Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 153

    Pagi itu Jungkook kembali terlihat murung namun di sertai oleh kegelisahan yang terlihat di garis wajahnya. Tepatnya setelah ia membuka mata dan tak mendapati keberadaan Changkyun di sekitarnya. Seketika hatinya di penuhi oleh kegelisahan dan juga pertanyaan yang terus berulang dalam hatinya.

    Kemanakah Changkyun dan sejak kapan Changkyun meninggalkannya, mungkinkah pemuda itu benar-benar memutuskan untuk pergi. Tak bisa memikirkan hal baik, dia terduduk di balik meja kecil dengan menahan kegelisahannya sembari menunggu Kasim Cha kembali padanya setelah sebelumnya menyuruh Kasim tersebut untuk mencari Changkyun.

    Kasim Seo yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku sang Putra Mahkota pun memberanikan diri untuk bertanya, "Yang Mulia Putra Mahkota, bukankah ini masih terlalu pagi untuk merasa secemas itu?"

    Jungkook mempertemukan pandangannya dengan Kasim Seo. Tak ingin membahas tentang dirinya, dia lebih memilih mengalihkan pembicaraan. "Kapan Changkyun meninggalkan tempat ini?"

    "Untuk hal itu, hamba tidak tahu-menahu. Tuan Muda Kim sudah tidak ada di sini ketika hamba datang."

    Pandangan Jungkook kemudian terjatuh pada lantai. Dia lantas bergumam, "kemana dia pergi sebenarnya?"

    Kasim Seo yang mengerti akan kegelisahan Jungkook pun kembali berucap, "hanya ada dua tempat di dalam Istana ini yang sering di kunjungi oleh Tuan Muda Kim."

    "Di manakah itu?"

    "Seongsucheong dan satu lagi... Adalah Pemakaman keluarga Kerajaan."

    Dari dua tempat yang di sebutkan oleh Kasim Seo, menciptakan guratan heran penuh tanya di wajah Jungkook.

    "Seonsucheong? Pemakaman?"

    "Benar, Yang Mulia Putra Mahkota."

    "Apa yang sedang dia lakukan di sana?"

    "Hamba tidak tahu-menahu tentang hal itu, tapi Tuan Muda Kim selalu berada di sana setiap kali tidak berada di sisi Pangeran dulu."

    Jungkook terlihat tengah mempertimbangkan sesuatu sebelum akhirnya beranjak dari tempatnya dan segera berjalan menuju pintu. Kasim Seo pun hanya mengikut tanpa bisa mengucapkan protes ketika ia sudah mengetahui kemanakah sang Putra Mahkota akan pergi.

    Jungkook membuka pintu dan bertepatan dari luar, Kasim Cha ingin masuk sehingga Kasim tersebut sempat terkejut ketika Jungkook tiba-tiba membuka pintu dari dalam.

    "Ya ampun! Eih... Yang Mulia Putra Mahkota... Kenapa mengagetkan hamba?"

    Tak mencoba untuk peduli, Jungkook segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar dan segera melewati Kasim Cha.

    "Eh? Aku baru saja sampai, kenapa di tinggal?" heran Kasim Cha dan saat itu Kasim Seo pun juga melewatinya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

    "Kau juga? Ya! Kenapa hanya aku yang di tinggal? Yang Mulia Putra Mahkota..." Kasim Cha lantas berlari mengejar keduanya.

    Di temani oleh kedua Kasimnya, Jungkook meninggalkan Paviliunnya dan bergegas menuju Seongsucheong dengan langkah yang lebar. Menyisakan kebingungan di wajah Kasim Cha yang berusaha mengimbangi langkah Kasim Seo.

    "Seo Kang Joon, sebenarnya Yang Mulia Putra Mahkota ingin pergi kemana? Kenapa melewati jalan ini?"

    "Seongsucheong." jawab Kasim Seo, terkesan mengacuhkan rekannya tersebut.

    "Eh? Seonsucheong? Untuk apa pergi ke sana?"

    Kasim Seo sekilas memandang jengah pada rekannya tersebut. "Tentu saja mencari Tuan Muda Kim."

    "Eh?" keterkejutan terlihat di wajah Kasim Cha yang seketika menghentikan langkahnya. Namun dia segera berlari melewati Kasim Seo dan menghadang jalan Jungkook dengan merentangkan kedua tangannya ke udara.

    "Tunggu dulu, Yang Mulia Putra Mahkota."

    "Ada apa?" ketus Jungkook.

    "Jika Yang Mulia Putra Mahkota pergi ke Seongsucheong untuk mencari Tuan Muda, itu akan percuma."

    "Apa maksudmu?"

    "Aku baru saja dari sana dan Tuan Muda tidak ada di sana."

    Jungkook menghembuskan napas beratnya, merasa geram atas tindakan Kasim Cha yang tak memberitahunya terlebih dulu. "Kenapa kau tidak memberi tahuku sejak awal?!"

    "Eih... Hamba baru ingin memberitahu, tapi Yang Mulia Putra Mahkota sudah meninggalkan hamba terlebih dulu."

    "Alasan!"

    Kasim Cha menggerutu, "kenapa aku lagi yang di salahkan?"

    "Kasim Seo." panggil Jungkook kemudian.

    "Ye? Yang Mulia Putra Mahkota."

    "Di mana tempat lain yang sering di kunjungi oleh Changkyun?"

    "Jika hamba tidak salah, sepertinya saat ini Tuan Muda tengah berada di area pemakaman keluarga Kerajaan."

    "Tunjukkan tempatnya padaku!"

    "T-tunggu dulu," sergah Kasim Cha, "Yang Mulia Putra Mahkota ingin pergi ke sana?"

    "Benar, apa masalahnya denganmu?"

    "Tidak boleh! Pokoknya tidak boleh! Yang Mulia Putra Mahkota tetaplah di sini, biar hamba yang mencari Tuan Muda."

    "Sampai kapanpun kau tidak akan bisa menemukannya jika kau hanya melewatinya begitu saja."

    "Eh?"

    Kasim Seo turut menyahut, "yang di katakan Kasim Seo ada benarnya. Sebaiknya Yang Mulia Putra Mahkota menunggu di Paviliun, biar hamba yang menyusul Tuan Muda."

    "Tidak perlu. Jikapun dia memang ada di sana, aku ingin tahu apa yang dia lakukan di sana. Antarkan aku ke sana!"

    "Jika itu sudah menjadi keputusan Yang Mulia Putra Mahkota. Mari, hamba akan menunjukkan jalannya."

    Tak memiliki pilihan lain, kedua Kasim itupun hanya bisa menuruti kemauan Jungkook. Dan setelah beberapa menit, ketiganya sampai di bukit yang berada di belakang Istana Gyeongbok, di mana di sanalah area pemakaman Keluarga Kerajaan berada.

    Ketiganya mengedarkan pandangannya ke sekeliling guna menemukan keberadaan Changkyun. Dan setelah beberapa saat mencari, benar bahwa Changkyun berada di tempat tersebut. Di tempat yang tidak terlalu jauh dari ketiganya, di sanalah Jungkook melihat sosok Changkyun yang terduduk di atas rumput liar dengan punggung yang menghadap ke arah matahari pagi saat itu.

    "Kalian berdua kembalilah ke Paviliun."

    Kedua Kasim itu serempak memandang Jungkook dengan tatapan yang sama-sama menunjukkan sebuah pertanyaan.

    "Apa yang ingin Yang Mulia Putra Mahkota lakukan seorang diri di tempat ini?" Kasim Seo melontarkan sebuah pertanyaan, mewakilkan Kasim Cha yang hanya mengangguk.

    "Aku tidak sendiri, aku akan pulang bersama Changkyun."

    Jungkook mengarahkan pandangannya ke tempat Changkyun, membantu kedua Kasim tersebut untuk menemukan sang Rubah yang tengah menyembunyikan diri. Jungkook lantas kembali menjatuhkan pandangannya pada kedua Kasim di hadapannya.

    Kasim Seo lantas kembali berucap, "jika Yang Mulia Putra Mahkota tidak keberatan, kami bisa menunggu di sini."

    "Tidak perlu, kalian kembalilah terlebih dulu."

    Kasim Cha tiba-tiba menyahut, "bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk kepada Yang Mulia Putra Mahkota? Kami pasti akan di hukum mati jika itu terjadi."

    Tatapan Jungkook kembali terlihat kesal setiap berhadapan dengan Kasim Cha. Dia pun kembali berucap, "siapa yang akan membunuhku di tempat ini? Satu-satunya orang yang bisa membunuhku di sini hanyalah Changkyun. Jangan membuat alasan yang tidak masuk akal dan cepat tinggalkan tempat ini."

    "Aku lagi yang salah." gerutu Kasim Cha dengan raut wajah yang serba salah.

    "Jika begitu, mohon agar Yang Mulia Putra Mahkota tidak terlalu lama berada di sini." ucap Kasim Seo, kembali menengahi Keduanya.

    "Aku tahu. Jika ada yang bertanya, katakan saja bahwa aku berada di perpustakaan."

    "Ye, Yang Mulia Putra Mahkota."

    Kedua Kasim itu pun melangkah pergi, begitupun Jungkook yang mulai melangkahkan kakinya dengan tenang menuju ke tempat di mana sang Rubah tengah merenungkan dosa yang hampir ia perbuat semalam.

    Dalam langkahnya, perlahan ketakutan itu meninggalkan Jungkook. Ketakutan akan kembali di tinggalkan, ketakutan akan ketidak berdayaannya untuk menjaga titipan sang kakak. Sedikit kelegaan bahwa dia masih bisa menemukan di mana sang Rubah bersembunyi.

    "Sangat menakutkan tidak melihatmu ketika aku kembali terjaga." teguran ringan yang terucap ketika ia telah menjangkau tempat sang Rubah dan membuat sang Rubah segera mengangkat wajahnya.

    Di iringi oleh seulas senyum tipis, Jungkook lantas menempatkan diri duduk di samping Changkyun dan mempertemukan pandangannya keduanya. Namun dengan segera Changkyun menghindar, menjatuhkan tatapan tajamnya yang kini di penuhi oleh kesedihan.

    Jungkook lantas memandang alam di hadapannya. Dengan sekali tarikan napas dalam dia pun kembali berucap, "aku pikir, aku benar-benar telah kehilanganmu ketika aku tidur."

    Tak mendapatkan respon, Jungkook pun kembali menjatuhkan pandangannya pada Changkyun. "Kapan kau pergi?"

    "Semalam." sebuah gumaman keluar sebagai jawaban. Perasaan yang benar-benar canggung, Jungkook berharap dia bisa kembali ke masa lalu di mana meski terdapat kecanggungan di antara keduanya, namun saat itu keduanya bisa berbicara dengan perasaan yang tenang.

    Jungkook hendak mengalihkan pandangannya, namun saat itu ia tak sengaja melihat punggung tangan kanan Changkyun yang sedikit kotor. Bukan seperti tanah, melainkan sesuatu yang lain. Jungkook lantas meraih pergelangan tangan kanan Changkyun dan sempat membuat sang Rubah terkejut.
    Jungkook lantas membalik telapak tangan Changkyun dan seketika kedua netranya membulat ketika mendapati luka sayatan yang terbuka dan tampak masih baru.

    Jungkook kemudian mempertemukan tatapan menuntutnya dengan Changkyun. "Apa yang terjadi dengan tanganmu?"

    "Hanya sebuah luka kecil." Changkyun menarik pelan tangannya, menutup akses bagi Jungkook yang tengah berusaha memberikan perhatian padanya.

    "Darahnya sudah mengering, kau pasti terluka semalam... Kemana kau pergi semalam?"

    Bukannya menjawab, Changkyun malah menjatuhkan pandangannya. Mengisyaratkan pada Jungkook bahwa ia tak ingin menjawab meski ia memiliki jawaban itu sekalipun.

    "Kau membuatku khawatir."

    "Jangan cemaskan hamba. Luka kecil ini belum cukup untuk bisa menyakiti hamba."

    Jungkook menghela napasnya, kembali memandang ke arah sebelumnya dan terdiam untuk beberapa saat setelahnya. Mencoba mencari tahu keinginan hati masing-masing di saat matahari yang perlahan semakin naik ke atas.

    "Changkyun." tegur Jungkook setelah terdiam cukup lama.

    "Ye?"

    "Kau ingat? Semalam aku ingin mengatakan sesuatu padamu."

    "Ye."

    "Aku pikir aku bisa mengatakannya padamu sekarang."

    Jungkook sejenak terdiam, menunggu respon dari Changkyun. Namun sepertinya sang lawan bicara tak ingin memberikan sebuah respon.

    Tak ingin menjadi serakah. Jungkook lantas bergumam, "kau ingat dengan Hwagoon Agassi?"

    Pandangannya Changkyun sontak terangkat, menunjukkan minat pada apa yang ingin di bicarakan oleh Jungkook. Namun meski begitu, tak banyak yang berubah dari raut wajahnya.

    "Malam itu, saat di taman. Dia mengatakan sesuatu yang membuatku terkejut."

    Perlahan Changkyun mengarahkan pandangannya pada wajah Jungkook, begitupun sebaliknya. Namun Jungkook segera berpaling dan membiarkan Changkyun memahami apa yang kini terlihat di garis wajahnya.

    Jungkook melanjutkan, "aku pikir, aku tidak akan memberikan kebahagiaan untuknya."

    "Kenapa Yang Mulia Putra Mahkota mengatakan hal seperti itu?"

    Tersenyum miris. Jungkook menjawab, "aku pikir dia tidak menginginkan pernikahan ini."

    Netra tajam Changkyun kemudian memandang lurus ke depan, menolak untuk menyadari senyuman miris yang sempat terlihat di kedua sudut bibir Jungkook. Dia lantas berucap, "tanggal pernikahan sudah di putuskan. Menginginkannya atau tidak, Agassi harus tetap melanjutkan pernikahan."

    "Tapi sepertinya dia benar-benar menginginkan pernikahan ini."

    Tatapan tajam Changkyun sedikit memicing, mendengar pernyataan Jungkook yang berbeda dari pernyataan awalnya. Changkyun kembali memandang Jungkook, memberikan sebuah tuntutan untuk kejelasan dari ucapannya.

    Jungkook kemudian memandang Changkyun dan berucap, "kau sudah dengar bukan, tentang Ketua Park?"

    "Ye."

    "Aku mendengar kabar bahwa Ketua Park sudah tutup usia,"

    Netra Changkyun kembali bereaksi, menunjukkan sedikit keterkejutan dari berita yang baru ia dapatkan.

    Jungkook kembali membuat kontak mata dengan Changkyun. "Kau tidak tahu?"

    Changkyun menggeleng dan menuntun kembali pandangannya Jungkook untuk beralih ke tempat sebelumnya.

    "Aku dengar, sekarang Kelompok Pedagang di pimpin oleh Ketua Kim. Dan dia juga yang sudah mengirim Agassi kemari."

    "Jika Yang Mulia Putra Mahkota tidak keberatan, izinkan hamba untuk mengetahui apa yang sudah Hwagoon Agassi katakan kepada Yang Mulia Putra Mahkota."

    Seulas senyum kembali ke bibir Jungkook sebelum ia berucap, "dia mengatakan, dengan menikah denganku, maka dia bisa mengetahui siapa orang yang sudah membunuh ayahnya."

    Batin Changkyun tersentak oleh kalimat yang terucap dengan begitu tenang tersebut. Jungkook lantas menjatuhkan pandangannya pada Changkyun, memberikan seulas senyum tipis pada keterkejutan Changkyun.

    "Bukankah secara tidak langsung, dia ingin mengatakan bahwa aku mengenal siapa orang yang telah membunuh ayahnya?"

    Jungkook mengarahkan pandangannya pada langit cerah pagi itu bersama helaan napasnya. Dia kembali berucap, "jika memang benar, bukankah berarti Agassi berada dalam bahaya jika tetap menikah denganku."

    "Kenapa Yang Mulia Putra Mahkota begitu mempercayai ucapan Agassi?" pertanyaan yang membuat pandangan Jungkook kembali terjatuh. Sebuah pertanyaan yang meragukan pernyataan Hwagoon, meski Changkyun sendiri sangat ragu terhadap apa yang menjadi kepercayaannya saat ini.

    "Jika dia berbohong, lalu apa keuntungan yang ia dapat setelah mengatakan kebohongan itu padaku. Aku berpikir bahwa mungkin saja ini merupakan sebuah peringatan."

    "Apa maksud Yang Mulia Putra Mahkota?"

    "Sebuah peringatan bahwa Agassi akan mengalami nasib yang buruk jika dia menikah denganku."

    Tatapan keduanya di pertemukan, tatapan yang sama-sama menuntut sebuah penjelasan. Hingga muncul di dalam benak keduanya, sebuah konspirasi yang melibatkan kematian dari Ketua Park, dan itu berarti Hwagoon berada dalam keadaan yang tidak aman.

    Dengan nada yang bersungguh-sungguh, Jungkook berucap, "Changkyun, jika aku memberikan sebuah tugas padamu, akankah kau menerimanya?"

    "Hamba akan berusaha untuk memenuhi kewajiban hamba kepada Yang Mulia Putra Mahkota."

    "Bisakah, kau menemukan pembunuh itu sebelum hari pernikahanku!"

    Sempat terdiam dengan tatapan yang saling mengunci. Changkyun kemudian bangkit dan segera menjatuhkan satu lututnya di tanah tepat menghadap Jungkook, memberikan sebuah penghormatan layaknya seorang prajurit yang tengah menerima perintah dari Rajanya.

    Dengan suara yang tegas, Changkyun berucap, "hamba, Kim Changkyun. Menerima perintah dari Yang Mulia Putra Mahkota dan akan berusaha semampu hamba untuk menyelesaikan misi ini."

    Senyum Jungkook tertarik dengan sedikit lebar, namun tak ada sedikitpun ketenangan di sana.

    "Maaf, jika aku harus merepotkanmu lagi."

Selesai di tulis : 24.01.2020
Di publikasikan : 26.01.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro