Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 166

Youngbin memasuki kawasan Bukcheon. Bersamaan dengan hal itu, Shin hendak meninggalkan Bukcheon. Sebuah keberuntungan bagi Shin, karena ia tak perlu repot-repot pergi ke istana untuk bisa menemui Youngbin.

Tandu yang membawanya berhenti, membuat Youngbin membuka tirai yang menutupi jendela dan langsung memandang Dayang Choi.

"Kenapa berhenti?"

Dayang Choi tak di beri kesempatan ketika pintu tandu di hadapan Youngbin terbuka dari luar. Wanita itu terkejut ketika menemukan Shin berdiri di depan tandunya.

"K-kau? Apa yang kau lakukan di sini?"

"Keluarlah ... ada yang harus aku bicarakan pada Nyonya."

"Apa?"

Tak berniat memberikan penjelasan. Shin segera menarik tangan Youngbin dan membawanya menjauh dari rombongan. Berbelok ke kiri. Shin memojokkan Youngbin di tembok, memandang wanita itu dengan tatapan tajamnya.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

"Berikan apa yang dia inginkan."

Youngbin menatap heran. "Apa yang sedang kau bicarakan?"

"Lee Taehyung. Berikan apa yang dia inginkan."

Youngbin menatap tak percaya. "Anak itu ... benar-benar Lee Taehyung? Bukankah seharusnya dia sudah mati?"

"Kau tidak perlu mempermasalahkan hal itu. Lakukan saja apa yang kukatakan."

Sudut bibir Youngbin tersungging. "Bicara apa kau ini?"

Youngbin hendak pergi, namun Shin dengan cepat menahan kedua bahunya. "Dengarkan aku baik-baik. Jika kau ingin putramu selamat, kau harus memberikan apa yang di minta oleh anak itu."

Youngbin menepis tangan Shin dan berucap tanpa minat, "apa kau seorang Peramal? Ini bukanlah sesuatu yang bisa kau campuri. Berhenti bersikap seakan-akan kau mengerti segalanya."

Youngbin meninggalkan Shin yang tampak terguncang akan perkataannya barusan.

"Heo Youngbin," suara tenang yang menghentikan Youngbin di langkah ke tiganya.

"Hentikan ... kau sudah melebihi batasmu."

"Jika kau masih waras, kau tidak akan memanggilku dengan cara seperti itu. Urusi dirimu sendiri."

Youngbin benar-benar pergi. Kembali ke tandunya tanpa ada niatan untuk melihat Shin yang masih berdiri di tempat sebelumnya. Tampak penyesalan dalam sorot mata pendekar pedang itu sebelum ia yang beranjak pergi ke arah yang berbeda.

Taehyung keluar dari paviliun Putra Mahkota tanpa memberikan kesempatan bagi Jungkook untuk mengadu padanya, ketika ia yang tetap bersikeras menolak identitasnya sebagai Lee Taehyung.

Meninggalkan paviliun. Langkah Taehyung terhenti ketika di hadapkan padanya sosok pria tua yang memberikan tundukan kepala padanya.

Tak berani mengangkat kepalanya. Kasim Seo lantas berucap, "terimalah hormat hamba -"

"Jangan lakukan itu padaku," ucap Taehyung. Menolak penghormatan yang hendak di berikan oleh Kasim Seo. "Jangan menunduk ketika berhadapan denganku, karena kita berada di kasta yang sama."

Taehyung lantas kembali melanjutkan langkahnya. Namun teguran yang kembali datang padanya berhasil mengikat kakinya.

"Mohon tunggu sebentar, Ketua Kim."

Taehyung berbalik, bersamaan dengan Kasim Seo yang mengangkat pandangannya. Pandangan keduanya lantas saling di pertemukan.

"Adakah yang ingin kau tanyakan, Kasim Seo?"

"Hamba tidak berhak untuk ikut campur dengan keputusan yang telah Ketua Kim ambil ... tapi, hamba harap Ketua Kim bersedia mendengarkan cerita hamba."

"Katakanlah."

"Hari ini, Baginda Raja berencana untuk mengembalikan gelar Kebangsawanan Tuan Muda Kim Changkyun ..."

Taehyung tentu saja kaget mendengar hal itu. Pantas saja saat bertemu dengan Changkyun pagi tadi, pemuda itu mengenakan pakaian seorang Bangsawanan. Namun Taehyung tak akan membiarkan pria tua di hadapannya itu menyadari keterkejutannya.

Kasim Seo melanjutkan, "akan tetapi, Baginda Raja telah menundanya."

"Lalu?"

"Di hari sebelum hari ini terjadi. Tuan Muda Kim, hampir saja di eksekusi mati."

Batin Taehyung tersentak. Netranya pun melebar dan hal itu tertangkap oleh penglihatan Kasim Seo, namun Taehyung berusaha untuk tetap tenang ketika ia berbicara.

"Kesalahan apakah yang telah ia perbuat?"

"Tuan Muda Kim di tuduh telah melakukan percobaan pembunuhan terhadap calon Putri Mahkota. Hamba tidak tega ... Tuan Muda Kim tidak bersalah dan telah mendapatkan seratus cambukan di punggungnya. Dia tidak pernah mencoba untuk membela diri ketika tuduhan itu datang padanya ... dia sama sekali tidak menyangkal semua tuduhan itu."

"Apakah Tuan Muda Kim adalah orang yang bodoh?"

Kasim Seo sedikit kaget ketika mendengar pertanyaan Taehyung.

Taehyung melanjutkan, "jika dia tidak bersalah, lalu kenapa dia menerima hukuman itu dengan sukarela?"

"Tuan Muda Kim belum lama kembali ke istana. Sebelumnya dia kembali merantau untuk mencari seseorang dan baru saja kembali setelah mendengar berita pernikahan Putra Mahkota."

"Siapakah orang yang sedang ia cari?"

"Seseorang yang menghilang selama beberapa tahun yang lalu. Seseorang yang sangat mirip dengan Ketua Kim ... Tuan Muda Kim telah menjelajahi Joseon dalam waktu yang lama untuk menemukan orang itu, tapi hingga Ketua Kim datang kemari ... Tuan Muda Kim belum bisa menemukan orang itu."

"Apakah orang itu begitu istimewa?"

"Sangat. Dan jika Tuan Muda Kim bertemu dengan Ketua Kim ... mungkin itu akan sangat menyakitinya ketika Tuan Muda Kim mengira bahwa Ketua Kim adalah orang yang selama ini beliau cari."

"Lalu? Kau ingin aku melakukan apa?"

"Hamba tidak berhak meminta apapun pada Ketua Kim. Hanya dengan Ketua Kim bersedia mendengarkan cerita hamba, bagi hamba itu sudah lebih dari cukup ... di saat seperti ini, mungkin Tuan Muda Kim sedang berada di danau. Kalau begitu, hamba mohon undur diri ..."

Kasim Seo menunduk dalam sebelum melangkahkan kakinya meninggalkan Taehyung. Dan tanpa di sadari siapapun, pria tua itu tengah menangis dalam keterdiamannya.

Dari tempatnya berdiri. Taehyung memandang punggung pria tua itu. Ada rasa penyesalan dalam sorot teduh tatapan Taehyung, namun seakan ia yang telah mengutuk lisannya sendiri untuk berucap, ia hanya memendam semua di dalam hatinya.

Sejenak terdiam memikirkan apa yang baru saja di katakan oleh Kasim Seo. Perlahan pandangan Taehyung jatuh ke arah di mana danau itu terletak. Langkah kaki itu mulai bergerak, menyusuri jalan yang akan membawanya sampai di danau yang sebelumnya di sebutkan oleh Kasim Seo.

Dalam hitungan menit. Pandangannya menangkap sosok Rubah Kecilnya yang tengah berdiri membelakanginya, menghadap ke danau. Sama sekali tak berubah. Sejak pertemuan terakhir mereka, Taehyung sama sekali tidak melihat perubahan pada diri Changkyun. Semua masih sama, hanya saja mungkin pemuda itu terlalu banyak menerima luka.

Berjalan tanpa keraguan. Pada akhirnya langkah itu berhenti di jarak dua meter dari tempat Changkyun berdiri. Changkyun yang merasakan kehadiran seseorang di sekitarnya pun berbalik. Lantas ia temui sosok yang sempat mengabaikannya pagi tadi, kini telah berdiri di hadapannya.

Suasana tenang menjelang sore hari terusik oleh hembusan angin lembut yang menerpa keduanya. Mendorong punggung sang Rubah yang tengah terluka untuk menemui jalan yang akan membawanya kembali pada sang tuan.

Tak ada yang mengizinkan lisan masing-masing untuk berucap, sehingga hanya ada keheningan di sekitar mereka hingga langkah sang Rubah yang mulai goyah dan menyerah akan dorongan pada punggungnya.

Perlahan. Langkah demi langkah ia ambil untuk kembali menemui tuannya yang datang sebagai orang asing dan kembali melukainya, hingga hanya dalam hitungan detik jarak di antara mereka terpotong terlalu banyak. Menyisakan jarak dua langkah yang membentang di antara keduanya.

Kala itu, sudut bibir Taehyung terangkat dengan lembut. Membiarkan senyum hangatnya memberikan sapaan kepada sang Rubah yang sempat ia abaikan.

"Kau terlihat cocok dengan pakaian yang kau kenakan hari ini," kalimat pertama yang menjadi sebuah pengakuan bahwa dirinya adalah Lee Taehyung yang di rindukan oleh sang Rubah.

Tatapan sayu Changkyun mengarah pada kaki Taehyung, di susul oleh satu persatu lututnya yang kemudian menyatu pada tanah dengan sempurna. Mata itu terpejam dengan kedua tangan yang menekan lututnya, menahan bibirnya yang mulai gemetar tetap terkatup rapat.

Pandangan Taehyung ikut terjatuh sebelum ia mempertemukan salah satu lututnya pada tanah. Memandang wajah yang tertunduk dalam itu dengan lebih dekat. Merasakan perasaan asing yang tak ia rasakan ketika melihat Jungkook menangis di hadapannya.

Satu tangannya kemudian terangkat dan mendapatkan tengkuk pemuda di hadapannya itu. Perlahan, tanpa berucap, Taehyung membawa kepala Changkyun mendekat hingga kening pemuda itu menyatu dengan bahunya.

Saat itu, hancurlah sudah pertahanan Changkyun. Pada akhirnya, sang Rubah menangis dalam rengkuhan tuannya. Mengadukan perjalanan hidupnya tanpa menggunakan lisannya yang tetap terkunci dalam mulut yang terkatup rapat.

"Maafkan aku ... saudaraku," sebuah pengakuan yang memperjelas semuanya.

Pada kenyataannya Taehyung bisa membohongi dirinya sendiri di hadapan Jungkook, namun ia justru mengakui kekalahannya di hadapan Changkyun. Sang Rubah kecilnya. Dan setidaknya, Changkyun lebih beruntung dari pada Jungkook ketika Taehyung bersedia untuk mengakuinya.

Selesai di tulis : 06.05.2020
Di publikasikan : 06.05.2020


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro