Rules 6 : Hospital's secret
Golden Hospital, New York.
Aku memacu mobilku hingga kecepatannya mencapai 90km/jam menuju salah satu rumah sakit terbesar di kota New York;Golden Hospital bersama Carl pagi ini.
"Apa ayahmu sedang bekerja hari ini?" tanyaku berbasa-basi, yang sejujurnya aku sudah tahu jawabannya.
Kami berhenti di tempat yang sama dengan saat kami mengintai Tuan Addison beberapa waktu yang lalu. Tapi hari ini suasana rumah sakit terbilang cukup ramai dengan beberapa pasien dan perawat yang berlalu lalang melewati mobilku.
Membuatku sedikit tegang saat itu.
"Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang, Sky?" Carl melepaskan sabuk pengamannya. "Kurasa kita akan tertangkap oleh ayahku sebelum melakukan apa-apa."
Mataku memindai sekitar dan mulai menilai situasi. "Kurasa kita akan melakukan penyamaran," kataku ragu.
"Bagaimana caranya?"
Aku beralih pada Carl dan menatapnya penuh arti.
***
"Apa rencana ini akan berhasil?"
Aku dan Carl sudah masuk ke dalam rumah sakit. Kini kami berdua berjalan beriringan dengan Carl yang berpura-pura tertatih. Rencananya, Carl akan berpretensi sebagai calon pasien dan melakukan registrasi, sedangkan aku akan menyusup dan menemukan Ben dengan stiker led milik Carl.
"Selamat siang, kekasihku baru saja jatuh dari motornya dan kurasa kakinya tidak bisa digerakkan sekarang." Aku berpura-pura sedih saat menatap Carl di depan meja registrasi, aku bahkan memegangi tangannya erat. "Kami ingin mendapatkan pengobatan sesegera mungkin, karena aku khawatir cederanya cukup parah," kataku berusaha terdengar khawatir di depan perawat wanita itu.
Dan perawat yang menggulung rambutnya ke belakang itu menatap kami bergantian, sebelum akhirnya bangkit dan berkata, "Kami akan melakukan CT Scan dan pemindaian sinar-X jika diperlukan untuk mengetahui seberapa parah cedera di kakinya."
Aku dan Carl saling melempar tatap panik. Tapi mengingat tujuan awal kami ke tempat ini, membuatku tidak memiliki pilihan lain. "Ooh--baiklah. Kau bisa lakukan apa saja untuknya." Carl kontan memelototiku. "Sepertinya aku harus pergi ke kamar mandi sebentar. Aku akan segera menyusulmu, sayang," ucapku sarkastik.
"Ta--tapi, Sky--"
"Aku akan segera kembali!" seruku seraya berlari menjauh dari mereka berdua.
Hingga akhirnya kakiku sampai di ujung koridor lantai satu. Kemudian aku dihadapkan oleh dua ruangan dengan pintu tertutup di depan mataku. Itu adalah ruang laboratorium, sedangkan di sebelahnya adalah ruangan Daniel Addison--yang kami cari.
Aku bahkan harus berpura-pura menelpon seseorang saat seorang perawat keluar dari laboratorium secara mendadak dan melewatiku.
Dan kurasa acting-ku cukup meyakinkan, karena perawat itu sama sekali tidak curiga. Tidak cukup buruk sepertinya.
Tapi aku harus cepat.
Sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam, aku melihat ke sekitar. Setidaknya, aku harus memastikan bahwa tidak ada siapapun di ujung koridor ini selain aku sebelum akhirnya memberanikan diri, mengendap-ngendap masuk ke dalam.
Perasaanku berubah lega saat kutemukan ruangan Tuan Addison dalam keadaan kosong. Tapi setelahnya, hanya rasa cemas dan gugup yang mengusikku.
Bagaimana jika aku tertangkap basah?
Aku mulai berjalan mendekati meja kerja Tuan Addison. Tampaknya ia sedang tidak sibuk hari itu, karena ia hanya menyimpan sebuah laptop dan beberapa tumpukan kertas di atas mejanya.
"Apa yang kulakukan di sini?" kataku bermonolog.
Mengingat kembali tujuan awalku untuk mencari keberadaan Ben, aku segera mengeluarkan stiker led yang sudah dilepaskan dari ponsel Carl dan mencoba mendekatkannya ke sekitar meja.
Namun lampunya tetap padam.
Kemudian aku bergeser untuk mencoba memindai lemari besar yang ada di sudut ruangan, tapi sesuatu menarikku kembali. Saat kulihat sebuah tulisan "Daftar kehadiran" berada di salah satu lembaran kertas tersebut.
"Apa mungkin aku masih bisa menemukan daftar kehadiran Tuan Addison malam itu," kataku ragu.
Selanjutnya, tanganku bergerak dengan lancang untuk mengambil kertas tersebut. Aku segera mengingat tanggal hilangnya Ben dengan daftar kehadiran yang berisi catatan tanda hadir Tuan Addison selama sebulan ini.
Butuh waktu sekitar satu menit untuk dapat menemukan tanggalnya.
Dan mataku tidak bisa berhenti menatap kertas itu dengan tak percaya. Sesuatu benar-benar mengejutkanku.
Aku hendak memotretnya dengan ponsel, tapi tiba-tiba suara decit pintu yang berbunyi rendah dan dalam menghentikkan pergerakanku saat itu.
Matilah aku sekarang. []
T H E L O S T B R O T H E R
A Novel by
Nurohima
~
Sejauh ini, bagaimana menurut kalian ceritaku?
Apakah kalian sudah dapat menemukan pelakunya?
Jangan lupa vote dan komen di bawah sini untuk mendukung penulis ya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro