Dua tahun lebih sudah berlalu setelah kejadian itu, aku tidak tahu apakah harus memaafkan Kobra dan Z? aku harus dendam pada mereka, tapi yang bisa aku lihat adalah kejadian dua tahun yang lalu adalah permainan mereka, suamiku juga ternyata ikut bermain, yang mati adalah pihak yang kalah, dan yang hidup mulai melakukan permainan baru, aku tidak terlalu mengerti dunia para laki-laki, kebanyakan mereka memang suka mabuk kekuasaan dan persaingan.

Pagi ini aku bangun pagi-pagi sekali, aku masih tinggal di vila ditengah kebun sawit yang dulu tempat aku menginap bersama suamiku, aku membuka jendela kamarku yang berada dilantai dua, dan terlihat seorang pria berambut cepak dicat pirang dan ada luka coded di pipinya.

"Selamat pagi, ibu Bulan," kata Pria itu, dia adalah Z.

"Aku kira kita tidak akan bertemu lagi," kataku sambil memegang secangkir teh.

"Aku hanya mampir sebentar."

"Apa ada yang igin kau bicarakan Z?"

"Beruang yang dulu itu apa baik-baik saja, kalau tidak kebratan aku ingin membawanya ke Jakarta untuk di rawat." Tiba-tiba beruang itu muncul dari samping rumah, "nah ini dia yang dicari."

"Beruangnya tidak boleh dibawa kemana-mana, dia akan tingga disini bersamaku."

"Tapi ini hewan yang dilindungi Pemerintah." kata Z.

"Suruh saja Pemerintah melindungi Penjabatnya yang korup, mereka itu hewan langka yang harus dilindungi kan," balasku.

"Jangan ngaco, itu namanya pesimis," kata Z cemberut.

"Mana Kobra?"

"Kobra ya, dia sekarang ada di... Afganistan."