Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prolog

Annyeong. Ini cerita dengan cast idol Kpop pertamaku. Semoga suka, ya.
.
.
.
.
.
Terbangun dengan keadaan yang membingungkan tak pernah diinginkan oleh siapapun. Termasuk Doy. Sebut saja namanya begitu. Pemuda tujuh belas tahun yang masih duduk di sekolah menengah atas itu mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan di mana dirinya berada.

"Argh, apa gue udah mati, ya?" tanyanya bermonolog sambil memegangi kepalanya yang terasa berat.

Ia menatap tubuhnya sendiri yang masih mengenakan seragam putih abu yang terlihat lusuh. Ya, efek dirinya terjatuh dan mengenai aspal. Perlahan, Doy mulai ingat kalau dirinya hampir tertabrak mobil tapi berhasil menghindar. Sayangnya, ia tersandung batu dan, ia lupa. Mungkin dirinya terjatuh hingga tak sadarkan diri saat itu.

Yang menjadi pertanyaannya, di manakah dirinya saat ini? Sebuah kamar megah dengan arsitektur klasik yang biasanya Doy lihat di televisi sebagai rumah orang-orang yang jumlah uangnya akan sangat banyak dan membuat pusing kepala.

Bukankah seharusnya ia di rumah sakit saat ini? Ya, setidaknya kalau di jalan tadi ada orang yang menolongnya. Bukan di tempat seperti ini.

Doy memukul lengannya sendiri cukup kencang sampai mengaduh. Memastikan dirinya masih hidup atau sudah mati. Namun, ini semua kenyataan. Bukan mimpi apalagi mati.

"Aw, are you okay?"

Sebuah suara mengagetkan Doy yang masih duduk termenung di atas tempat tidur.

"Emm, gue boleh tanya gak ini di mana? Gue mau pulang. Ibu pasti nyariin," ucap Doy to the point.

Pemuda yang kini berdiri dihadapannya ini malah terkekeh dan tentu saja membuat Doy mengernyit. Dari tampangnya, sepertinya anak ini seumuran dengannya, ah atau mungkin dibawahnya. Doy memperhatikan pemuda yang masih tertawa itu.

"Anak ini pasti pemilik rumah ini. Bener. Seragam dia aja kayak anak-anak sekolah elit gitu," batin Doy.

"Hey, it's your home, bro. Oh, by the way, welcome home," ucap pemuda itu.

"Lo gak bisa ngomong normal ya? Gue harus mikir dengerin lo ngomong. Lagian, gue gak ngerasa tinggal di sini. Jelas ini bukan rumah gue. Mungkin, lo salah orang."

"Calm down. Em, oke pertama-tama, kenalin gue--"

"Armando. Gue udah liat name tag lo." Doy memutar bola matanya malas.

Yang ia butuhkan saat ini adalah penjelasan, bukan perkenalan dari pemuda bernama Armando ini.

"No, just call me Mark, not Armando."

"Serah lo deh! Mau Mark kek, mau tanda kek. Gue mau pulang. Bisa kasih tau gak gue naik bus dari mana?"

"Pulang? Di sini rumahnya. Kenapa harus pulang?"

Tanpa menghiraukan Mark, Doy memilih bangkit dari tempat tidur dan berlari menuju pintu kamar yang luar biasa besar itu. Ia harus segera pulang sebelum hari mulai gelap.

"Hey, stop. Lo gak bakal bisa keluar karena gak tau password pintunya!" teriak Mark yang sukses menghentikan langkah Doy.

"Tunggu papi pulang buat jelasin semuanya. Sekarang, kembali ke kamar, mandi, ganti baju dan pergi ke ruang makan buat makan malam."

Entah, Doy yang sudah cukup lelah atau nada bicara Mark yang terdengar lebih tegas dan seperti memerintah, kini Doy kembali ke kamar yang sempat ia tempati tadi dengan pikiran yang kacau. Semua menumpuk di kepalanya. Memang, dulu mendapat orang tua asuh adalah impiannya. Namun, sekarang ia merasa aneh dengan semua ini. Apalagi, ini di luar nalarnya. Ah, entahlah. Doy tidak mengerti. Atau mungkin belum?




Gimana? Lanjut? Atau?
#SalamKetjupBasyah 😘💦
#authorterjomlosedunia

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro