja," jawab Adrian padat.
"Oh, gitu? Jadi, gue harus selidikin serius atau nggaknya dulu?"
Adrian mengangguk. "Kenapa? Ada yang nyatain cinta cuma lo nggak percaya?"
"Well, kind of." Duda nyengir. Berusaha tetap tenang meskipun hati sedang gerasak-gerusuk tidak tenang.
"Lo bisa tahu, kok, tulus atau nggaknya dia dari tatapan mata dan cara dia memperlakukan lo. Kalau dia ngomong sama lo pun suaranya kedengeran beda. Apalagi kalau laki-laki ini beneran tulus sama lo. Dia bakal lakuin apa pun buat lo tanpa harus merendahkan harga diri dia. Dia selalu berusaha bikin lo bahagia. Paham, kan? Intinya gitu."
Duda mengangguk pelan. Mencoba menelaah kata-kata Adrian. Namun, masih ada yang mengganjal di hatinya.
"Seandainya dia beneran tulus, apa gue boleh dicintai sebesar itu?" Sadar ucapannya cukup mengejutkan, Duda buru-buru meralat, "Maksud gue, lo tahu gue lah, Ad. Gue ini anaknya nggak banget, deh. Pokoknya bukan tipikal yang patut dicintai."
"Duda," Senyum di wajah Adrian terukir lebar. "Siapa pun patut dicintai, kok. Kenapa nggak patut atau nggak pantas dicintai? Apa karena lo sering nyakitin orang? Karena lo sering mainin orang? Itu nggak bisa dijadiin patokan nggak boleh dicintai. Kalau lo akhirnya berubah menjadi lebih baik ninggalin hal buruk itu, ya, lo pantas untuk dicintai. Seburuk apa pun lo di mata diri lo sendiri, pasti ada yang mencintai lo apa adanya. Pasti. Bahkan laki-laki bajingan aja nemu cinta sejati."
Duda diam cukup lama. Sejak dia dikhianati dengan cara tidak terduga oleh mantannya, dia merasa cukup trauma menjalin hubungan. Merasa tidak ada laki-laki yang tulus dan hanya ingin bermain-main dengannya seperti sang mantan. Selain itu dia merasa tidak pantas dicintai gara-gara mantannya menyakiti. Mungkin sikap dan tingkah lakunya yang menyebalkan yang membuat orang muak dengannya.
Adrian tersenyum sekali lagi berusaha menenangkan sang rekan. "Don't worry, Dud. Pokoknya lo berhak dicintai seperti orang lain. And you should be happy. Okay?"
Walau Duda meragukan itu, dia balas tersenyum sambil mengangguk pelan. "Thanks, Ad."
"My pleasure, Dudu."
💋💋💋
Pada jam makan siang, Duda mengajak Mercurius bertemu sekalian untuk menanyakan suatu hal yang sempat terlupakan kemarin. Duda mengajak Mercurius bertemu di restoran nasi Padang di dekat kantor. Kebetulan Duda lagi kepingin makan nasi rendang.
Duda sudah memesan makanannya lebih dulu. Dia sekalian memesankan makanan yang Mercurius inginkan. Untungnya, lima menit setelah dia memesankan makanan, sosok itu datang. Kalau tidak nasinya keburu dingin.
Kini, mereka berdua duduk berhadap-hadapan. Mereka duduk di paling pojok ruangan agar tidak terganggu dengan pengunjung lain. Apalagi jam makan siang seperti ini, ramainya minta ampun. Banyak yang mengobrol juga, takut obrolan mereka terganggu.
"Gimana tadi kerjaan? Berjalan lancar nggak?" Mercurius membuka obrolan.
"Lancar, Kak." Duda menjawab santai sambil melahap nasi rendang yang dia pesan. Sambil mengunyah pelan, dia menambahkan, "Bicara soal kerja, lo bilang sama bokap lo masalah gue dilecehkan, ya, Kak? Soalnya Pak Adri dipecat."
"Iya. Gue kasih lihat bukti CCTV pas lo ditampar. Ternyata pas ubek rekaman, ada juga rekaman dia lecehin beberapa pegawai perempuan. Salah satu resepsionis kasih kesaksian pernah dilecehin secara verbal," jelas Mercurius.
Setelah Mercurius tahu Duda dilecehkan secara verbal dan ditampar gara-gara menegur Adri, dia langsung mengubek seluruh rekaman CCTV. Dari sana Mercurius menemukan beberapa pelanggaran yang dilakukan Adri, tapi tidak ada yang berani melaporkan. Jadi, dialah yang bertindak dengan mengadukan pada ayahnya yang punya wewenang paling tinggi. Dia juga bilang kalau Duda ditampar gara-gara menegur. Mercurius meminta ayahnya untuk memanggil orang-orang di lantai bawah memberi kesaksian. Tidaklah sulit menjatuhkan Adri dengan kesalahan yang sudah jelas apalagi ada yang mau memberi keterangan sebagai salah satu korbannya.
Duda cukup kaget. Mulutnya yang penuh nasi dan rendang berhenti mengunyah. Mencoba untuk menelaah, dia mengunyah pelan makanannya. "Kenapa lo bantu? Bukannya lo minta gue cari bukti dulu, Kak? Gue belum sempat nyari bukti itu."
"Gue mana tega ngebiarin perempuan yang gue cinta diperlakukan begitu. Gue nggak bisa diam aja."
Duda sudah tercengang dengan pengakuan cinta Mercurius semalam. Sekarang semakin tercengang. "Lo beneran cinta sama gue, Kak?"
Mercurius menangkap ketidakpercayaan dari tatapan Duda. Dia tahu perempuan itu pasti meragukan perasaannya. Sambil melempar senyum, Mercurius berkata, "Iya. Gue udah lama tulus jatuh cinta sama lo. Tapi karena gue tahu lo adiknya Alim, gue selalu nahan diri untuk nggak deketin lo. Eh, tiba-tiba lo deketin gue. Jadi, ya, gue nggak bisa nahan diri lagi buat nggak merespons. Gue utarain perasaan gue aja sekalian."
"Sejak kapan?"
"Sejak kita sering ketemu, ngobrol, ketawa bareng dari lama. Kira-kira dari dua tahun yang lalu. Gue ingat banget tiap momen pas lo bikin gue gemes sama lo," ungkap Mercurius.
Mercurius sudah tertarik dengan Duda dari dua tahun yang lalu. Kedekatannya dekat Alim membuat dia lebih sering dapat kesempatan dekat dengan Duda. Beberapa kali Alim memintanya menjemput Duda. Saat itulah benih-benih cinta muncul. Mercurius merasa cocok dan nyaman setiap kali berbincang dengan Duda. Sudah lama Mercurius tidak pernah tertarik secara tulus dengan perempuan setelah ditinggal Zoriona. Duda satu-satunya yang berhasil mengobrak-abrik hatinya setelah sekian lama. Namun, dia tahu harus membatasi diri karena Alim secara terang-terangan tidak mau teman dekatnya berpacaran dengan Duda. Entah apa alasannya.
Tangan Duda tertahan sebentar. Tidak sempat melahap lagi, masih tidak percaya dengan pengakuan Mercurius.
"Lo nggak perlu ambil pusing. Gue tahu lo sering naklukin laki-laki cuma untuk kesenangan lo. Kalau gue salah satunya yang perlu lo taklukin, it's okay. Lo udah berhasil naklukin gue jauh sebelum itu. Gue nggak masalah, kok. Jadi, nggak usah diambil pusing ungkapan cinta gue," tambah Mercurius.
Bagaimana bisa Duda mengabaikan? Ini pertama kalinya Duda mendengar pengakuan cinta dari laki-laki yang menjadi salah satu bahan penaklukannya. Laki-laki lain yang menjadi mainannya tidak pernah seperti Mercurius. Sepertinya dia salah langkah. Duda hanya ingin menaklukan Mercurius untuk ditulis di belakang buku harian, bukan benar-benar membuat Mercurius jatuh cinta padanya. Terlebih lagi Mercurius jatuh cinta padanya jauh sebelum dia menjalin hubungan dengan mantannya.
"Kalau lo masih mandangin gue serius begitu, habis ini gue cium beneran." Mercurius mengerling genit berusaha mencairkan suasana seraya menjangkau tangan Duda, lalu mengusap punggung tangan itu dengan lembut. "Kita makan aja dulu. Kalau masih mau nanya lagi, tanya habis makan."
Duda tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. Dia masih memasang reaksi yang sama meskipun tangan sudah mulai melahap makanannya. Sambil terus memperhatikan Mercurius, dia merasa bimbang.
Mungkin kelihatannya Duda tertarik sungguhan dengan Mercurius. Nyatanya hanya sebatas untuk bahan penaklukan saja. Duda tidak bisa membalas perasaan Mercurius. Tidak.
Duda masih terlalu bodoh mencintai Igor. Jauh dalam lubuk hatinya, Duda masih belum bisa melupakan mantannya. Semua penaklukan yang dia lakukan setelah putus dari Igor hanya untuk membantunya melupakan Igor. Sayangnya, semua penaklukan itu hanyalah sia-sia, perasaannya masih tetap sama meskipun sudah dikhianati.
Sepenuhnya Duda tahu bahwa dia bodoh seperti perempuan lain yang menyukai laki-laki red flag. Namun, Duda tidak bisa mengontrol perasaannya. Kalau boleh memilih, dia ingin mencintai Mercurius saja, bukan Igor. Sayangnya, hati begitu sulit melupakan. Igor masih tetaplah yang terbaik––sosok yang pertama kali membuat Duda jatuh cinta. Jatuh sejatuh-jatuhnya.
💋💋💋
Setelah pulang bekerja, Duda tidak langsung pulang. Dia sudah bilang kepada sang ayah akan pulang terlambat ingin bertemu dengan Nahla––yang mana sudah menjadi bahan kerjasama supaya iya-iya saja kalau ditelepon Alim atau ditanya Mario. Takutnya Alim menyuruh Mario menanyakan kebenaran tersebut. Kakaknya suka tahu kalau dia berbohong.
Duda tidak pernah menyangka akan diajak bermain ice skating oleh Mercurius. Kalau boleh jujur, Duda benci ke sini. Tempat ini menjadi salah satu tempat kencannya dengan Igor.
"Sini biar gue bantu lo pakai sepatunya," kata Mercurius.
Duda tersentak saat Mercurius membantunya memakai sepatu. Mercurius tidak malu melepas sepatunya dan mengganti dengan sepatu khusus untuk mengitari ice skating rink. Duda diam cukup lama bukan malas mengganti sepatunya melainkan sedang mengusir bayang-bayang kencannya bersama Igor.
"Dud," Mercurius memanggil pelan. "Jangan mikirin laki-laki lain. Gue cemburu, nih."
Duda tersentak kaget. "Ih ... a-a-apaan! Gila kali. Sok tahu, deh."
Mercurius mendongak. Tertawa kecil menyaksikan reaksi kekasihnya. "Mikirin Igor, ya?"
"Gi-gila! Bu-buat apa mikirin dia?" Duda gelagapan. Sok menyanggah.
Setelah Mercurius selesai membantu Duda mengenakan sepatunya, dia berdiri. "Waktu itu lo cerita sama Alim. Katanya Igor ajak lo main ice skating and you hate it. Soalnya lo nggak suka dingin."
Duda ingin menyumpal mulut Alim. Apa saja, sih, yang dijadikan bahan obrolan sampai memberi tahu hal-hal tentangnya pada Mercurius atau teman yang lain? Duda kesal sendiri. Harusnya Alim tutup mulut embernya itu!
"Kalau tahu gue benci, kenapa lo ajak ke sini, Kak?"
"Soalnya gue bisa menghangatkan lo." Mercurius memainkan kedua alisnya bercanda.
"Basi, Kak!"
Mercurius tidak menanggapi. Dia mengambil coat yang sudah disiapkan dan memakaikan pada Duda. "Biar lo nggak kedinginan tentu aja pakai ini. Pokoknya gue bisa bikin lo panas lah, ya. Nggak gue biarkan lo kedinginan."
Duda memutar bola matanya. "Sweet talker."
"Kalau mau dihangatin pakai enam jenis ciuman juga bisa. Mau coba enam jenisnya nggak?" goda Mercurius.
Duda memukul lengan Mercurius. "Gila, ah. Satu aja udah ke kasur mulu. Gimana enam jenis coba? Lagian apa aja sampai sebanyak itu jenis ciumannya?"
Mercurius mencondongkan badannya, lalu berbisik, "Lo bakal tahu nanti. Kita cobain satu per satu."
Kata-kata Mercurius membuat bulu kuduk Duda berdiri. Namun, dia menyukainya. Sisi nakal Mercurius lah yang justru menantang adrenalin Duda untuk membalas nakalnya laki-laki itu.
"Kalau nanti horny jangan salahin gue, Kak."
Mercurius tergelak. Dia mengulurkan tangannya sambil tetap tertawa pelan. "Yuk, Princess?"
Duda menyambut uluran tangan Mercurius, ikut tertawa pelan dan kemudian mengubahnya menjadi senyum lebar.
Mereka berdua turun ke ice skate rink. Dua-duanya sudah mahir jadi tidak perlu diragukan lagi seberapa lincahnya mereka menguasai lintasan. Mereka bergerak dan berpisah hingga akhirnya memutuskan berpegangan tangan sambil mengelilingi arena yang dingin.
Seperti yang disampaikan Mercurius tadi, secara tiba-tiba Mercurius menangkup wajah Duda dan menggesek hidung mereka tanpa mempertemukan bibir.
"This one ... eskimo kiss," gumam Mercurius.
Duda tertawa geli. Dipikirnya Mercurius bercanda ternyata sungguhan. Duda tidak peduli dengan pandangan orang-orang yang merasa risih sekaligus iri gara-gara pamer kemesraan. Duda hanya peduli dengan cara Mercurius berusaha menjauhkan bayangan akan momennya bersama Igor dulu.
Dan tentu saja, Mercurius berhasil menyingkirkan kenangan akan Igor dalam pikiran Duda. Cara Mercurius memperlakukannya dan mengajaknya menikmati suhu dingin sangat berbeda dengan Igor. Iya, cara Mercurius jauh lebih manis dan penuh kelucuan tak terduga.
💋💋💋
Jangan lupa vote dan komen kalian🤗😘
Follow IG: anothermissjo
Jadi tuh Duda mulai nakal dan sering main2 sama cowok gitu setelah disakitin Igor~~~
Terus si Alim tuh mulutnya kan suka cerita gitu soal Duda gara2 sering ngeluh pusing sama adiknya wkwkwk nah, pas Duda pacaran sama Igor, si Alim suka cerita kalo Duda tuh bahagia banget sama pacar pertamanya dan apa2 diceritain makanya si Mercu tahu cerita Duda. (Tapi gak tau soal Duda kecelakaan itu).
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro