Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 164

    Sudut bibir Youngbin terangkat kala pintu ruangannya terbuka dan menampakkan sosok yang telah berhasil membuat keributan di istana Gyeongbok pagi tadi. Perhatian Youngbin tak sedikitpun terlepas dari wajah yang sudah lama tak ia lihat hingga pemuda itu yang kemudian duduk berhadapan dengannya dalam jarak kurang lebih satu meter.

    Menaruh kedua telapak tangan di atas lutut yang bersimpuh, Taehyung sejenak menundukkan kepalanya untuk memberikan salam kepada wanita milik Raja tersebut.

    "Terimalah hormatku ini, Nyonya."

    "Ketua Kelompok Pedagang, Kim Taehyung, kah?" Youngbin tersenyum tak percaya. "Wajahmu mengingatkanku pada seseorang."

    "Nyonya adalah orang ke sekian kalinya yang mengatakan hal itu, aku akan menganggap itu sebagai sebuah pujian."

    Youngbin tertawa pelan untuk beberapa detik sebelum tawa itu memudar dan menyisakan segaris senyum yang sangat kontras dengan tatapan matanya yang terlihat sedikit menajam.

    "Lalu, apakah tujuanmu datang menemuiku, Ketua Kim?"

    "Kedatanganku kemari adalah untuk membawa Hwagoon Agassi kembali ke rumah. Sekiranya Nyonya, mau memberikan izin ..."

    Sebelah alis Youngbin terangkat. "Kembali, ke rumah?"

    Wanita itu terkekeh pelan seakan yang baru saja di katakan oleh Taehyung merupakan sebuah lelucon. Youngbin lantas berucap, "kau tahu apa arti dari membawa calon Putri Mahkota kembali ke rumah?"

    "Aku mengerti tentang hal itu, Nyonya tidak perlu cemas akan hal itu."

    Senyum Youngbin memudar dan menampakkan bahwa dia tidak ingin menyambut tamunya dengan baik, namun wanita itu masih memiliki pembawaan yang tenang ketika berucap.

    "Haruskah aku menyampaikan permintaan maaf padamu karena kau tidak bisa membawa gadis itu pulang?"

    "Hwagoon Agassi tengah sakit keras, aku sebagai pihak keluarga hanya mengusahakan yang terbaik untuknya."

    "Dan kau ingin mengatakan bahwa kami tidak bersungguh-sungguh dalam merawatnya?"

    "Aku tidak pernah mengatakan hal itu. Tapi jika Nyonya berpikir seperti itu, aku tidak bisa menghalangi."

    "Sangat mirip," batin Youngbin. "Istana memiliki segalanya ... Tabib handal dan obat-obatan, seharusnya kau tidak perlu mencemaskan gadis itu. Kami selalu mencoba yang terbaik untuk menyembuhkan gadis itu."

    Tangan Taehyung yang berada di atas lututnya mengepal kuat, menahan perasaan buruk yang mendorongnya untuk berbuat lebih dari ini.

    Masih dengan sikap tenangnya. Taehyung kembali berucap, "tapi aku memiliki pendapat yang berbeda dengan Nyonya."

    "Katakan."

    "Aku pikir rumah akan jauh lebih baik jika di bandingkan dengan tempat asing."

    Youngbin kembali terkekeh. "Kau sangat lucu ..."

    "Aku tidak pernah bermaksud untuk membuat sebuah lelucon."

    Tawa pelan Youngbin terhenti. "Boleh aku tahu siapa nama orangtuamu?"

    "Kim Namgil."

    "Kim, Namgil?" Nama yang terdengar tak asing, namun Youngbin merasa ragu bahwa ia pernah mendengar nama itu sebelumnya.

    "Siapa nama ibumu?"

    Taehyung terdiam. Tidak mungkin ia mengakui permaisuri sebagai ibunya, namun bukankah ia akan menjadi anak durhaka ketika tak mau mengakui ibunya sendiri.

    "Kau tidak ingin menjawab?"

    "Aku hanya hidup bersama ayahku, dan dia tidak pernah mengatakan apapun tentang ibuku," jawaban sederhana yang sangat bijaksana.

    "Begitukah?" Youngbin sekilas memalingkan wajahnya dan kembali lagi pada wajah Taehyung. "Jika kau tetap pada tujuanmu, setidaknya kau harus mendapatkan izin dari Baginda Raja terlebih dulu."

    Taehyung tahu bahwa ia pasti akan terjebak permainan wanita itu. Setelah merasa bahwa tak lagi memiliki harapan untuk tetap berada di sana, Taehyung pun memutuskan untuk pergi. Dan tepat setelah Taehyung menghilang, kemarahan itu tampak terlihat di garis wajah Youngbin.

    "Dayang Choi!" suara tegas yang kemudian membimbing pintu di hadapannya terbuka dan menampakkan Dayang Choi.

    Buru-buru Dayang Choi masuk. "Nyonya memanggilku?"

    "Aku akan pergi ke Bukcheon sekarang, lakukan persiapan!"

    "Baik, Nyonya ..." Dayang Choi undur diri.

    Taehyung keluar dari paviliun Youngbin dan kembali ke paviliun di mana Hwagoon berada. Namun kedatangannya saat itu langsung di sambut oleh Hoseok.

    "Ketua."

    Tatapan teduh Taehyung menemukan wajah khawatir Hoseok.

    "Bagaimana?"

    "Aku akan membicarakannya lagi dengan Baginda Raja." Taehyung hendak berjalan melewati Hoseok hingga teguran itu kembali menghentikan langkahnya.

    "Tunggu sebentar."

    "Ada apa?"

    "Beberapa waktu yang lalu, Putra Mahkota datang kemari."

    Tak merasa terkejut, tak ada yang berubah dari raut wajah Taehyung karena ia sudah menduga bahwa Jungkook pasti akan segera mencarinya begitu mendengar keributan pagi tadi.

    "Dia mengatakan sesuatu pada Hyeongnim?"

    "Putra Mahkota, mengundang Ketua ke paviliunnya."

    Taehyung memalingkan pandangannya, sejenak berpikir apakah tidak terlalu cepat menemui adiknya hari ini.

    "Apakah Ketua akan pergi?"

    Taehyung kembali menjatuhkan pandangannya pada Hoseok. "Apakah Putra Mahkota menangis saat datang kemari?"

    Hoseok tertegun akan pertanyaan itu. Namun setelah mengingat kembali, memang benar bahwa saat Jungkook datang, pemuda itu seperti baru saja menangis.

    Hoseok kemudian menjawab, "sepertinya begitu, bagaimana Ketua bisa tahu?"

    "Aku dengar dia adalah pemuda yang cengeng. Kau sudah mendengarnya?"

    "Mendengar apa yang Ketua maksud?"

    "Mereka mengatakan bahwa wajahku sangat mirip dengan Pangeran Taehyung ..." Sudut bibir Taehyung terangkat dengan lembut. "Mungkin anak itu berpikir bahwa aku benar-benar kakaknya ... Hyeongnim kembalilah ke kamar Agassi."

    "Apa yang ingin Ketua lakukan?"

    "Aku akan memenuhi undangan dari Putra Mahkota."

    Junhoo menggulingkan meja kecil di dalam ruangan Cenayang Min Ok sembari berteriak frustasi. Meluapkan kemarahannya setelah meninggalkan keributan di istana Gyeongbok. Sedangkan Cenayang Min Ok masih duduk dengan tenang di tempatnya. Setelah insiden kebakaran semalam, Cenayang itu menempati paviliun belakang yang tak terkena imbas dari kebakaran semalam.

    "Apa-apaan semua ini? Kau mencoba mempermainkanku!" hardik Junhoo pada Cenayang tua itu.

    "Apa yang Daegam maksud? Bicaralah dengan lebih jelas lagi."

    "Anak itu! Kenapa dia masih hidup? Bukankah kau mengatakan bahwa anak itu sudah mati!"

    Netra tajam Cenayang Min Ok segera bertemu dengan Shin yang saat itu berdiri di dekat pintu. Cenayang itu memang belum mengetahui aksi pembakaran yang di lakukan oleh Taehyung semalam, jadi wajar jika wanita itu sedikit terkejut dengan apa yang baru saja di katakan oleh Junhoo.

    "Cepat berikan penjelasanmu sekarang juga!"

    Sempat terdiam, Cenayang Min Ok lantas tertawa pelan. "Aku tidak tahu apa yang harus aku jelaskan, tapi sepertinya Daegam benar-benar marah padaku kali ini ..."

    "Kau! Bagaimana bisa ... bagaimana bisa Lee Taehyung masih hidup? Kau mengatakan bahwa kau sudah membunuhnya."

     "Pangeran Lee Taehyung?" Cenayang Min Ok masih berpura-pura tidak tahu. "Apa yang Daegam bicarakan? Anak itu sudah mati karena ketamakanmu."

    "Jangan bilang kau tidak tahu bahwa kutukanmu itu gagal membunuhnya."

    "Semua sudah berakhir malam itu, aku yakin dengan hal itu."

    "Tapi mana buktinya! Sekarang dia kembali ke istana ..."

    "Aku sudah melakukan semuanya dengan sempurna. Tapi jika ternyata anak itu masih hidup, berarti Dewa berpihak padanya."

    "Kau pikir aku bisa terima semua ini! Kuperingatkan padamu, jangan pernah main-main denganku!"

    "Ya ampun ... inilah yang akan menghancurkan Daegam. Sikap keras kepala Daegam ... meski anak itu kembali, bukan berarti dia ingin mengambil tempat cucumu."

    "Apa maksudmu?"

    "Serahkan saja apa yang dia inginkan, dia pasti akan pergi setelahnya."

    "Maksudmu gadis itu?"

    "Aku tidak tahu siapa yang Daegam maksud. Tapi sepertinya dia kembali untuk mengambil sesuatu ... tinggal berikan saja yang dia mau dan semua akan selesai."

    Tak bisa lagi melanjutkan perdebatan. Junhoo lantas pergi dengan amarah yang masih menggebu-nggebu. Dan setelah Junhoo menghilang dari padangan keduanya, pandangan Cenayang Min Ok tertuju pada Shin.

    Wanita itu lantas berucap, "datanglah kemari, Tuan pendekar."

    Shin mendekat dan berdiri pada jarak satu meter dari tempat Cenayang Min Ok.

    "Kapan dia datang?" Suara Cenayang Min Ok terdengar seperti sengaja di pelankan.

    "Semalam, dia yang membakar rumah Daegam. Dan tadi pagi, dia mengahadap Baginda Raja."

    "Apa yang dia inginkan?"

    "Dia datang untuk mengambil gadis itu kembali."

    Cenayang Min Ok menjatuhkan pandangannya, tampak berpikir keras sebelum kembali memandang Shin.

    "Mendekatlah."

    Shin bergerak mendekat, namun Cenayang Min Ok menginginkan pria itu untuk berada di sisinya. Shin kemudian menjatuhkan satu lututnya di hadapan wanita itu.

    "Dengarkan aku baik-baik. Serahkan wanitanya, dan dia akan pergi dari istana."

    "Cenayang tidak akan membunuh gadis itu?"

    "Gadis itu adalah kunci dari segalanya. Jika dia mati ... sesuatu yang buruk akan segera terjadi."

    Shin sejenak tampak mempertimbangkan sesuatu sebelum kembali berucap dengan netra tajam yang beradu dengan netra misterius milik Cenayang Min Ok.

    "Bagaimana jika Daegam menolak?"

    "Dia sudah menjadi sesat. Ketamakanlah yang akan menghancurkan orang itu. Jika kau bisa membawa gadis itu pergi dari istana ... aku akan mengakhiri hidupku sendiri saat itu juga."

    Netra Shin membulat, terkejut akan pernyataan dari wanita tua itu yang kemudian tersenyum tipis.

    "Aku sudah terlalu tua, aku terlalu malas untuk di perintah lagi. Biarkan aku mati setelah tugasku selesai."

    "Aku akan membujuk Selir Youngbin," ucap Shin yang kemudian beranjak dan meninggalkan Cenayang Min Ok.

    Pintu ruangan itu menutup dari luar dan saat itu terdengar tawa ringan dari Cenayang Min Ok. Wanita itu lantas berucap, "benar-benar takdir yang rumit, sangat menyedihkan ..."

Selesai di tulis : 02.05.2020
Di publikasikan : 06.05.2020

   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro