Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 161

    Gong penanda tengah malam telah di bunyikan. Menyembunyikan setiap kehidupan yang telah bernaung di alam bawah sadar mereka dan hanya mengijinkan segelintir hewan malam untuk menemani segelintir jiwa yang tak bersedia untuk pergi.

    Di bawah sinar rembulan yang tak sempurna. Sebuah siluet melompati tembok tinggi yang mengelilingi kediaman Menteri Perdagangan Heo Junhoo dan mendarat dengan sempurna di halaman gelap yang kosong malam itu. Namun selang beberapa detik sebuah siluet menyusul dan berdiri tepat di belakang siluet pertama.

    Sorot mata tajam yang terlihat sangat menakutkan di saat sebagian wajahnya tertutupi oleh potongan kain. Di lihat dari pakaian siluet pertama, ia merupakan seorang Bangsawan. Sedangkan siluet kedua tampak terlihat seperti seorang pendekar pedang.

    Hawa dingin malam itu menjadi saksi atas kembalinya Taehyung ke Bukchon. Bukan sebagai Lee Taehyung, melainkan sebagai Ketua Kelompok Pedagang, Kim Taehyung. Ekor matanya bergerak menyamping, bermaksud untuk menemukan keberadaan Hoseok yang berdiri di belakangnya. Namun tak sampai ia bisa melihat sosok Hoseok, ia segera mengarahkan pandangannya lurus ke depan.

    "Bakar rumah ini!" suara dingin dan begitu tegas terucap sebagai sebuah perintah.

    Hoseok mengangguk dan segera bergegas mengambil api yang berada di sudut halaman yang kemudian ia gunakan untuk menyulut tumpukan jerami yang berada di halaman tersebut. Setelahnya, keduanya melemparkan jerami tersebut ke setiap bangunan yang kemudian mulai membakar area sekitarnya.

    Setelah selesai melakukan aksinya. Keduanya sempat saling bertukar pandang sebelum melompat ke atas genteng di susul oleh suara teriakan dari dalam bangunan.

    "Api! Api... Ada api... Kebakaran, kebakaran..."

    Semua penghuni rumah itu bergegas keluar dan keributan itu tentu saja mengusik Junhoo yang saat itu telah terlelap. Di sisi lain, Taehyung memandang Hoseok dan begitupun sebaliknya.

    "Pergilah."

    "Kemana Ketua akan pergi?"

    "Urusanku belum selesai." dengan begitu, Taehyung pergi meninggalkan Hoseok, berjalan menyusuri genteng.

    "Matikan apinya! Cepat! Ambilkan air!" suara pekikan yang saling bersahutan di bawah naungan sang malam.

    Junhoo bangkit ketika melihat cahaya kemerahan dari balik jendelanya dan juga asap yang mulai masuk ke dalam kamarnya.

    "Apa-apaan ini!" murkanya yang segera berjalan menuju pintu keluar. Namun saat itu pandangannya teralihkan oleh suara keras yang berasal dari atap kamarnya.

    Junhoo mendongak, dan dari sanalah Taehyung muncul. Menjebol atap rumah dan berhasil mengejutkan sang Tuan rumah. Mendarat dengan satu lutut yang terjatuh pada lantai, Bangsawan muda itu berdiri dan lantas mempertemukan tatapan membunuhnya pada kakek dari Putra Mahkota Joseon itu.

    "S-siapa kau? Berani-beraninya kau menyusup ke dalam rumahku!" hardik Junhoo.

    Dengan tenang Taehyung menurunkan kain yang menutupi sebagian wajahnya, membuat mata Junhoo memicing ketika pandangannya yang terhalangi oleh kegelapan dalam ruangan itu. Namun api yang mulai merambah dan membakar jendela kamarnya berhasil membuat kakek tua mampu melihat wajah Bangsawan muda yang saat itu menyusup ke rumahnya.

    Kedua netra Junhoo membulat ketika wajah Taehyung lah yang saat ini tertangkap oleh penglihatannya dan sontak membuat suaranya tercekat. "K-kau?"

    "Aku harap kau masih mengingat wajah ini dengan baik."

    "B-bagaimana bisa? B-bukankah, bukankah kau sudah-"

    "Aku datang untuk memastikan kematianmu malam ini, Heo Junhoo!!" sebuah perkataan dingin yang berakhir dengan sebuah bentakan penuh kemarahan.

    Taehyung menarik pedangnya dan segera menghampiri Junhoo. Junhoo yang panik segera berjalan mengambil sebuah pedang yang berada di sudut ruangan. Kakek tua itu mencabut pedangnya dan segera berbalik, namun saat itu Taehyung segera menyerangnya dan membuatnya refleks mengangkat pedangnya guna menahan serangan Taehyung.

    "Biadab kau!" umpat Taehyung, pelan namun penuh kemarahan yang terlihat dalam sorot matanya. Namun saat itu Junhoo justru tertawa seakan tengah memberikan sebuah cibiran.

    "Apa-apaan ini? Pangeran Lee Taehyung?" Junhoo menepis pedang Taehyung dan menciptakan sedikit jarak di antara mereka ketika Taehyung melompat ke belakang.

    "Kau sedang mencoba untuk mempermainkanku!" hardik Junhoo, "beraninya kau!"

    "Manusia biadab sepertimu tidak akan pernah layak untuk mendapatkan pengampunan, bahkan jika kau bersujud di bawah kakiku sekalipun."

    Junhoo tertawa mengejek. "Begitu rupanya. Hal apakah yang membuat seseorang yang mengasingkan diri tiba-tiba kembali dan datang hanya untuk membunuhmu? Di mana kesopananmu?" cibir Junhoo.

    Api di sekitar mereka yang semakin membesar seakan menggambarkan keadaan Taehyung saat ini yang hanya di penuhi oleh kebencian pada kakek tua di hadapannya. Tanpa mempedulikan api yang semakin merambah, keduanya lantas saling di pertemukan untuk saling beradu pedang.

    Taehyung memulai serangan terlebih dulu, memukul mundur Junhoo dalam sekali serangan. Namun kakek tua itu memberikan perlawanan dan membuat semua menjadi tidak mudah. Di tengah kobaran api yang semakin merambah ke atap, keduanya terus mengayunkan pedang masing-masing hingga sebuah tendangan pada perut berhasil membuat kakek tua itu terlempar di dekat kobaran api.

    Tak memiliki belas kasih dalam sorot matanya, Taehyung segera berjalan menghampiri Junhoo untuk menuntaskan urusannya malam itu. Entah dengan sebilah pedang atau dengan api. Hati Taehyung benar-benar telah bertekad untuk menghabisi nyawa kakek tua itu malam itu juga.

    Namun semua berhasil di urungkan ketika seseorang mendobrak pintu dari luar. Menampakkan sosok Shin yang tampak terkejut akan kehadirannya. Saat itu Junhoo mengambil kesempatan untuk menyerangnya. Dia menepis pedang Junhoo dan bergerak memutar hingga pandangannya di pertemukan kembali dengan Shin.

    "Apa yang kau lakukan di sana? Jangan biarkan anak ini melarikan diri!" hardik Junhoo yang seketika menyadarkan Shin dari keterkejutannya.

    Shin lantas menarik pedangnya dan bergegas menghampiri Taehyung, begitupun sebaliknya hingga pedang keduanya saling berbenturan dengan kuat. Kedua tatapan tajam yang saling di pertemukan. Taehyung menarik pedangnya terlebih dulu dan memberi serangan balik hingga pedang yang saling berbenturan dalam tempo yang teratur dan langkah kaki yang bergerak senada dengan pergerakan tangan mereka.

    Memiliki celah, Shin menendang lutut Taehyung dan membuat satu lutut Taehyung terjatuh. Saat itu Shin menyerang dari atas, namun dengan cepat Taehyung segera berguling ke samping dan segera bangkit sebelum sebuah serangan tiba-tiba datang dari Junhoo dan berhasil ia tepis.

    Dua lawan satu. Pertarungan yang kembali berlanjut dengan hawa panas yang semakin menjadi ketika kobaran api semakin melebar.

    "Mau lari kemana kau?" sudut bibir Junhoo tersungging.

    Seakan tak peduli dengan berapapun lawannya, Taehyung bergerak lebih dulu dan menjadikan Junhoo sebagai incaran. Shin yang menyadari hal itu segera berdiri di depan Junhoo sebagai tameng. Namun semua berada di luar dugaan Shin, karna saat itu Taehyung justru melompat tinggi dan sempat menginjak bahunya sebelum ia mendarat sembari menginjak bahu Junhoo dan membuat kakek tua itu jatuh ke lantai tepat di bawahnya yang dengan sigap mencekik leher kakek tua itu dan mengangkat pedang di tangannya.

    "Matilah kau!!" hardik Taehyung. Dia menghunuskan pedangnya ke arah Junhoo, namun sebelum itu terjadi tubuhnya malah terhempas ke samping dan menabrak tembok ketika Shin menarik bajunya dan melemparnya.

    Shin berjalan menghampiri Taehyung, namun saat itu Hoseok tiba-tiba masuk melalui lubang di atap dan segera menghentikan pergerakan Shin dengan ujung pedang di tangannya yang hampir bersentuhan dengan permukaan kulit leher Shin. Saat itu Shin tampak terkejut dengan netra tajam yang di hadapkan dengannya dan bahkan saking terkejutnya, pedang di tangannya sama sekali tak ingin terangkat meski bisa saja ia menepis pedang di tangan Hoseok dengan begitu mudah.

    Taehyung bangkit dan tertangkap oleh ekor mata Shin yang segera menepis pedang Hoseok. Namun Hoseok memberontak hingga memicu pertarungan di antara keduanya. Namun hal itu tidak bertahan lama karna hanya dalam beberapa kali ayunan pedang, salah satu lutut Shin menyentuh lantai ketika Hoseok berhasil melukai perutnya.

    Hoseok tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia segera menghampiri Taehyung. "Kita pergi dari sini sekarang, Ketua."

    Taehyung memandang sengit ke arah Junhoo sebelum bergegas keluar melalui pintu sembari kembali menaikkan potongan kain untuk menutupi sebagian wajahnya. Tepat setelah mereka turun ke halaman, mereka segera melompat ke atap dan segera melarikan diri.

    "Itu penyusupnya, tangkap mereka!" suara yang menggema malam itu.

    Shin bangkit sembari memegangi luka kecil di perutnya dan segera menghampiri Junhoo yang tampak begitu marah. Memandangnya dengan tatapan menghakimi.

    "Kau melepaskannya?"

    "Mohon maaf, Tuan. Lebih baik kita segera meninggalkan tempat ini."

    Membuang muka, Junhoo lantas bergegas keluar sebelum terbakar hidup-hidup di ruangan itu.

    Angin sunyi berhembus dari arah barat. Mengusir kegelapan yang sempat menjadi saksi bisu akan pembalasan dendam tanpa hasil yang di lakukan oleh Taehyung. Berita kebakaran kediaman Heo Junhoo tentunya menjadi topik yang hangat pagi itu. Bahkan tak sedikit yang membicarakan hal tersebut di sepanjang jalan mereka menuju istana Gyeongbok untuk memenuhi panggilan dari Lee Jeon yang menginginkan sebuah pertemuan pagi itu.

    Namun di antara kabar kebakaran tersebut. Terselip kabar yang semakin memperpanas kedua kubu di saat beberapa orang menerka-nerka tentang nasib Changkyun. Beberapa Menteri yang berada di pihak Changkyun meyakini bahwa putra dari Ungeom tersebut akan kembali mendapatkan gelarnya, dan tentu saja hal itu menjadi sebuah ancaman bagi Klan Heo. Di mana jika Changkyun kembali mendapatkan gelar Kebangsawanan nya, tidak menutup kemungkinan bahwa pemuda itu juga bisa saja menggeser posisi Jungkook sebagai pewaris takhta.

    Semua Menteri berkumpul tanpa meninggalkan satupun, termasuk Junhoo yang masih terlihat begitu marah. Terlebih ketika pandangannya di pertemukan dengan Menteri Park, kakek dari Lee Taehyung. Dan kebisingan di sana segera berakhir ketika Lee Jeon menempati singgasananya bersama Kasim Hong yang berdiri di sampingnya.

    Lee Jeon memandang seluruh Menteri hingga pandangannya yang kemudian di pertemukan dengan ketiga Guru Besar Gwansanggam yang saat itu juga menghadiri pertemuan tersebut. Ketiga Guru Besar itu sejenak menundukkan kepala mereka kepada sang penguasa Joseon sebelum penguasa Joseon itu kembali menaruh perhatiannya pada para Menterinya.

    Dengan wajah yang menyimpan kegelisahan. Lee Jeon membuka suara. "Karena kalian semua sudah berkumpul di sini, aku tidak akan mempersulit masalah ini... Tujuanku memanggil kalian semua kemari adalah untuk menyampaikan bahwa aku akan mengembalikan gelar Kebangsawanan putra dari mendiang Putri Yowon, Kim Changkyun."

    Sebuah keputusan yang mengundang kebisingan dan memicu perselisihan yang kembali memanas. Namun saat itu senyum terlihat di wajah ketiga Guru Besar Gwansanggam dan juga Menteri Park. Sedangkan Junhoo yang sejak awal datang dengan suasana hati yang buruk pun kini semakin bertambah buruk akan berita yang baru saja ia dengar.

    "Yang Mulia..." suara panjang yang berasal dari barisan Klan Heo, "mohon agar Yang Mulia mempertimbangkan keputusan Yang Mulia kembali."

    "Benar, Yang Mulia. Mohon jangan terburu-buru."

    "Mengembalikan gelar Kebangsawanan anak itu hanya akan memicu perang."

    "Kami tidak menerima keputusan Yang Mulia untuk kembali merengkuh putra dari pengkhianat itu. Mohon, tarik kembali keputusan Yang Mulia..."

    Satu Menteri menjatuhkan kedua lututnya pada lantai dan bersujud, kemudian di susul oleh Menteri lainnya dari barisan Klan Heo. Namun Junhoo sama sekali tak menunjukkan respon yang berarti selain hanya menatap nyalang ke arah Rajanya sendiri. Dan lagi pula seumur hidupnya dia belum pernah bersujud di depan Rajanya.

    "Yang Mulia... Mohon pertimbangkan kembali keputusan Yang Mulia..." suara yang saling bersahutan, namun nampaknya hal itu tak lagi berpengaruh pada Lee Jeon hingga perhatian semua orang teralihkan oleh seorang prajurit yang datang menghadap.

    Si prajurit menjatuhkan salah satu lututnya di dekat pintu yang telah kembali tertutup. "Yang Mulia, Ketua Kelompok Pedagang datang untuk menemui Yang Mulia."

    Semua orang tentu saja terkejut. Namun beberapa Menteri yang sebelumnya bersujud itu tak beranjak dari posisinya.

    Lee Jeon menyahut. "Di mana dia sekarang?"
   
    "Beliau telah berada di depan."

    "Kalau begitu, suruh dia masuk."

    "Ye, Yang Mulia."

    Prajurit itu segera bergegas keluar, dan hanya berselang beberapa detik. Pintu yang sempat tertutup itu kembali terbuka, menampakkan sepasang kaki yang berjalan masuk seiring dengan pintu yang semakin melebar.

    Satu langkah pertama di ambil oleh Taehyung dan semua masih baik-baik saja hingga pintu di belakangnya yang kembali tertutup seiring dengan wajahnya yang terangkat. Membuat semua mata terbelalak dan bahkan Lee Jeon sendiri sampai berdiri dari singgasananya.

    "K-kau?"

    "Hamba, Ketua Kelompok Pedagang Kim Taehyung. Memberi salam kepada Yang Mulia."

Selesai di tulis : 03.03.2020
Di publikasikan : 03.03.2020
  
   

   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro