Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

18. Say It With The Radio

Bubaran para pemain bola di kala melakukan latihan mingguan dan keberadaan orang-orang di perumahan yang bertugas sebagai penonton di pinggir lapangan, serta kumandang pengajian di speaker masjid merupakan tanda bagi kami bahwa sudah waktunya untuk pulang.

Sebentar lagi salat magrib, sedangkan aku belum menyelesaikan santapan bakso super pedas keempat. Selama dua puluh satu tahun, tidak pernah makan bakso sekalap ini bahkan sepedas demikian. Aling bahkan sempat bertanya-tanya tentang apakah baik jika mengonsumsi sambal sebanyak itu?

Jawabannya tentu saja tidak. Meskipun jika orang itu merupakan boss-nya pedas, mengonsumsi hal tersebut secara berlebihan bukanlah sesuatu yang dianjurkan karena; 1. Dapat membuat asam lambung naik hingga ke kerongkongan, 2. Bisa menyebabkan penebalan lidah kemudian berakhir menjadi mati rasa, 3. Menyebabkan maag akut, 4. Insomnia dan diare. Aku kebagian efek keempat, sakit perut secara tiba-tiba sebab pergerakan usus berubah super cepat sekaligus tidak bisa tidur akibat harus bolak-balik toilet, sampai pukul sembilan malam.

"Kamu sudah berapa kali bolak-balik toilet?" tanya nenek yang sibuk merajut di ruang tamu, sambil dengerin radio. "Minum banyak air putih dulu sana. Nanti kalau dibiarin malah dehidrasi."

Tidak sempat menimpali ucapan nenek atau pun minimal mengangguk, aku hanya bisa berlari menuruni tangga dan bergegas menuju toilet. Mungkin ini sudah kelima kalinya, setelah serangan diare akibat terlalu banyak makan sambal menyerang.

"Darka," panggil nenek dengan nada suara yang terdengar khawatir. "Nenek buatin kamu teh hangat pahit. Diminum, ya? Kalau sampai tiga puluh menit masih diare kita ke rumah sakit aja."

"Enggak usah, Nek." Harimau bisulan, paling ogah yang namanya berobat ke rumah sakit hanya karena diare. Apalagi jika alasannya enggak berkelas sama sekali, yaitu kalap makan bakso super pedas demi melupakan perasaan galau. Ya, kalau memang 'Galau' adalah kata terpantas untuk situasi hatiku sekarang. "Yakin, setelah minum teh buatan nenek, diarenya sele--"

Serius. Sorry banget, Nek. Enggak bisa melanjutkan kata-kata karena ada sesuatu dari dalam yang harus dilakukan dengan cara mengejan.

Demi makan daging sapi pakai jus buah delima. Sebenarnya alasanku enggak mau dibawa ke rumah sakit yaitu, sewaktu mengantar nenek pernah dengar orang teriak-teriak di UGD. Dikira habis kecelakaan terus luka parah, sekalinya malah karena takut di suntik di pantat. Seriusan kuanggap itu hal paling cemen sedunia, tapi setelah tahu seperti apa para perawat itu melakukannya ....

... bulu kudukku merinding disko. Jarum suntik dengan kecepatan cahaya ditusukkan 90° ke area pantat sampai hanya terlihat tabung suntikkan. Sinting. Itu kataku dan sejak hari tersebut, aku menolak pergi ke rumah sakit jika mengalami sakit sepele. Maksimal klinik dengan obat oral. Sisanya biarlah menggunakan herbal.

Kembali ke toilet. Akhirnya apa yang memaksa untuk dikeluarkan pun selesai. Enggak tau, deh beneran berakhir atau cuma PHP kayak sebelum--sebelumnya, sehingga setelah menutup pintu--entah sudah ke berapa kali--segera kumenghampiri meja makan, meminum teh pahit buatan nenek, sambil berdoa meminta kesembuhan.

Beneran berdoa! Tapi bukan karena putus asa atau hamba yang taat, melainkan karena tugas analisis konflik untuk perang saudara di Libya belum selesai dikerjakan dan besok pagi, adalah deadline terakhir.

Menghabiskan teh pahit buatan nenek nyaris separuh gelas, kuputuskan untuk membawanya ke kamar saja. Nenek masih betah bersama rajutan dan radio di ruang tamu, hanya saja sekarang ditambah oleh beberapa potong tahu isi super gendut yang menggugah selera.

Ingat, Darka jangan banyak-banyak makan lombok atau sambel, meski kamu enggak masalah dengan itu. Robot kecil di dalam diriku mengingatkan kembali dan membuatku jadi mendesah pelan, tapi tetap menghampiri nenek berharap dapat bagian cemilan buat ngerjain paper analisis konflik.

"Nek, siapa yang kasih tahu isi?"

"Siapa yang mau kasih malam-malam gini?"

Kedua alisku refleks terangkat. Suka gemas sama wanita cantik satu ini, ditanya malah balik nanya. "Aling?"

"Hah? Ada Aling di depan?" Nenek menoleh ke arahku, "kok, enggak kamu bukain pintu? Aduh, kasian malam-malam--"

"Nek," selaku, sengaja motong omongan beliau karena mulai ngelantur saking begitu fokus antara rajutan atau suara penyiar radio lagi baca-baca pesan dari para pendengar. "Enggak ada Aling di depan. Tadi aku tanya, 'Siapa yang kasih tahu isi?' terus Nenek malah balik tanya, 'Siapa yang kasih malam-malam?' kutebak, 'Aling.' Nenek malah gagal fokus."

"Oh," gumam nenek lalu kembali merajut. "Ambil aja kalau kamu mau, enggak mungkin juga Nenek bisa ngabisin semua. Tapi ingat, jangan makan cabe atau sambalnya dulu sebelum benar-benar hilang diarenya. Karena kalau masih bandel--"

"Aku enggak mau dehidrasi terus dibawa ke rumah sakit," potongku cepat-cepat sambil mencabut beberapa lembar tissue yang beralih fungsi sebagai piring, mengambil lima potong tahu isi, dan segera melipir ke kamar sambil berlari menaiki tangga. Oh, naik turun tangga dengan cara berlari adalah hobiku sebagai upaya agar tetap kurus.

Sekarang pukul setengah sepuluh malam. Annora biasa bakalan meramaikan ponselku, hingga jam tiga dini hari. Namun, setibanya di kamar suasana geming menyambut dan hanya ditemani suara burung hantu, bersama layar komputer yang menyala.

Musim liburan enaknya ke pantai.

Rasanya makin galau karena sepi.

"Tumben enggak rame." Melemparkan ponsel ke kasur, setelah meletakkan teh dan se-tissue tahu isi di sudut meja komputer, kuputuskan untuk melanjutkan tugas negara. Meskipun hati sebenarnya sedang menunggu-nunggu sesuatu yang tidak mau ditunggu, tapi tetap ditunggu karena terbiasa. Sampai saking terbiasanya, pas sudah ngilang gini malah dicari. Meskipun gengsi tetap menghadang.

Dugong tiarap! Barusan itu, yakin bukan aku. Pasti ada Darka yang lain ngomong se-puitis, se-membingungkan, serta se-pemborosan kata banget. Swear! Kalian salah dengar karena aku sendiri, sampai terkaget-kaget dan langsung menepuk kedua pipi berulang kali.

"Fokus, Darka. Ini tugas belum selesai," kataku pada diri sendiri, sambil mengarahkan kursor ke baris baru di laman Ms. Word. Jemari mengetik, tapi otak tidak selaras. Seharusnya menulis aktor dan pola hubungan pada konflik Libya. Namun, malah tertulis aktor dan pola cinta segitiga. Serius, kayaknya lagi butuh rukiyah supaya bisa fokus! Enggak mungkin hanya karena satu adegan kecil di parit besar, sampai diare gara-gara kebanyakan makan pedas, bisa menimbulkan efek kurang fokus hingga ....

Oke, katakan saja itu galau.

Galau karena Annora enggak ngeributin ponsel, galau karena Annora fine-fine aja nyuapin Fariz, dan semakin galau karena enggak tau siapa bule yang jemput Annora tadi.

Seharusnya, sih cuek bebek aja. Toh, itu cewek bukan siapa-siapa! Dan cinta bukan prioritas, tapi ....

"Wiro sableng makan beling, curhat lewat radio, aman kalik, ya." Ide cemerlang itu tiba-tiba saja nongol di saat kegundahan hati, sehingga mengabaikan tugas yang masih setengah jalan, kembali aku melangkah menuju ruang tamu, mengganggu nenek.

Kali ini nenek sedang nonton acara TV stand up comedy dan melupakan benda siaran suara yang sempat memiliki masa keemasan di tahun 80-an sampai 90-an. Sesekali beliau tertawa, bahkan tidak menyadari keberadaanku dan benar-benar abai dengan tingkahku sebagai pencuri radio. Ogah banget, 'kan kalau ketahuan terus ditanya, 'Kamu tumben tertarik sama radio? Apa tingkat kegalauan anak muda sekarang, bisa memengaruhi perubahan dari kebiasaan masing-masing, ya? Karena ....' bla bla bla, enggak perlu dilanjutin sebab aku tahu bagaimana cara nenek berbicara.

Latar belakang nenek adalah seorang pengajar, beliau kritis, dan berwawasan luas sehingga hal sepele jika tidak sesuai dengan kebiasaanku pastilah akan menjadi sesuatu yang patut dianalisis. Salah satu contoh yang pernah terjadi adalah pemakaian sepatu satu merek, tapi memiliki warna beda sebelah--itu trend--aku sempat mengikuti beberapa hari-mengundang jiwa kritis nenek sehingga aku harus menjelaskan panjang kali lebar. Namun, ujung-ujungnya nenek cuma bilang, 'Hidup jangan suka ikut-ikutan.' Alhasil, aku pun tidak mengikuti trend lagi dan hanya menjadi diri sendiri.

Berjalan berjingkat-jingkat menaiki sembilan anak tangga sambil membawa radio, akhirnya misi berjalan sukses. Setelah mengunci pintu tanpa mengundang perhatian nenek, segera kunyalakan benda tersebut memutar bagian bulat berwarna perak, mencoba mencari siaran mengenai curhat para pendengar dan ....

Bam! Ketemu, di mana sang penyiar sibuk membacakan pesan-pesan galauers dan sesekali menyampaikan salam para penggemar rahasia, sambil menyebutkan judul lagu untuk sang pujaan hati.

Bebek penyok! Ini menarik, sudah lama tidak melakukan kegiatan tersebut, di mana terakhir dilakukan pas zaman SMA itu pun salam yang kukirim bukan buat gebetan, pacar atau orang yang kusukai diam-diam, melainkan untuk Fariz karena sebelumnya kita janjian buat kirim pesan di salah satu stasiun radio. Niatnya supaya keren aja serta bikin penyiarnya terkejut, dan itu berhasil. Bahkan penyiar wanita itu sempat baper haha.

"Buat yang mau kirim-kirim salam, curhat, riquest lagu, atau ketiganya sekaligus masih bisa, kok. Caranya gampang banget! Tinggal, ketik SBS spasi nama dan tempat kamu lalu katakan isi hatimu maksimal seratus kata. Kirim ke WA 081233xxxx.

"Riquest lagu untuk malam ini bebas, ya. Dan akan diputar setelah tiga pesan yang Rinjani baca. Jadi sebelum waktunya habis, buruan ...."

Oke, enggak perlu dengerin penyiar radio cuap-cuap lebih lanjut lagi karena sebelum keduluan orang lain, sebaiknya cepat bergerak menulis--maksudnya mengetik--pesan WA berisi perasaan hati dan ....

... request lagu sepertinya boleh juga. Toh, Annora enggak mungkin dengar apalagi tau. Secara dia pasti sibuk sama cowok bule itu sampai melupakan jadwal yang biasa dia lakukan.

Kebiasaan yang membuatku risi, tapi sekarang malah ngangenin. Dasar siluman bebek!

Darka, di depan komputer. Buat Annora cewek paling berisik, norak, frontal, dan enggak tau malu! Siapa dia? Apa maksudnya? Kamu di mana? Aku kangen.

Lagu Lay Me Down-nya Sam Smith kayaknya bagus buat kita. Thx Rinjani.

... dan send.

Semoga aja enggak ada yang sadar kalau itu Darka Sagraha.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro