Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

33. Chilhood Memory

"The memories we make with our family is everything." - Candace Cameron Bure.

***

Lowry Loewenberg ahli mimpi, sekaligus penulis buku 'Dream on It, Unlock Your Dream and Change Your Life' mengatakan, mimpi bertemu seseorang memiliki arti bahwa kita menginginkan pengakuan seperti sosok tersebut. Namun, bagaimana jika bermimpi bertemu dengan orang yang telah meninggal? Mimpi mengenai masa kanak-kanak? Juga melihat para tetangga kepo, bertanya pada anak kecil tanpa peduli tentang pemikiran polosnya? Kupikir mustahil, kalau artinya sesederhana demikian.

Yang kutahu, mimpi adalah hasil aktivitas otak. Memiliki empat tahap (Di mana tidak akan kujelaskan di sini sebab aku bukan ahlinya) dan di waktu bersamaan, otot-otot mengalami kelumpuhan sementara yang disengaja akibat tidur. Aktivitas otak yang dimaksud pun adalah pemikiran di mana bisa merupakan pemikiran hal baru, hal lama atau khayalan.

Dan yang aku alami adalah mimpi akibat memikirkan hal lama atau masa lalu secara terus-menerus, selama beberapa hari.

Mimpi masa kecil yang terus berulang selama beberapa hari sejak kenyataan berhasil menamparku sangat keras.

Aku bertemu bapak, di masa kecilku, bersama para tetangga kepo yang wajahnya tidak terlalu jelas terlihat. Wajar penampakan mereka seperti itu karena untuk apa mengingat orang asing, yang dengan tidak tahu dirinya mengulik urusan rumah tangga orang lain?

Dulu waktu usiaku belum mengenal hal-hal negatif--yang juga digambarkan seperti; nyinyir, kepo, dan sok tau--di dalam mimpi, mereka-para tetangga itu--senantiasa mempertanyakan keadaanku, sambil sesekali memberikan tatapan kasihan kemudian memberikan sesuatu berupa; mainan, alat menggambar, serta makanan untuk disantap.

Sesuatu yang merupakan hadiah, pastilah sangat menyenangkan bagi anak-anak, tapi ternyata tidak diberikan secara tulus (aku baru memahami hal tersebut setelah beranjak remaja, di mana para tetangga itu mulai berani memberikan uang) karena memiliki niat terselubung, yakni mengulik urusan rumah tangga orang lain, melalui kepolosan anak kecil.

Aku yang masih tidak tahu apa-apa itu pun dengan senang hati menerimanya. Namun, sesuatu sempat membingungkan ketika ibu-ibu tetangga menghampiriku dan bertanya, "Apa kamu sudah tau kalau ibumu pergi meninggalkan bapakmu karena laki-laki lain? Apa kamu tidak membenci ibumu? Kamu yakin bukan anak haram?"

Pertanyaannya, apakah pantas orang dewasa menanyakan hal tersebut kepada anak kecil tak tahu apa-apa, padahal itu bukan urusan mereka?

Tentu saja jawabannya tidak. Semua orang berpikiran waras pun akan setuju, kecuali jika mereka juga merupakan kelompok pencinta gosip.

Dan beruntungnya sebelum aku sempat menjawab sesuai dengan ucapan yang sering kudengar dari bapak, nenek datang memanggilku, menjemput, dan membawaku masuk ke dalam rumah tanpa berbicara apa pun. Aku pun sempat bertanya kepada nenek, tentang apa itu anak haram? Bukankah yang haram adalah babi, anjing, dan minuman keras? Namun, seluruh pertanyaan kritis khas anak-anak itu tidak satu pun dijawab nenek, hingga menyisakan tanda tanya di dalam kepala setelah Tuhan menakdirkan pertemuan kami; aku dan Tante Jane.

Berpindah ke halaman samping rumah nenek, masih di dalam mimpi, aku melihat diriku yang bersama langkah kecilnya berlari menghampiri bapak yang sedang memberikan pupuk pada tanaman tomat di setiap polibag, sembari menyanyikan lagu sunda.

Demi lihat kupu-kupu berubah jadi burung onta, meski hanya mimpi, melihat senyum bapak tetaplah menjadi suatu kebahagiaan bagiku.

Sebab di sinilah momen, di mana kusebutkan sebelumnya bahwa aku bermimpi mengenai bapak--menemui orang yang telah meninggal--mustahil jika dikaitkan dengan pemikiran Lowry, yaitu keinginan untuk mati. Pasalnya semua orang tahu bahwa bunuh diri adalah hal terlarang. Mustahil juga pengen jadi tukang gosip kayak tetangga kepo itu, aku mengerti bagaimana rasanya sehingga enggak perlu, deh sok tau tentang kehidupan orang lain.

Kembali ke halaman samping di alam mimpi, kulihat bapak sedang menuangkan pupuk di polibag tomat terakhir. Namun, bukan berarti pekerjaannya selesai sebab setelah ini, masih ada beberapa polibag berisi tanaman terong ungu.

Di samping jajaran sekitar dua puluh lima polibag berisi tanaman tomat dan terong (serius, aku dulu menggunakan tanaman bapak sebagai media belajar berhitung), terdapat bangku balai-balai berbahan bambu yang di atasnya diletakkan segelas seng teh hangat, serta sepiring pisang goreng, tidak ketinggalan pula kipas tangan dari bahan anyaman yang biasa digunakan para pedagang sate.

Aku berlari kecil kemudian duduk di bangku balai-balai dan bertanya pada bapak, "Pak, kata Tante Lili, ibu pergi dengan laki-laki lain. Maksudnya itu bapak, 'kan?" Sambil mengambil pisang goreng, aku kembali berucap dengan mulut penuh makanan. "Kok, aku enggak diajak? Aku 'kan juga pengen ketemu ibu."

Bapak tersenyum, membelai kepalaku setelah ia melepas sarung tangannya. Aku lupa bagaimana perasaan itu, tapi selalu yakin bahwa tidak ada sentuhan paling hangat jika dibandingkan dengan sentuhan kasih sayang keluarga.

"Ingat pesan bapak, Nak. Orang lain melihat apa yang mereka lihat, berbicara apa yang mereka ingin katakan. Namun, tidak ada yang tahu bagaimana keadaan sebenarnya.

"Jadi apa pun ucapan mereka nanti, lebih baik abaikan dan katakan pada diri sendiri bahwa cinta keluarga tidak akan pernah habis."

Aku mengetuk-ngetuk dagu kemudian memeluk bapak. "Lalu apa hubungannya dengan kepergian ibu bersama lelaki lain?"

Mencium keningku, bapak duduk di sebelahku dan ....

... kata-kata yang selalu kuingat hingga di dalam mimpi pun masih kudengar dengan begitu jelas yaitu, "Apa pun yang terjadi dan apa pun yang kamu ketahui ketika dewasa nanti, ingatlah satu hal bahwa ibu tetap mencintaimu. Bahkan akan kembali saat Dia mengizinkannya."

"Dia?"

Bapak mengangguk. "Dia yang memiliki kekuasaan atas alam semesta ini dan jika saat itu tiba, jangan lepaskan lagi."

Sebenarnya itulah pesan bapak sewaktu beliau masih hidup, sebelum kematiannya, dan kembali terngiang di dalam mimpi saat usiaku dua puluh satu tahun. Bapak tidak benar-benar pergi meninggalkan, ia masih berada di hati bahkan ketika wanita itu hadir dalam keadaan paling tidak mengenakkan.

Setelahnya, kesadaranku kembali. Diawali dengan kepala yang benar-benar pusing karena tidak tidur beberapa hari dan meski berhasil melakukannya, malah bermimpi menemui bapak beserta nasihatnya. Bahkan tidak perlu dipungkiri, bahwa terdapat sesuatu yang basah di setiap sudut netraku.

Aku merindukan bapak dan kurasa air mataku jatuh dalam keadaan tidur.

Di waktu bersamaan hati yang mulai membaik, kini malah dihampiri oleh perasaan dilema.

Apa aku anak haram? Tapi jika memang begitu, kurasa bapak bukanlah sosok yang demikian dan nenek ....

"Enggak mungkin seperti itu karena mereka menikah secara sah di mata hukum dan agama."

Tapi menikah setelah hamil, bisa disembunyikan jika dilakukan di bulan pertama kehamilan lalu-

"Stop! Berhenti menghasut dan berhenti mengatakan hal buruk seperti mereka. Aku ...." Kutekankan wajahku menghadap bantal, berteriak di sana, hingga menangis.

Sayup-sayup kudengar adzan magrib berkumandang, menandakan bahwa-lagi-lagi-aku meninggalkan solat dan itu adalah dosa besar karena meninggalkan kewajiban.

Kewajiban sebagai hamba saja berani kulewatkan. Lantas mengapa aku berani menuntut banyak kepada Tuhan?

Bangkit dari posisi berbaring sambil menutup wajah menggunakan bantal, aku pun memutuskan untuk segera keluar dari kamar, mengambil air wudhu, solat, dan ... mungkin meminta pencerahan tentang bagaimana seharusnya aku bersikap.

Namun, baru saja ingin membuka pintu, suara ketukan terdengar.

"Ada yang datang dan mau ketemu kamu," kata Nenek dari balik pintu dan beberapa saat kemudian suara derit pintu terdengar, menandakan bahwa wanita itu memilih mengurung diri di kamar.

Itu bukan kebiasannya. Jika magrib tiba, kami terbiasa solat berjamaah di mesji, tapi gara-gara satu sosok tidak bertanggung jawab itu ....

... semua berubah.

Termasuk aku dengan segala hasutan negatif, tanpa henti.

Tuhan, kuharap Kau bisa membantuku dalam hal bersikap yang baik, seperti harapan bapak jika suatu saat wanita itu kembali.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro