About Arasha
Mohon votenya yeorobun...
.
.
.
.
.
Doy masih penasaran dengan gadis yang disebut mantan Jeff itu. Seharian ini, ia terus melirik gadis itu yang tentu aja ia lakukan sehati-hati mungkin. Takut Mark atau bahkan Jeff melihatnya. Selama di kelas, tak ada yang berbicara dengannya atau bahkan sekedar menyapa. Mungkin, gadis itu sedikit tertutup.
Ini untuk yang kedua kalinya, tatapan Doy bertabrakan dengan iris coklat milik gadis itu. Ya, tatapannya tajam seperti mengintimidasi. Namun, yang Doy rasakan malah tatapan itu mengartikan jika banyak rahasia di dalamnya.
Kalau saat di kantin mereka saling membuang pandangan, kali ini mereka malah saling menatap. Hanya cara menatap mereka saja yang berbeda.
"Doy, nanti sore kita hangout, yuk." Ajakan Ehsan membuat Doy memutus tatapannya dengan gadis itu.
"Em," Doy tampak berpikir. Apakah ia pantas bersama mereka?
"Tenang aja, Mark ikut kok. Lagian, kita gak pergi ke tempat aneh. Cuma mau ngenalin lo ke tempat tongkrongan kita aja."
Akhirnya, setelah mendapat anggukan dari Mark, dirinya mengiyakan ajakan Ehsan.
Rupanya, gadis misterius itu kembali fokus pada ponselnya. Doy yang sedikit berdeham demi mendapatkan atensi, tak dihiraukannya sama sekali.
****
"Bengong mulu lo, Doy. Kenapa? Masih gak nyaman ya sama sekolah baru?" tanya Jeff saat melihat Doy yang hanya memainkan sedotan.
"Ng-nggak kok."
Meski mencoba menyamankan diri, Doy masih tetap merasa tidak selevel dengan teman-teman barunya itu. Ya, Doy masih melupakan kenyataan kalau dia putra kandung seorang Mahardika Yuwandana yang pernah hilang. Dulu, di sore seperti ini ia akan membantu ibunya beres-beres dan menyiapkan makan malam. Ah, ia jadi rindu suasana panti.
"Doy."
"Eh iya, Mark."
"Mikirin apa, sih?"
"Mmm, gue mau tanya. Tapi, kalian jangan marah, ya." ucap Doy ragu.
Mark, Jeff dan Ehsan yang awalnya sedang bercerita entah apa, kini menatap Doy dengan serius.
"Cewek yang katanya mantan lo, Jeff. Kok, dia diem aja, sih? M-maksud gue dia gak ada temen? Padahal, dia cantik, lho."
"Doy! Jangan bilang lo tertarik sama cewek gila itu? Please, Doy. Gue bisa kenalin lo ke cewek manapun di sekolah kita. Asal jangan dia!"
Nyali Doy semakin menciut saat mendengar ucapan Jeff yang terkesan dingin dan penuh penekanan. Memang separah itukah hubungan mereka?
Jujur saja, Doy belum pernah merasakan apa yang dinamakan jatuh cinta. Ia terlalu sibuk dengan kehidupannya yang keras dan tertarik pada lawan jenis merupakan opsi ke-sekian yang bahkan ia sendiri melupakannya.
"Doy? Are you okay? Sorry, gue gak maksud kasar. Cuma, gue gak mau ada korban lain selain gue."
"G-gapapa, kok. Gue cuma tanya aja. Lagian, gue gak tau apa yang sebenarnya terjadi."
"Ah, kayaknya gue mesti cerita, deh. Kalo gue cuma bilang dia berbahaya, rasa penasaran lo malah makin menjadi-jadi."
Gotcha! Jeff rupanya mengerti isi hati Doy.
"Jadi, cewek yang sekarang lo perhatiin pendiam itu, sebenernya gak seperti apa yang lo liat. Dia pernah jebak gue. Ya, gue akui dia emang cantik dan gue tertarik sama dia dari pertama liat dia. Singkat cerita, gue sama dia pacaran. Tapi, ternyata dia bermaksud ngancurin hidup gue. Dia jebak gue, Doy. Dia kirim foto-foto kami yang, lagi tidur bareng."
Doy membelalakkan matanya. Jujur saja ia terkejut. Pergaulan mereka seperti ini ternyata.
"Gue belum kelar. Gue gak nidurin dia demi Tuhan. Dia jebak gue entah gimana sampai akhirnya gue tidur tanpa busana sama dia. Cewek itu sampai bawa masalah ini ke sekolah. Gue sampe babak belur dihajar bokap karena kejadian itu."
"Terus? Gimana akhirnya lo tau dia cuma jebak lo?"
"Gue gak terima dong. Itu sama aja nginjak-nginjak harga diri cowok tampan kayak gue. Akhirnya, gue ngajak dia visum buat buktiin."
"Dan?"
"Sabar, Doy. Gak ada bukti kekerasan seksual dan gue juga saat itu dalam keadaan gak sadar. Menurut lo, cewek kayak gitu normal gak?"
Doy menggeleng. "Terus, dia gak dikeluarin? Kena pidana atau---"
"Mau dipidana juga dibawah umur, kalo dikeluarin mencemarkan nama baik sekolah. Akhirnya, dia bikin perjanjian dan bayar kompensasi. Juga, dia kena skors satu bulan."
"Lo terima?"
"Ya nggak dong. Gila aja lo! Gue bakal tuntut dia setelah usianya dua puluh tahun. Itu di perjanjiannya."
"Lo tau, kenapa dia ngelakuin itu sama lo? Maksudnya dendam mungkin? Atau?"
"Segitu tertariknya lo sama dia, Doy? Kepo banget!" sungut Ehsan.
Ya, kasus ini memang sudah tersebar di seluruh Y High School. Namun, semua ini hanya jadi rahasia sekolah mereka. Itu juga yang menjadi alasan gadis itu tidak dikeluarkan dari sekolah. Atau mungkin, ada alasan lain. Entahlah.
"Gue cuma nanya, San!" Doy mengerling malas.
Ia tidak mengerti, kenapa penjelasan Jeff malah membuatnya semakin penasaran pada gadis itu.
"Pertanyaan terakhir, orang tua dia gimana reaksinya?"
"Dia anak gak jelas. Waktu itu dia cuma didampingi pengacara keluarganya. Lagian, main-main sama cowok kayak gue. Gak bakal mempan! Niat begoin gue, dia sendiri yang kejebak. Kesian. Mungkin, dia mau minta tanggung jawab terus gue nikahin dan nanti dia nguasain harta keluarga gue."
Penjelasan Jeff membuat Doy hampir tertawa. Bukan apa-apa, kenapa itu terdengar seperti sebuah cerita di sinetron?
****
Hari ini, Doy memilih menyibukkan dirinya di perpustakaan demi mengejar ketertinggalannya. Namun, takdir sepertinya kembali mempertemukan dirinya dengan gadis 'mengerikan' yang kemarin Jeff ceritakan. Gadis itu tengah mencari buku di depan rak yang berlawanan dengan tempat Doy duduk.
"Hai," sapa Doy setelah mengumpulkan keberaniannya.
Tolong salahkan rasa penasaran Doy yang terlalu meluap di dalam dirinya. Rasa ingin tahunya lebih besar dari ketakutan hal yang terjadi pada Jeff mungkin akan menimpanya juga. Tetapi, bukankah identitasnya juga tidak diketahui? Lain dengan Jeff yang memang terkenal sebagai anak konglomerat. Jadi, mengapa ia harus takut dimanfaatkan?
"Ada apa?" tanya gadis itu datar.
"Em, gue Doy. Kita sekelas, kan? Kayaknya, cuma lo yang belum kenalan sama gue." Doy mengulurkan tangannya.
Namun, bukannya membalas jabat tangan Doy, gadis itu malah menatapnya tajam. "Gue gak pedui. Gue tau lo murid baru, tapi gue gak tertarik buat tau siapa lo. Sebaiknya, lo jangan deketin gue! Paham?!" ucapnya penuh penekanan.
Setelah mengatakan itu, gadis dengan rambut sebahu itu menaruh kembali buku yabg sepertinya hendak ia ambil sebelum Doy menghampirinya dan memilih untuk meninggalkan perpustakaan.
"Arasha," gumam Doy setelah punggung gadis itu menghilang dari hadapannya.
"Doy, ini roti sama susu. Makan dulu deh. Udah, nanti tugas biar gue yang bantuin. Jangan maksa. Ntar, kalo lo sakit, gue yang bakal kena damprat sama papi."
Semoga saja, Mark yang tiba-tiba datang saat itu tidak mendengar gumaman Doy.
Arasha. Kini Doy tahu nama gadis itu. Satu lagi, rasa penasaran dalam dirinya semakin besar setelah ia mencoba bicara.
Akhirnya, Arasha keluar nih. Mau misuh-misuh gak? Hahaha
#SalamKetjupBasyah 😘💦
#authorterjomlosedunia
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro