Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[3] Pahlawan Kesorean (1)


Sore menjelang malam, belum juga terlihat adanya tanda-tanda kedatangan Bu Nadine. Mereka yang menunggu sejak dua jam lalu tiba-tiba menjadi bosan. Annaka membatasi bagian halaman novel horor lalu menutupnya. Sedangkan Kana masih asyik dengan comic Detective Conan.

Annaka melirik Kana sedang asyik membaca comic. Sepertinya Kana sedang membaca serius. Rasa bosan terus menghampiri keduanya. Kana merasakan hal yang sama, ia juga menutup comic miliknya dan memandang Annaka sejenak.

"Kana ... "panggil Annaka.

"Hmm," gumam Kana.

"Dua hari yang lalu, ruangan akademik hampir kehilangan komputer dan data-data siswa," cerita Annaka pada Kana. Mendengar cerita barusan, Kana menjadi penasaran dan tertarik.

"Terus?" tanya Kana mengenai kelanjutan cerita Annaka.

"Semua barang-barang aman. Tapi, pelakunya kabur gak bisa ketangkap," terang Annaka sambil menghentikan jari.

Ctek!

Belum selesai Annaka bercerita tiba-tiba lampu laboratorium padam. Seisi ruangan menjadi gelap gulita. Annaka menjerit histeris ketakutan. Annaka yang barusan membaca novel horor tiba-tiba ketakutan melihat seisi ruangan. Takut akan cerita-cerita novelnya menjadi nyata. Seperti ada pembunuh darah dingin yang membawa sebilah pisau dan tiba-tiba hantu datang mencekik leher hidup-hidup.
Membayangkan saja sudah mengerikan. Annaka memejamkan mata. Itu lebih baik daripada melihat seisi ruangan gelap.

Kana tersenyum sinis melihat raut wajah Annaka. Tangan Kana merogoh ponsel dalam saku celana. Setelah itu ia menghidupkan ponsel dan menyenter ke arah Annaka. Satu-satunya pencahayaan ruang laboratorium sekarang hanya ponsel milik Kana.

Diperhatikan sebuah layar ponsel tertera pada layar atas. Yaitu jaringan seluler dan WIFI. Kana terus menggoyang-goyangkan ponsel agar mendapatkan sinyal. Kana menyipitkan mata. Sekilas Kana melihat ponsel lagi. Ada yang aneh dengan ponsel tersebut.

Seharusnya dalam posisi mati lampu, mengapa WIFI sekolah masih hidup? Bukannya jika selu
ruhnya mati lampu maka semua koneksi jadi tidak tersambung, termasuk WIFI? Kana menganalisis ke janggalan dalam batin.

"Ada yang janggal," desis Kana. Kana memberanikan diri keluar dari ruangan laboratorium tanpa memedulikan Annaka yang sedang ketakutan.

Kana mengintip dari jendela. Matanya menyapu seluruh pandangan area sekolah. Benar saja, ruangan Akademik serta lab. Komputer masih terang benderang. Itu berarti ada orang yang sengaja mematikan lampu hanya sebagian saja. Kesimpulan akhir Kana ialah sekolah berarti sedang dalam bahaya.

Tanpa berpikir panjang, Kana menarik Annaka keluar ruangan laboratorium. Belum sampai Kana dan Annaka menuruni anak tangga, tiba-tiba terdengar bunyi suara seseorang yang mencurigakan.

Tap! Tap!

Ada suara langkah kaki mendekat dari jarak Kana dan Annaka berdiri. Mereka berdua langsung menyembunyikan badan dibalik dinding. Saat itu juga terlihat dua orang pria bertopeng sedang berbincang-bincang seperti mengatur sebuah rencana. Annaka ingin menjerit namun mulutnya tertutup oleh tangan Kana. Ketika Annaka melihat salah satu dari mereka membawa pisau tajam. Kejadian ini persis sama dengan cerita novel horor yang telah Annaka baca. Annaka merasa cerita novel horor itu seperti nyata. Pikiran Annaka terus terbayang-bayang oleh cerita peristiwa demi peristiwa novel membuat tambah panik.

"Tenang," Kana mengisyaratkan telunjuk depan bibir Annaka.

Dag-dig-dug
Jantung Annaka kembali berpacu kencang. Dadanya berdesir tidak karuan. Matanya tersihir oleh sorotan mata milik Kana. Tanpa sadar tangan Annaka menjadi gemetaran. Perasaan takut sekaligus deg-degan menguasai dirinya sekarang. Perasaan apa tadi?

Nggak mungkin secepat ini?
Bukan?
Pasti itu salah tafsiran aja.

Annaka tersenyum kepada Kana. Sementara Kana terus mengamati gerak-gerik kedua manusia bertopeng yang tampak mencurigakan. Terus memperhatikan detail-detail apa yang dilakukan kedua maling itu.

Saking bahagianya Annaka, tanpa sadar, bahu belakangnya menyenggol sebuah pigura kaca tata tertib sekolah yang membuat pecahan kaca berserakan dimana-mana.
Fix, ini kesalahan fatal.

Suara pecahan kaca itu mengganggu konsentrasi kedua maling tersebut," siapa di sana?" Kedua maling itu berpencar mencari sumber suara.

Melihat situasi tidak memungkinkan, akhirnya Kana memutuskan menampakkan diri. Sebelum itu Kana mengatur rencana terlebih dahulu. Mau tidak mau, suka tidak suka Annaka harus menyetujui ide tersebut. Walaupun nyawa mereka lah yang menjadi risiko. Ini demi sekolah! Apa pun yang terjadi harus rela mengorbankan demi keselamatan sekolah, walaupun nyawa sekalipun.

"Dengar, kita tidak ada pilihan lain. Kita harus hadapi ini berdua, caranya Gue bakal hajar maling-maling itu, terus lo diam-diam pergi ke pos satpam dan laporin semuanya."

Annaka mengangguk lemah. Belum saja Annaka dan Kana keluar dari persembunyian, tiba-tiba kedua maling itu telah menemukan mereka terlebih dahulu. Kana memberi isyarat dagu pada Annaka untuk lari.

"Lari!!"seru Kana tiba-tiba.

Suara itu refleks membuat Annaka berlari kencang. Tetapi, ada satu maling yang mengejarnya dan maling tersebut membawa senjata tajam. Kecepatan lari Annaka makin kencang, tetapi lari Annaka menjadi tidak menentu. Dari tadi ia hanya berlari dari satu lorong koridor ke koridor lain sehingga tidak memikirkan jalan keluar menuju pos satpam. Yang terpenting bagi Annaka lari dan selamatkan diri dari pembunuh berdarah dingin.

Langkah lari Annaka terhenti ketika melihat pintu gudang terbuka. Diam-diam Annaka sembunyi dibalik pintu. Maling itu yang terus mengejar tiba-tiba kebingungan karena kehilangan jejak Annaka. Lebih bingung karena ada tiga persimpangan lorong dihadapkan maling itu.

Annaka mengintip maling itu pergi ke lorong timur. Setelah memastikan aman, Annaka keluar dari persembunyian. Namun langkah yang diambil bukanlah langkah yang tepat. Tepat belakang Annaka maling tersenyum sarkastis dan melayangkan pisau ke udara.

"Lari!!"seru Annaka.

Dengan sisa tenaga yang terkumpul. Annaka terus berlari walaupun larinya mulai terseok-seok. Karena setengah energi telah terkuras habis. Kini, Annaka mengalami dehidrasi tapi ia benar-benar tidak peduli. Annaka tidak mau mati muda dulu, lalu menjadi berita yang berjudul belasungkawa siswa Global Cendikia. Yang benar saja.
Pilihannya sekarang adalah hidup atau mati!

Matanya berbinar ketika menemukan jalan keluar dan menambah kecepatan berlari. Tinggal beberapa langkah lagi sampai. Namun Annaka terlalu bersemangat dan kurang hati-hati. Sehingga Annaka terjembab dilantai. Dan maling itu berhenti mengejar lalu mendekat. Sebisa mungkin Annaka berusaha melepaskan diri. Sekarang maling itu berusaha mencegah  pergerakan dengan memegang sepatu Annaka. Annaka mencoba berjalan melata seperti ular.  Tetap saja tidak bisa, maling itu telah menarik terlebih dahulu. Annaka terkulai lemah. Sekarang ia hanya bisa pasrah.

Pasrah dengan keadaan. Annaka tidak bisa membayangkan jika sebuah kenyataan nyawanya  sekarang seperti telur diujung jurang. Ya tuhan, lindungilah Annaka. Annaka belum siap mati duluan, masih ada banyak dosa. Annaka belum bayar utang Cyintia, tadi mengambil uang mama tanpa izin terus Annaka belum dapat uang jajan lebih sama papa, kalau bisa matinya dipending dulu ya tuhan.

Terbesit pikiran Annaka dengan keadaan Kana. Bagaimana dengan dia? Apa dia mampu melawan maling itu? Bagaimana kalau Kana kalah dan terluka? . Annaka tidak sendirian menghadapi situasi sulit, ada Kana juga yang ikut serta. Tapi masalahnya bagaimana ia bisa menyelamatkan Kana jika dirinya saja sudah dalam posisi begini?

"Tutup mulut atau-" Maling itu mengayunkan sebuah pisau kepada gadis dihadapkannya.

Tak lama kemudian terdengar suara memilukan dari gadis tersebut.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro