Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[1] Stick Note

Hai pembaca, enjoy baca ceritaku ya! ♡

Dia bisa tau apa yang gue mau? -Annaka Fradela

Awal ajaran baru, semangat baru. Setidaknya itulah aura yang terpancar sekeliling area di koridor sekolah Global Cendikia. Puluhan murid bersuka cita menyambut sekolah dengan semangat membara. Bahkan mereka senantiasa menunggu pengumuman pembagian kelas yang tertempel di kaca mading koridor sekolah.

Dalam sekian detik, koridor sekolah padat oleh murid berseragam putih abu-abu. Mereka rela berdesakan dan berhimpitan demi melihat penempatan kelas. Sudah menjadi tradisi sekolah setiap tahun khususnya untuk siswa-siswi naik kelas sebelas.

Annaka berdiri di antara murid-murid lain yang sedang menunggu pengumuman kelas. Tangannya menyeka keringat yang menetes membasahi pelipis. Rongga dadanya sedikit sesak karena minim hirupan udara. Walalupun ruangan koridor ber-AC tetap saja suhu dingin AC akan kalah dengan puluhan uap manusia.

Annaka memicing. Ia melihat seseorang berkuncit ekor kuda di ujung koridor melambaikan tangan. Tiba-tiba Annaka tersenyum dan membalas sapaannya. Dia adalah Flora Indina yang merupakan sahabatnya sejak SMA. Pertemanan mereka berawal dari kegiatan MOS, waktu itu Flora menolong Annaka yang sedang dimarahi habis-abisan oleh panitia MOS karena salah membawa barang keperluan untuk kegiatan.

    "Udah lihat pengumuman kelas?" tanya Flora tersenyum tipis, mendekati Annaka berdiri.

    "Belum Ra, Dari pagi sampe sekarang belum ada pengumuman di mading," keluh Annaka sambil mengetukkan jarinya. Flora  menggandeng Annaka dan mencari tempat agar leluasa keduanya berbicara tanpa mendengar suara dengungan-dengungan siswa lain.

Kelamaan berdiri membuat Annaka dan Flora mengalami pegal kaki. Kemudian mata mereka menemukan sebuah tempat duduk kosong di sudut koridor. Melihat itu Flora langsung menarik Annaka. Flora terlihat tergesa-gesa dalam berjalan. Membuat Annaka harus berjalan menyamakan langkah Flora. Setelah itu, mereka duduk sejajar di kursi panjang tanpa ada sandaran. Obrolan yang sempat terputus kini dilanjut lagi. "Memang pihak guru IT pada kemana?"

     "Lagi ada rapat dadakan, Katanya sih ada masalah teknis data, jadi mau nggak mau harus menunggu," ujar Annaka tidak bersemangat.

     "Pantesan, Ka, kasian siswa yang datang auto kelaparan, tau gitu nggak bakal gue skip sarapan," celoteh Flora sambil menguncir rambut berbentuk ekor kuda. Memang suasana di koridor makin parah dan uap panas bertambah.
Tiba-tiba perut Annaka berbunyi, Mendengar suara perut milik Annaka, Flora tertawa.

    "Gue salah satu korban murid yang kenyang karena harapan palsu, apa lo mau berdonasi untuk gue yang malang ini?" ucap Annaka sok dramatis, dengan mimik wajah memprihatinkan.

    "Bentar." Flora merogoh isi tas. "Kebetulan gue udah nyiapin bekal, bekalnya buat lo semua," ucap Flora tulus sambil memberikan kotak makanan kecil kepada Annaka.

Liur Annaka menetes. Susunan nasi kepal berbalut rumput laut yang berselimut telur dadar dan berisi timun menggiurkan bagi siapa saja yang melihatnya.

         Annaka memindahkan kotak bekal di pangkuannya. "Beneran?"

     "Makasih banget, lo memang penyelamat gue dari kelaperan." Annaka membuka wadah bekal, lalu mencomot satu nasi kepal sedangkan Flora dia tersenyum melihat tingkah sahabatnya. Dia hafal betul, dimana ada Annaka disitu ada makanan. Pikiran Flora sempat menyimpang ketika dengar nama Annaka terbilang unik, mungkinkah namanya gabungan singkatan dari Anak dan makanan? Mungkinkah selama ngidam, ibu Annaka hanya makan sepanjang hari, makanya jadi Annaka.

   "Gue harap kita sekelas lagi biar bisa belajar bareng, terus dengar musik bareng, dan gila-gilaan bareng," ujar Flora penuh harapan.

    "Pasti ada contekan bareng terus sebangku bareng lagi," sindir Annaka menjeda kunyahan disela-sela mengunyah makanannya.

    "Yee... kalau itu kan gue cuman nyalin rumus aja, dan gini-gini mantan anak olimpiade, Bos!" ujar Flora sambil membusungkan dadanya.

Tiba-tiba perbincangan hangat mereka terputus. Ketika melihat sejumlah murid berusaha menyerbu posisi untuk melihat pengumuman. Akses koridor kelas seketika tertutup. Banyak murid berlomba melihat pengumuman paling depan. Saling sikut menyikut dan nada emosi menghiasi koridor.

   "Eh, udah dipasang!! Ayoo kita kesana," teriak Annaka, tiba-tiba yang melebihi toa masjid.

Flora menutupi kedua telinganya. Lalu mengajak Annaka bergabung di tengah-tengah kerumunan siswa-siswi yang sedang berdesakan melihat hasil pengumuman. Keduanya berhasil masuk ke barisan paling depan dan hasilnya menimbulkan dua reaksi sisi berbeda pada Annaka maupun Flora.

Di sisi, Annaka, ia terlihat bahagia dengan kerja keras yang mebuahkan hasil. Tidak sia-sia selama ini ia habiskan waktu keseharian dengan belajar nonstop di rumah. Sampai ia rela menolak ajakan teman-teman untuk Hang-out bersama. Ada juga yang bilang Annaka menjadi kuper karena kurang pergaulan. Tapi itu semua bisa di bayar dengan pencapaian yang ia impikan selama ini.

       Akhirnya membuahkan hasil manis! I'm coming kelas AA11-1!
Pekik Annaka dalam hati sedangkan Flora tampak terdiam.

Tiba-tiba rasa kecewa menyelimutinya. Saat melihat ekor mata Annaka masih terpaku pada hasil, ia melihat nama seseorang yang terpampang nyata di kertas pengumuman di kelas penempatan Annaka. Flora menggigit bibir bawah dan lemas seketika.

Harapan gue pupus bisa bersama dia, padahal gue berharap sekelas sama dia. Keluh Flora dalam hati.

     ⛄𝔗𝔥𝔢 𝔐𝔬𝔰𝔱 𝔉𝔯𝔬𝔷𝔢𝔫 ℑ𝔠𝔢 ℭ𝔯𝔢𝔞𝔪⛄

Setelah puas dengan hasil pengumuman, Flora dan Annaka memutuskan untuk berpisah ke kelas masing-masing. Kini Annaka telah berdiri di ambang pintu kelas barunya yaitu kelas akselerasi  11 IPA-1. Suasana di depan kelas tampak kondusif. Kemudian ada seorang siswa yang menegurnya untuk mengkuti tradisi kelas. Annaka tersenyum tipis dan mengambil sekeping stick note dari siswa cowok yang tiba-tiba memberikannya stick note.

Tradisi stick note ini adalah tradisi unik. Dari tahun ke tahun angkatan kelas selalu mewajibkan menulis nama dengan stick note lalu ditempel di depan permukaan pintu. Tujuannya hanya sebagai apresiasi pemuasan diri atas apa yang telah mereka gapai.

Annaka terduduk lalu membuka tas ranselnya untuk mengambil sebuah pena. Namun tiba-tiba kertas yang di genggamnya tertiup angin dan hilang tanpa meninggalkan jejak.
Annaka mendogak ke atas. Ia melihat seorang pria berpostur tubuh tinggi memakai tas ransel menyandang setengah di bahu. Kaki Annaka langsung berdiri tegap, Matanya melihat sesakma pria ini secara lekat-lekat. Annaka bermaksud untuk meminta stick note yang di genggaman pria itu. Namun cowok itu menatapnya datar, membuat Annaka bingung untuk mengajaknya berbicara.

    "Boleh stick note-nya di bagi dua? Soalnya tadi kertasnya tertiup angin," ucap Annaka mulai memberanikan diri mengawali pembicaraan.
Cowok itu tidak bergeming. Hanya menatap gadis di hadapannya dengan tatapan malas. ia menggeleng, ini bukan respon yang diharap dirinya. Annaka melihat ini semua menjadi kesal.

    "Halo?" ucap Annaka selembut mungkin.
   "Minta sama yang lain." Jawaban singkat, padat dan jelas.

Cowok dihadapannya ini sepertinya bukan lelaki sembarangan. Aura dingin terpancar jelas dari raut wajahnya. Matanya memiliki tatapan tajam. Mukanya secara keseluruhan datar seperti papan triplek.

    "Stick note-nya udah habis, kalo masih ada gue udah minta ke yang lain," jelas Annaka sabar, sesekali ia menampilkan senyuman manis.

Untung lo ganteng dan manis. Jadi masih sabar ngadepin sikap lo. Walaupun lo sedatar papan triplek. ujar Annaka Gemas

  "Nggak usah, nulis," jawab cowok itu bernada ketus. Satu jawaban berhasil menyentak Annaka.

Lihat betapa dinginnya cowok itu. Annaka mengerutkan kening. Ia bingung harus menimpal argumen apalagi pada pria berhati Frezeer ini.

    "Sayang banget kalo nggak bisa ikut tradisi kelas kita, apalagi moment yang pas buat instagram-able," ucap Annaka memelas, mencoba menarik perhatian. Sabar Ka lo pasti bisa buat dia menjinak.

Apakah dia bakal luluh dengan alasan dramatis gue? tanya Annaka dalam batin.

   "Lo bakal tetap hidup, sekali pun nggak isi tradisi konyol yang nggak bermanfaat," ucap cowok itu seenaknya. Ini bukan jawaban yang diinginkan oleh Annaka.
Annaka terdiam melihat cowok itu mulai mengeluarkan pena. Pelit. Tanpa sadar kata itu terucap spontan. Aktivitas menulis pria itu terhenti saat melihat Annaka menatap dengan tatapan iba.

     "Ini," cowok itu memberikan sobekan kertas dari miliknya. Kesambat apa dia barusan?

Annaka tersenyum sumringah dan menerima sobekan kertas dari pria itu. Saat Annaka ingin menulis, pena miliknya habis tinta. Annaka melirik pria di sampingnya yang sedang asyik menulis.

    "Boleh minta sesuatu lagi? Kali ini aja," pinta Annaka lagi sekaligus berjanji tak mengganggu lagi. Ya Allah, dia gak ngerti bahasa indonesia atau dia nganggap gue patung mall aja?

Cowok itu tidak peduli dengan permintaan Annaka. Jangankan peduli, melirik atau merespon nggak. Tak ada jawaban. Annaka mendegus kesal. Kalo begini sama aja bohong, ada kertas tapi gak ada pena. rutuk Annaka kesal.

Tiba-tiba pria itu pergi meninggalkan dirinya sendirian. Namun beberapa detik kemudian, pria itu kembali dan mengasih pena miliknya. Tak sepatah kata pun pria itu pergi.

Dia bisa tau apa yang gue mau?
Tanya Annaka tidak percaya.
Jujur, Annaka merasa binggung melihat sikap cowok tadi. Kadang seperti tak peduli, terkadang ia peduli. Siapapun yang mengalaminya akan bingung dan susah di tarik sebuah kesimpulan untuk seseorang bersikap misterius seperti dia.

Setelah selesai menulis, Annaka menjajarkan kertas stick note-nya berdekatan dengan cowok tadi. Annaka memandangi kertas berwarna biru secara teliti.

Matanya menyipit melihat sesuatu dalam pemilik stick note itu.

Ternyata nama pemilik stick note itu adalah
" Kana Aldryc Raymond"

❄❄❄

TBC

THANKS PEMBACA YANG SUDAH MAMPIR LIKE, COMENT DAN SHARE CERITAKU...

SAMPAI JUMPA DI BAB SELANJUTNYA

TTD
CIAL

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro