Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 173

    Taehyung berdiri di atas perahu yang mulai berlayar dalam kegelapan. Tepat satu meter di belakangnya, sang Rubah berdiri. Wajah tenang sang tuan dari si Rubah itu terlihat sangat serius dan membuat garis rahangnya mengeras. Batinnya terusik ketika mendengar ramalan yang ditakuti oleh ketiga Guru Besar Gwansanggam itu dari sang Rubah.

    Setelah kedatangan Shin, ketiga Guru Besar itu memutuskan untuk kembali ke istana. Namun sebelum itu mereka benar-benar mengirim kedua Pangeran itu ke pengasingan tanpa melepaskan ikatan mereka, dan tentunya setelah memberikan petuah pada keduanya.

    Mereka bisa terlepas karena usaha Changkyun. Dan tentunya Taehyung sempat terkejut ketika melihat sang Rubah juga berada di sana. Namun saat ini pikirannya justru mengambang. Tak ingin mempercayai ramalan konyol itu, meski pada kenyataannya dia telah menjadi korban dari ramalan itu sendiri.

    Angin laut berhembus dengan tenang. Menyadarkan sang tuan akan jalan yang mereka tuju saat ini. Sang Rubah kemudian datang mendekat, namun dengan cepat langkah itu terhenti.

    "Kenapa kau tidak mendengarkan ucapanku?" terdengar begitu dingin dan menyentak batin sang Rubah.

    Changkyun menyahut dengan ragu, "Hyeong—"

    "Kembalilah pada Jungkook," sahut Taehyung dengan cepat dan juga nada bicara yang tidak berubah.

    Sang Rubah lantas kembali menemukan luka kecil di sudut hatinya ketika perkataan sang tuan layaknya sebuah pengusiran.

    Changkyun lantas menyahut, "aku menolak."

    Tatapan dingin Taehyung menatap lurus ke depan. Menelisik pada kegelapan yang tak mampu dijangkau oleh pandangannya. Langkahnya berputar, berbalik dan lantas mendekati sang Rubah. Keduanya berhadapan.

    Angin datang sedikit kasar, mengusik ketenangan di antara keduanya. Membimbing mulut sang tuan untuk kembali berucap. "Aku akan bertanya padamu. Jawablah dengan jujur."

    Changkyun tak menjawab, namun tak kehilangan rasa kepercayaannya pada sang tuan.

    Melihat hal itu, Taehyung lantas bertanya, "siapakah Raja yang akan diakui oleh rakyat?"

    Netra Changkyun mengerjap. Seperti ada sesuatu yang menyergap batinnya ketika pertanyaan itu keluar dari satu-satunya orang yang ia percaya.

    "Jawablah dengan jujur, Rubah kecilku."

    Pandangan Changkyun terjatuh. Dapat dilihat oleh Taehyung, keraguan di wajah pemuda itu.

    Tak kunjung mendapatkan jawaban, Taehyung kembali menegur, "katakan jika kau tidak bersedia."

    Kala itu kedua tangan kosong Changkyun terkepal. Mendapatkan kembali keyakinannya, sang Rubah lantas menjatuhkan satu lututnya pada lantai kayu dan membiarkan satu lengannya berada di atas lutut yang tetap bertahan.

    Kepala itu tentunduk, memberikan penghormatan sebagai abdi setia. Dan tanpa ada keraguan mulut itu berucap, "hanya ada satu Raja yang bisa memimpin Joseon. Jika memang Joseon ditakdirkan memiliki tiga Raja, maka dua di antaranya harus mati. Aku ... hanya akan mengabdikan diriku, kepada Tuanku."

    Masih dengan perasaan yang sama ketika ia memandang sang Rubah. Taehyung lantas berucap, "aku tidak pernah bersedia menjadi tuanmu."

    Changkyun mengangkat wajahnya. Tanpa ada keraguan ia mempertemukan pandangan dengan Taehyung. Menatap dengan tekad yang kuat.

    Layaknya sebuah sumpah, sang Rubah lantas berucap, "maka dari itu, aku akan menjadikanmu Raja yang diakui oleh rakyat ... Hyeongnim."

    Taehyung tak menunjukkan reaksi apapun dan justru berdiam diri untuk beberapa waktu hingga angin laut yang kembali menyapa, membimbing mulutnya untuk kembali terbuka.

    Taehyung berucap tanpa kehilangan ketenangannya, "aku menolaknya."

    Changkyun menyahut, "jika begitu, akulah yang akan menjadi Raja."

    Netra tajam Taehyung memicing. Mencoba mencari keraguan dalam sorot mata sang Rubah. Namun sayangnya ia tak menemukan celah sedikitpun di sana.

    Tak lagi bisa mengulas senyum di wajahnya, Taehyung berucap, "lakukan. Tapi sebelum itu, kau harus membunuhku dan juga Jungkook."

    "Jika aku membunuh anak itu, apakah Tuan akan membunuhku?"

    "Aku bukan tuanmu."

    "Maka jawablah pertanyaanku sebagai seorang kakak ... jika aku membunuh anak itu, apakah Hyeongnim akan membunuhku?"

    Sudut bibir Taehyung sedikit terangkat dalam waktu yang singkat. Terdapat ungkapan tak percaya dalam netranya ketika batinnya menemukan sebuah jawaban.

    "Raja tanpa takhta. Kau, kah itu?" perkataan yang hanya mampu diucapkan oleh batinnya, ketika lisannya justru mengatakan hal lain.

    "Lalu, setelah aku membunuhmu. Apa yang akan aku dapatkan? Pada dasarnya semua yang kau lakukan hanyalah agar aku bisa menjadi Raja ... aku tidak ingin menjadi Raja, maka dari itu jangan membunuh siapapun."

    Tangan Changkyun yang terkepal semakin kuat. Membimbing pandangannya untuk terjatuh pada ujung sepatu Taehyung.

    Taehyung lantas berucap, "berdirilah."

    Menghembuskan napasnya, Changkyun lantas berdiri. Namun tak bersedia untuk kembali membuat kontak mata dengan Taehyung.

    Taehyung lantas berucap, "kau tidak perlu mencemaskanku. Aku akan hidup dengan baik setelah ini."

    Changkyun menyahut tanpa mengangkat wajahnya, "lalu bagaimana denganku?"

    "Anak itu terlalu naif, kembalilah padanya ..."

    Changkyun lantas kembali membuat kontak mata di antara keduanya. Dan Taehyung kembali berucap, "Jungkook membutuhkanmu."

    "Aku ingin membuat sebuah pengakuan."

    "Katakan."

    "Anak itu ... aku sangat membencinya."

     Untuk kali pertama, seulas senyum kembali terlihat di wajah Taehyung. Namun sayangnya senyuman itu tak mampu menyentuh hati yang Rubah yang sepertinya telah tertutup oleh kegelapan yang menaungi tempat mereka berdiri malam itu.

    Tangan kiri Taehyung terulur ke depan. Membiarkan telapak tangannya yang terasa dingin menyentuh tengkuk Changkyun. Kemudian dengan lembut, tangan itu membimbing sang Rubah untuk jatuh dalam rengkuhannya.

    Satu tangan yang terbebas menyentuh punggung Changkyun. Merengkuh sang Rubah dengan lubang hitam yang sudah tercetak dalam hatinya. Dan mungkin itulah penyebab kenapa sang Rubah tak menunjukkan reaksi apapun.

    Taehyung lantas berucap, "anggap ini sebagai permintaan dariku."

    "Aku menolak," gumam Changkyun.

    "Maka anggaplah ini sebagai perintah."

    Kepalan tangan Changkyun kembali menguat, dan saat itu rengkuhan itu terlepas. Kembali membuat pandangan keduanya saling bertemu.

    Taehyung lantas berucap, "jika kau menolak permintaanku. Maka anggaplah itu sebagai perintah. Mulai sekarang ... jadikanlah Jungkook sebagai tuanmu."

    Taehyung berbalik dan hendak pergi meninggalkan Changkyun yang tampaknya belum menerima semua ucapannya.

    Dengan tatapan yang terlihat gemetar, Changkyun menegur, "kenapa?"

    Langkah Taehyung terhenti. Tak berniat untuk berbalik, ekor matanya bergerak ke samping. Dia lantas berucap, "jika pada akhirnya Raja tanpa kekuasaan lah yang akan memimpin Joseon ... maka tugasmu adalah membuat Raja itu memiliki kekuasaannya sendiri, Kim Changkyun ... kita berhenti di sini, jangan mengikutiku lagi."

    Taehyung kembali melangkahkan kakinya. Meninggalkan sang Rubah yang telah ia jatuhkan kembali dalam lubang keputusasaan di kegelapan malam itu.

    Changkyun merasa telah kehilangan pijakannya, dan karena itu satu lututnya dengan begitu mudah kembali bertemu dengan lantai kayu. Satu tangan yang terbebas menepuk dadanya cukup keras untuk beberapa kali. Mencoba menghilangkan perasaan aneh yang menghujam dadanya. Merasa marah atas ketidak berdayaannya akan perintah dari tuannya.

    Di sisi lain, Taehyung masuk ke bagian nakhoda. Netranya menangkap sebilah pedang di atas tumpukan kotak kayu. Tangannya menyambar pedang tersebut dan langkah itu kemudian membawanya menemui sang nakhoda yang tengah mengendalikan perahu untuk mengantar mereka ke tempat tujuan.

    Berdiri di belakang sang nakhoda. Taehyung lantas menegur, "putar balik perahunya."

    Sang nakhoda tentu saja kaget ketika sebelumnya tak menyadari kehadiran Taehyung. Nakhoda itu berbalik dan menatap kaget pada Taehyung.

    "T-tuan?"

    "Kembali ke Pelabuhan sekarang."

    "Anu, tidak bisa. Mereka sudah—" perkataan sang nakhoda terhenti ketika pedang di tangan Taehyung hampir menghunus lehernya. Membuat napasnya tercekat dan tak bisa bergerak ketika ujung pedang itu berada beberapa inci dari kulit lehernya.

    "T-tuan, tolong jangan lakukan ini. Aku hanya menjalankan perintah, aku masih memiliki keluarga."

    "Maka dari itu, lakukan apa yang kukatakan."

    Nakhoda itu tampak ketakutan hingga pada akhirnya ia menuruti permintaan Taehyung. "B-baiklah, aku akan melakukannya."

    Taehyung menarik kembali pedangnya dan baru meninggalkan nakhoda itu ketika perahu telah berbalik arah. Kembali ke tempat di mana ia meninggalkan Changkyun sebelumnya. Langkahnya terhenti ketika ia melihat Changkyun berdiri di ujung lain dengan pandangan yang mengarah pada permukaan air yang gelap.

    Taehyung merasa sangat bersalah dengan apa yang terjadi malam itu. Dan pada akhirnya dia lebih memilih untuk menghindar. Memutuskan untuk menjadi orang asing mulai malam itu.




Selesai ditulis : 08.08.2020
Dipublikasikan : 08.08.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro