Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

『• ✎4 ••』

“ Solar! Bareng yuk ”

Solar menatap perempuan kuncir dua didepannya itu, lalu mengangguk.

“Ayo”

Thorn pun senang dan mulai berjalan disamping Solar.

Sekarang mereka sedang ganti pelajaran, menandakan mereka harus ganti ruang kelas. Tapi, biasanya mereka ga terlalu dekat untuk pergi 'bersama', jadi Solar sedikit bingung kenapa tiba- tiba teman sekelasnya itu tiba- tiba mengajak jalan bareng. Mereka kenalan karena emang sirkel mereka sama, tapi ya begitulah kalau pertemanan besar pasti beberapa ada yang tidak terlalu akrab.

Solar melirik Thorn yang tersenyum ceria sambil menatap ke depan, sambil membawa buku pelajaran serta pulpen yang ditutupnya ada gambar bunga lilac.

Cielah bang, suka bilang aja kali.

“Hei Solar, menurutmu cantikan lilac atau tulip? ” Tanya Thorn tiba- tiba, membuat Solar tersadarkan diri dari lamunannya.

Solar pun berdehem sambil menengok ke arah lain “ Hm.. menurutku tulip lebih bagus, emangnya kenapa? ” Ujarnya.

Sang perempuan menatapnya sejenak lalu kembali tersenyum dan melihat kedepan.

“ Menurutku keduanya indah dan cantik. Karena bentuk mereka yang cantik dan memiliki makna yang berbeda- beda, itulah yang membuat mereka unik ” Ucap Thorn sembari menatap kebawah.

Solar hanya kembali menatapnya. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang menariknya untuk terus berada di dekat Thorn, ia merasa bahwa dia tidak bisa jauh dari dirinya walaupun hanya sejenak. Ada apa ini?

Sang lelaki tak bisa berpikir jernih. Padahal biasanya dia tak pernah merasakan hal seperti ini, apalagi di dekat teman sekelasnya itu.

Solar hanya menghela nafas dan kembali melihat kedepan, daripada dia memikirkan hal- hal yang tidak berguna lebih baik fokus saja terlebih dahulu dengan apa yang sedang ia lakukan.

“ Hei kalian berdua. ” Panggil seseorang dari belakang mereka.

Karena berpikir yang dipanggil orang lain, Solar dan Thorn tidak mengubrisi panggilan dari orang tersebut. I mean, yang di lorong itu bukan cuma mereka berdua kan?

“ Oi yang disana. ”

Masih tidak disahuti.

“ Woi yang keliatannya lagi pacaran itu! ”

Bukan karena merasa bahwa mereka adalah orang yang orang itu panggil, tapi Solar hanya keberisikan saja dengan suara yang makin membesar itu.

Ia pun langsung menengok ke belakang, sedikit terkejut karena ada seorang lelaki yang terlihat lebih tinggi daripada dia sedang menatap kearah mereka berdua.

“.. Kami? ” Tanya Solar sambil menunjuk ke dirinya sendiri dan juga Thorn yang baru saja menengok ke belakang juga.

“ Iya kalian lah, siapa lagi yang ada disini? ” Ujar lelaki tersebut sambil berjalan kearah mereka.

Kalau diliat- liat lagi ternyata emang cuma mereka bertiga yang ada di lorong itu, mungkin semua murid sudah berada di dalam kelas mereka masing- masing.

Ya jangan salahkan mereka berdua jika mereka tak tau, orang manggilnya gak pake nama ckck.

Lelaki tersebut pun sudah berada di depan mereka, dengan kedua tangannya dikantong celananya dan menatap kedua orang didepannya.

“ Nama gue Zaren, gue kakel kalian. Salken ” Ujarnya tiba- tiba membuat Solar dan Thorn bingung.

Ya gimana gak bingung, tiba- tiba dipanggil terus ngajak kenalan. Dah mana yang ngajak kenalan kayak murid berandalan lagi, plus juga kakak kelas mereka.

Solar merasa agak aneh jadi dia hanya membalas sapaannya “ Gue Solar, ini Thorn. Salken..? ”

Sang kakak kelas pun hanya tertawa kecil “ Gausah sungkan gitu, sori ya gue agak ga sopan. Soalnya gue juga gatau nama kalian siapa jadi gue manggilnya gitu. ” Ucapnya sambil menggaruk punggung lehernya sendiri.

“ Oh gak apa apa kok! Kita juga ga nengok gara- gara ngira bukan kita yang dipanggil. ” Ujar Thorn yang sedari tadi hanya diam saja.

Jujur saja Solar masih sedikit kurang yakin, ia merasa bahwa kedatangan kakak kelas tersebut karena ada maksud tertentu. Ya kalo dipikir- pikir ngapain juga tiba- tiba orang asing ngajak kenalan kan?

Zaren pun tersenyum miring.

“ Kalo gitu langsung ke intinya aja, ” Ujarnya sambil mengambil sesuatu dari kantong celananya, mengeluarkan dua baru yang memiliki warna yang berbeda.

Thorn menatapnya bingung sedangkan Solar sedikit waspada, takut mereka diapa- apain kan gak lucu.

Zaren menyodorkan kedua batu tersebut “ Nih buat kalian. ” Ucapnya dengan santai, membuat kedua orang itu makin bingung.

“ Buat kita? ” Tanya Solar yang hanya dibalas anggukan. Thorn pun mengambil salah satu batu yang menarik perhatiannya. “ Ini batu apa? Kenapa Kak Zaren ngasih ini ke kita? ” Tanya sang perempuan sambil melihat- lihat batu tersebut.

“ Gak kenapa- napa sih, cuma hadiah aja buat kalian. ” Jawab Zaren.

Solar agak sungkan untuk menerima batu tersebut tapi pada akhirnya ia menerima batu tersebut. “ Batu apa ini? ” Tanya Solar.

“ Yang dipegang Thorn itu batu Emerald, kalo yang dipegang Solar itu batu Sunstone. Bagus kan? ” Ucap Zaren sambil menaruh tangannya dikantong celananya kembali.

Kedua orang itu terkejut, ngapain dikasih batu beginian?

Zaren pun berbalik “ Kalo gitu udah dulu ya, gue pengen ke kelas gue. Bye bye~  ” Ujar lalu berjalan pergi dari sana sambil melambai kearah mereka.

Jujur saja, sebenarnya mereka berdua bingung karena tiba- tiba dikasih beginian. Tapi mereka hanya menyimpannya dan berjalan untuk ke kelas lagi.

﹋﹋﹋﹋﹋' 𓊈TᒪᑭOᗴ𓊉 '﹋﹋﹋﹋﹋

Jam istirahat sudah datang, waktu yang bagus untuk tidur.

Ya, itu lah yang dipikirkan Ice sekarang. Begitu bel berbunyi dia langsung membersihkan peralatan menulisnya yang tadinya berada diatas meja lalu langsung menaruh kepalanya diatas meja dengan kedua tangannya sebagai tumpuan agar kepalanya tak sakit.

Menurut Ice bahagia itu simpel, cukup makan, minum, dan tidur.


Yah begitulah lifestyle orang yang malas. Seperti kalian yang sekarang sedang tiduran sambil membaca cerita ini, ya kan? Kalo ngga lagi tiduran pasti lagi duduk.

Apaan sih Authornya sok asik.

Back to the story, Ice langsung menenggelamkan wajahnya dan menutup matanya ketika merasakan bahwa posisinya sudah nyaman. Kondisi kelas sekarang sangat sepi, hanya suara jarum jam dan suara AC saja yang terdengar karena semua murid sekarang sedang berada dikantin. Karena itulah Ice memilih ruang kelas sebagai peristirahatannya.


Tak lama sejak ia menutup matanya ia mendengar langkah kaki memasuki kelasnya, Ice tak peduli juga sih siapa itu. Namun saat langkahnya malah mendekat kearahnya Ice malah jadi kepo siapa orangnya.

Ice pun mengintip sedikit, hanya melihat seseorang keluar dari kelasnya. Ia bangkit dari posisinya yang tadi lalu melihat ke sekelilingnya, lalu matanya tertuju pada sesuatu yang berada diatas mejanya.


“ Apaan nih? Batu? ” Pikir Ice menatap benda tersebut, akhirnya ia angkatlah batu tersebut dan ternyata dibawahnya ada sebuah kertas.

' It's Aquamarine, Keep it. '

Ice agak bingung, tapi karena dia malas berpikir dan masih ingin tidur dia pun hanya menyimpan batu tersebut disakunya sambil berasumsi,


“ ah paling secret admirer atau apalah itu. ” Pikirnya lalu kembali melanjutkan tidur siangnya yang indah.

﹊﹉﹉

Taufan sedang berada di tangga menuju rooftop, dia duduk dipojok anak tangga sambil menyenderkan badannya ke tembok.

“ Ah.. Gue pengen punya pacar.. Ada gak ya cewek yang mau sama gue? ” Gumamnya kepada dirinya sendiri. Entah apa yang ia lakukan, seperti Jomblo miris saja ish ish ish.

Taufan menghela nafas kasar, pasrah akan nasibnya yang tidak pernah menemukan seorang kekasih yang mungkin memang belum ditakdirkan oleh tuhan.


“ Gue iri sama orang- orang yang pacaran disekolah, ditaman, dikelas, di Aula, dimana- mana pacaran! Untung aja gue belom liat ke semak- semak. ” Rengeknya sambil memakan es k*ko yang entah darimana ia dapatkan.


Memang sih tidak biasanya Taufan seperti ini, tapi entah kerasukan setan apa tiba- tiba dia jadi pengen punya pacar gini.

Taufan pun kembali mengigit es k*konya dan hanya berpasrah saja akan nasibnya. Kalo ada orang yang melihatnya pasti orang tersebut akan berpikir, orang ini lebay banget. Kayak udah jomblo satu abad aja.

“ Udahlah, daripada gue kayak gini terus mending gue cari si Blaze ama Gopal aja. ”

Baru saja Taufan ingin berdiri, tiba- tiba saja dia melihat Fang di tangga bagian bawah tempat ia duduk. Sepertinya sang pemuda berkacamata modis itu sedang ingin ke rooftop.

“ Oh Fang, ngapain lu kesini? ” Tanya Taufan sambil berdiri dan hanya menatapnya dari atas anak tangga.


Fang mengangkat kepalanya, baru sadar akan kehadiran cowok bermata biru tersebut. “ Oh Taufan kebetulan, gue ada kiriman buat lo. ” Ujarnya sambil mengambil sesuatu dari kantong celananya.

Taufan mengangkat salah satu alisnya dan menunggu apa yang akan ia diberikan.


Fang pun akhirnya mengeluarkan sebuah batu kecil dari kantongnya, batu berwarna biru persis seperti warna mata Taufan. “ Nih. ” Ujarnya lalu melempar batu tersebut. Kaget tiba- tiba diserang gitu Taufan dengan sigap langsung menangkap benda yang dia sama sekali tak tau apa itu.

“ Apaan nih? ” Tanya Taufan bingung sambil melihat benda yang berada ditangannya.

“ Setau gue itu batu sapphire. Simpen baik- baik jangan sampe ilang. ” Ujar Fang lalu turun dari tangga lagi.

Ditinggalkan dengan perasaan yang masih bingung Taufan pun berteriak “ Woi Fang ini apaan anjir?? Terus dari siapa! ” Ujarnya sambil menuruni tangga dan mengejar temannya itu.

“ Woi jangan ghosting gue! ”

“ Cielah lebay lo. ”

﹏﹏﹏➵➶➴➵➶➴➵﹏﹏﹏
To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro