Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 180 [Tujuh Episode Terakhir]

    Malam kembali menyergap. Keheningan berhasil mengambil alih jiwa terluka yang bersembunyi di balik kegelapan. Jungkook tak bisa langsung naik takhta, dan itu sebabnya Young In lah yang mengambil alih takhta untuk sementara waktu. Namun bagaimana bisa seorang ibu memberikan hukuman mati kepada putranya sendiri.

    Malam itu, Young In dan kasim Hong terlibat pertemuan. Menguatkan hatinya, Young In mencoba mencari penyelesaian atas masalah yang dihadapi oleh putranya.

    Kasim Hong memasuki ruangan. Young In yang tak bisa lagi bersabar lantas segera melontarkan teguran, "Kasim Hong, bagaimana keadaan Pangeran Taehyung?"

    Kasim Hong sejenak menundukkan kepalanya sebelum memberikan jawaban. "Ketua Kim telah mendapatkan hukuman seratus kali cambukan siang tadi, Ibu Suri."

    Satu tangan Young In bergerak memegangi dadanya. Hatinya begitu sakit mendengar kabar yang dibawa oleh kasim Hong.

    Kasim Hong kembali berbicara, "sebelumnya, hamba ingin memberikan sedikit saran kepada Ibu Suri."

    "Katakanlah."

    "Akan lebih baik jika Ibu Suri memanggil beliau dengan sebutan Ketua Kim, untuk menghindari serangan dari pihak lain."

    "Bagaimana keadaannya sekarang?"

    "Ketua Kim kembali ditempatkan di sel tahanan."

    Kedua kaki Young In terasa lemas hingga wanita itu kembali duduk di kursi yang berada di samping meja. Young In bergumam, "sekarang harus bagaimana? Kenapa mereka bisa menuduhnya membunuh Baginda Raja? Itu tidak masuk akal."

    "Aku mohon agar Ibu Suri tetap tenang. Setelah ini para Menteri akan menuntut Ibu Suri untuk segera menjatuhi hukuman kepada Ketua Kim."

    Young In menatap tak terima. "Aku tidak akan membiarkan hal itu sampai terjadi."

    "Ibu Suri tidak bisa melawan mereka tanpa memiliki bukti. Itu sangat sulit untuk dilakukan, terlebih lagi Ketua Kim telah melarikan calon Putri Mahkota."

    "Lalu aku harus bagaimana? Membiarkan putraku mati? Jangan konyol! Bagaimana mungkin dia membunuh ayahnya sendiri hanya karena seorang gadis."

    "Ketua Kim memang tidak membunuh Baginda Raja. Ketua Kim meninggalkan istana sebelum Baginda Raja terbunuh."

    Batin Young In tersentak. Mengarahkan tatapan menuntutnya pada kasim Hong. "Kau mengetahui sesuatu?"

    Tak ingin menggunakan lisannya untuk menjawab, kasim Hong hanya memberikan anggukan pelan sebagai jawaban.

    "Katakan padaku apa yang terjadi?"

    "Pagi-pagi sekali, Menteri Heo Junhoo bersama Selir Youngbin datang mengunjungi Baginda Raja."

    Netra Young In membulat. "Apa yang mereka lakukan?"

    "Hamba tidak menyaksikannya secara langsung, tapi hamba mendengarnya dari ruangan sebelah."

    "Apa yang terjadi?"

    "Yang membunuh Baginda Raja adalah Menteri Heo Junhoo ..."

    Kedua tangan Young In mencengkram kuat roknya.

    "... saat itu Putra Mahkota datang dan menyaksikannya sendiri."

    "Putra Mahkota ... ada di sana?" Young In tampak tak percaya.

    "Benar, Ibu Suri. Tapi kita tidak bisa menyalahkan Putra Mahkota dalam hal ini. Putra Mahkota sama sekali tidak memiliki keterlibatan atas pembunuhan Baginda Raja. Hamba rasa, Putra Mahkota memiliki keperluan lain sehingga menemui Baginda Raja sepagi itu."

    Dengan gigi yang gemeretak, Young In mengutuk Junhoo, "Heo Junhoo, terkutuk kau! Manusia rendahan seperti dia!"

    "Mohon agar Ibu Suri tetap tenang. Melawan dengan kemarahan hanya akan membuat masalah semakin tidak terkendali."

    "Apa yang harus aku lakukan? Sampai matipun aku tidak akan merelakan putraku dikorbankan."

    "Menurut hamba, satu-satunya jalan adalah dengan menahan Putra Mahkota untuk naik takhta."

    "Maksudmu, Putra Mahkota tidak boleh menjadi Raja?"

    "Itu sesuatu yang mustahil, namun kita bisa menahannya lebih lama. Untuk sekarang, yang harus Ibu Suri lakukan adalah tetap memegang takhta. Bagaimanapun juga, jika Putra Mahkota naik takhta dalam waktu dekat, Menteri Heo Junhoo akan memanipulasi Putra Mahkota dan kita tidak akan bisa menyelamatkan Ketua Kim."

    Young In resah. Kemarahan dan kekhawatiran itu datang dalam waktu bersamaan. Sedangkan di sisi lain, di bawah langit gelap malam itu, si Rubah kembali ke tempat tuannya yang meringkuk di atas jerami tipis yang berserakan dengan pakaian putih yang tampak kotor.

    Kedua lutut Changkyun dengan mudahnya bertemu dengan lantai kayu. Tatapan gemetarnya menemukan sang tuan yang tengah berada dalam keadaan terburuk, keadaan yang pernah ia alami sebelumnya.

    Kedua tangan Changkyun memegang pintu sel tahanan. Dengan suara yang gemetar sang Rubah memanggil, "N-Naeuri ... tolong dengarkan aku ..."

    Kelopak mata itu terbuka dengan lemah. Tanpa bergerak dari posisinya, netra Taehyung berhasil menemukan sosok sang Rubah yang tengah menahan tangis di luar tempatnya.

    "Naeuri ..."

    Jemari Taehyung yang terluka bergerak dengan lemah tampak sedikit gemetar. Perlahan Taehyung bangkit, menguatkan tubuhnya untuk menolak rasa sakit yang telah membuatnya kehilangan pijakan. Taehyung kemudian mendekati Changkyun dengan cara merangkak. Setelah mendapatkan seratus cambukan, sang tuan baru mengerti bagaimana cara untuk memperlakukan si Rubah dengan lebih baik.

    Bersandar pada pintu sel tahanan, netra sayu Taehyung bertemu dengan tatapan khawatir Changkyun. Suara yang terputus oleh napas itu terdengar, "jangan menangis ..."

    Satu tangan Taehyung bergerak keluar. Terlihat gemetar dan berhasil menyentuh wajah Changkyun. Taehyung kembali berucap, "pergilah ... ini bukanlah tempatmu ... tinggalkan tempat ini dan ... pergilah bersama ayah dan kakakmu."

    Changkyun menggeleng dengan tangis tanpa suara yang membuat telapak tangan Taehyung basah oleh air matanya.

    "Maafkan aku, semua ini salahku ... jangan menyalahkan siapapun."

    Taehyung menarik tangannya yang kemudian tergeletak lemah di atas pangkuannya. Dan saat itulah pertahanan Changkyun runtuh, si Rubah bersujud di hadapan sang tuan. Menangis dan memohon.

    "Mohon berikan aku perintah, Naeuri ... aku akan membunuh mereka semua, mohon berikan aku perintah ..."

    Pandangan Taehyung mengarah ke bawah, menemukan sang Rubah yang memohon padanya. "Aku bukan tuanmu, Kim Changkyun ... aku adalah kakakmu," suara lemah yang tak mampu ditangkap oleh pendengaran Changkyun.

    "Mohon, berikan aku perintah, Naeuri ..."

    Hingga akhir, tak ada kalimat perintah menyesatkan yang keluar dari mulut Taehyung. Hanya keinginan agar Changkyun meninggalkan istana, dan tentunya hal itu tak bisa diterima oleh si Rubah.

    Membawa sisa tangisnya pergi, Changkyun menghilang dalam kegelapan yang tak bisa dijangkau oleh Taehyung. Saat itu, seulas senyum tipis membimbing air mata Taehyung menuruni wajah kotornya.

    Mulut itu sedikit terbuka dan hanya mampu mengeluarkan sebuah gumaman yang hanya dirinya dan angin malam yang mendengarnya.

    "Pergilah yang jauh, Kim Changkyun ..."

     Meninggalkan pengadilan kerajaan, Changkyun membawa langkahnya memasuki paviliun Putra Mahkota. Kemarahan serta keputusasaan yang bercampur menjadi satu membuat pemuda itu terlihat lebih mengerikan dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya, dan bahkan rembulan di atas sana lebih memilih untuk bersembunyi di balik awan.

    Membuka pintu kamar Jungkook dengan kasar, kedatangan Changkyun berhasil menarik perhatian sang Putra Mahkota yang masih duduk di sudut ruangan dan tenggelam dalam penyesalannya.

    Jungkook tak beranjak, namun Changkyun lah yang datang ke tempatnya. Jungkook melihatnya, kemarahan di wajah Changkyun dan mungkin saja si Rubah akan segera menarik pedang miliknya lalu menghunuskannya padanya. Namun apa yang terjadi sungguh di luar dugaan Jungkook.

    Jungkook tampak terkejut ketika Changkyun tiba-tiba berlutut di hadapannya dan bersujud.

    "A-apa, apa yang sedang kau lakukan, Changkyun?"

    "Mohon, selamatkanlah Pangeran Taehyung, Putra Mahkota," suara yang terdengar begitu tegas itu kembali mengejutkan Jungkook.

    "Aku tidak bisa ... maafkan aku."

    "Putra Mahkota adalah harapanku satu-satunya. Aku rela menyerahkan nyawaku, asal Putra Mahkota menyelamatkan Pangeran Taehyung."

    "Apa yang kau bicarakan? Aku tidak bisa melakukan apapun, bagaimana aku bisa menyelamatkan Taehyung Hyeongnim?!" suara Jungkook tiba-tiba meninggi.

    Changkyun menegakkan tubuhnya dan memandang Jungkook tanpa keraguan. "Kau bisa melakukannya, kau memiliki segalanya. Tolong selamatkan tuanku."

    "Apa yang bisa kulakukan? Aku tidak bisa melakukan apapun."

    "Jadilah Raja dan selamatkan Pangeran Taehyung."

    Jungkook sempat terperangah sebelum menyampaikan penolak kerasnya. "Tidak, aku tidak ingin menjadi Raja, aku tidak mau."

    Jungkook menggeleng kuat sebelum mencengkram kerah pakaian yang dikenakan oleh Changkyun. "Bunuh aku ... aku tidak bisa menjadi Raja. Aku mohon bunuh aku sekarang, Kim Changkyun ..."

    Changkyun mendapatkan pergelangan tangan Jungkook, menatap dengan marah. "Kau bisa melakukannya."

    Jungkook menggeleng. "Tidak ... aku tidak bisa, aku tidak ingin menjadi Raja. Aku tidak mau ..."

    "Dengarkan aku—"

    "Aku tidak mau ... biarkan aku bebas. Aku tidak pernah menginginkan tempat ini ... biarkan aku pergi."

    "Lee Jungkook, dengarkan aku!" Changkyun tiba-tiba membentak, membuat Jungkook kembali menahan isak tangisnya.

    Suara Changkyun kembali melembut, "dengarkan aku. Jadilah Raja. Hanya itu satu-satunya jalan agar kau bisa menyelamatkan Pangeran Taehyung."

    "Bagaimana dengan kakekku? Dia orang jahat, dia tidak akan membiarkan Taehyung Hyeongnim."

    Satu tangan Changkyun yang terbebas lantas turut mendapatkan tangan Jungkook. "Tidak ada satupun orang yang tidak tunduk pada Raja mereka. Jikapun ada, maka orang itu akan mati ... aku akan melindungimu. Jadilah Raja dan selamatkan tuanku."

    Jungkook tetap menggeleng.

    "Jika aku yang menjadi Raja, maka aku akan membunuh semua orang ... tanpa terkecuali."

    Jungkook kembali terperangah, namun hanya gelengan yang mampu ia berikan. Kepala itu lantas tertunduk, terlalu takut untuk melihat kebencian dalam netra gelap sang Rubah.

    "Aku bersumpah akan membunuh mereka semua. Sekarang putuskan, kau ... atau aku yang menjadi Raja, Lee Jungkook."


Selesai ditulis : 24.08.2020
Dipublikasikan : 29.08.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro