Lembar 132
Menjelang tengah hari, Kelompok Pedagang telah berjalan cukup jauh dari Pelabuhan. Dan setelah sempat melewati satu desa, Hwagoon yang berjalan di belakang Taehyung, menoleh ke belakang untuk memastikan keadaan para anggotanya yang sudah tampak kelelahan dan hal itu sempat membuatnya bertemu pandang dengan Hoseok yang saat itu berjalan di belakangnya.
Hwagoon kemudian dengan cepat mengalihkan perhatiannya kembali pada Taehyung yang masih berjalan dengan tenang di hadapannya.
"Naeuri."
Teguran kecil yang membuat Taehyung menghentikan langkahnya, lalu berbalik. Dan hal itu sontak membuat semua orang turut menghentikan langkah mereka.
"Ada apa?"
"Kita sudah lama berjalan, lebih baik kita beristirahat sebentar di sini."
Taehyung menjatuhkan pandangannya kepada para anggotanya lalu mengarahkan pandangannya ke sekeliling untuk sekedar memastikan apakah tempat itu cukup aman di jadikan tempat beristirahat. Dan setelah memastikan semua aman, dia pun menjatuhkan pandangannya pada Hoseok.
"Kita beristirahat di sini."
Hoseok mengangguk ringan dan berbalik, bergegas menghampiri para anggota Kelompok Pedagang yang rata-rata sudah berumur tersebut.
"Ketua mengatakan bahwa kita beristirahat di sini." ujar Hoseok kepada para tetua tersebut.
"Ah, ye, ye. Kalau begitu, ayo! Kita makan bekal kita." ujar salah seorang yang mengomando lainnya untuk segera mencari tempat untuk berteduh.
Hoseok berbalik dan hendak kembali ke tempat Taehyung, namun langkahnya terhenti oleh sebuah teguran yang datang padanya.
"Tuan Muda."
Hoseok berbalik dan mendapati salah satu dari pria paruh baya tersebut berdiri di hadapannya dan menyodorkan sebuah bingkisan padanya.
"Makanlah bersama Ketua dan Agassi." ujar si pria paruh baya dan Hoseok pun segera menerimanya.
"Terima kasih."
Hoseok sekilas menundukkan kepalanya dan pergi menghampiri Taehyung dan juga Hwagoon yang telah duduk di bawah pohon yang cukup rindang untuk berteduh.
"Apa yang Orabeoni bawa?" tegur Hwagoon begitu Hoseok menjangkau tempat mereka.
"Paman itu memberikannya pada kita."
"Hyeongnim duduklah di sini." ujar Taehyung sembari menepuk tempat kosong di antaranya dan juga Hwagoon.
Hoseok sempat ragu, namun pada akhirnya diapun duduk di antara kedua orang yang mungkin bisa di bilang sebagai pasangan kekasih tersebut.
"Istirahat sebentar dan kita kembali lanjutkan perjalanan. Kita akan mencari penginapan di desa selanjutnya setelah malam tiba." ujar Taehyung yang sejenak menarik perhatian keduanya.
"Sebelum itu, kita harus mengisi perut kita terlebih dahulu." ujar Hwagoon yang melongokkan kepalanya untuk bisa melihat wajah Taehyung yang tersenyum tipis setelahnya.
Hoseok pun membuka bekal yang baru saja di berikan oleh salah satu anggota mereka dan ketiganya pun memakan bekal tersebut sembari memperhatikan para orang tua yang sedang bergurau tidak jauh di hadapan mereka.
"Mereka terlihat sangat bahagia saat mendapat kabar akan kembali ke Hanyang." ujar Hwagoon.
"Bagaimana dengan Hyeongnim?" Taehyung menyahuti, namun pertanyaan itu di tujukan pada Hoseok yang sempat terdiam.
"Hyeongnim mengatakan bahwa Hyeongnim berasal dari Hanyang. Bukankah itu berarti, Hyeongnim akan menemui keluarga Hyeongnim?"
"Sepertinya tidak."
Hwagoon dan Taehyung sekilas saling bertukar pandang sebelum kembali memperhatikan Hoseok.
"Kenapa tidak?" sambung Hwagoon.
"Aku pikir mereka telah hidup dengan baik setelah aku pergi. Aku tidak ingin menganggu ketenangan mereka, jadi akan lebih baik jika aku tidak menemui mereka."
"Tidak bisa begitu." sanggah Hwagoon.
"Aku rasa itu adalah keputusan yang baik." sahut Taehyung dan langsung mendapatkan perhatian dari dua orang sekaligus, namun tatapan Hwagoon terlihat lebih menuntut.
"Jika memang mereka sudah terbiasa hidup terpisah dengan kita, akan lebih baik kita tidak kembali jika itu hanya akan membuat kekhawatiran di hati mereka... Jika Hyeongnim tidak keberatan, Hyeongnim bisa tetap tinggal bersama kami."
Sudut bibir Hoseok sedikit terangkat dan menciptakan seulas senyum tipis setelah waktu yang lama. Ketiganya pun menghabiskan waktu istirahat mereka dengan obrolan ringan dan setelah hampir enam puluh menit lamanya, mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju desa selanjutnya. Semakin memutus jarak yang terbentang antara tempat berpijak mereka dengan Hanyang.
Di sudut lain Joseon, jauh dari Hanyang. Kim Changkyun dan Kim Hwaseung pun nyatanya harus kembali terpisahkan setelah pertemuan singkat mereka, di saat Hwaseung yang harus segera kembali ke Hanyang dan juga Changkyun yang tetap bersikeras untuk melanjutkan perjalanan. Tak ada keputusan lain selain perpisahan ketika dua orang keras kepala saling di pertemukan.
"Kau yakin, tidak ingin pergi bersama kami?" tanya Hwaseung sekali lagi ketika mereka telah berdiri di ujung halaman Kuil dan bersiap untuk pergi.
"Hyeongnim kembalilah ke Hanyang terlebih dulu. Jika aku kembali, aku akan menyempatkan diri untuk mengunjungi Hyeongnim."
"Seandainya kita memiliki lebih banyak waktu." ujar Hwaseung yang terdengar begitu kecewa dan Hwajung yang menyadarinya pun segera meraih tangannya dan menggenggamnya dengan lembut.
"Jaga dirimu baik-baik dan jangan terlalu memaksakan diri. Jika tidak bisa berkunjung, setidaknya kirimkan surat kepada kakakmu." ujar Hwajung yang di tujukan pada Changkyun sebagai sebuah nasehat.
"Ye, aku akan mengingat hal itu. Tolong jaga kakakku, Nu'i."
Hwajung mengulas senyumnya. "Jangan khawatirkan dia, dia sudah terlalu tua untuk mendapatkan perhatianmu. Perhatikan kesehatanmu dan segera kembali jika tujuanmu sudah tercapai."
"Kapan kau akan kembali ke Hanyang?" Hwaseung kembali menyahut.
"Aku belum memiliki rencana. Untuk sementara waktu, aku akan menetap di luar Hanyang."
"Changkyun-a... Kau membuatku khawatir."
"Aku baik-baik saja. Aku sudah tahu di mana Hyeongnim tinggal, begitupun dengan Hyeongnim yang sudah tahu di mana aku tinggal. Kita pasti akan bertemu lagi setelah ini."
"Tapi, tidak bisakah kau melupakan keinginanmu dan hidup bersama dengan kami?"
Hwaseung masih mencoba membujuk, namun sayangnya sepertinya hati sang Rubah adalah hati paling sulit yang pernah ada. Pendiriannya yang kokoh tersebut tak mudah di goyahkan bahkan dengan ribuan kata sekalipun. Perlu waktu yang lama baginya untuk membujuk Jungkook agar pemuda itu mengizinkannya untuk meninggalkan Istana, dan dia tidak akan menyia-nyiakan hal itu. Dia tidak akan kembali tanpa mendapatkan apa yang ia inginkan, mungkin.
"Aku minta maaf, tapi inilah jalan yang ku ambil. Aku bahagia bisa bertemu kembali dengan Hyeongnim... Namun ada hal lain yang harus aku lakukan sebelum aku benar-benar bisa bahagia."
"Kim Changkyun..."
"Biarkan dia pergi," sergah Hwajung dengan lembut, "biarkan dia menemukan apa yang dia cari. Seperti yang di katakan Changkyun, kita bisa menunggu di Hanyang."
Dengan tak relanya, pada akhirnya Hwaseung pun kembali melepaskan adik kecilnya. Dia mendekati Changkyun dan memeluknya, menepuk pelan punggung adik kecilnya untuk beberapa kali.
"Jaga dirimu baik-baik dan segera kembali."
Hwaseung melepas pelukannya dan menatap prihatin sekaligus tak rela kearah Changkyun yang tak menunjukkan perubahan apapun di wajahnya.
"Jaga diri kalian baik-baik, aku pergi dulu." pamit Changkyun yang kemudian berjalan meninggalkan keduanya.
Hwajung pun menghampiri Hwaseung dan segera menggandeng lengannya, mencoba memberikan sedikit ketenangan akan kegundahan yang kini di rasakan oleh Hwaseung ketika menatap punggung Changkyun yang berjalan menjauh.
"Jika Orabeoni tidak bisa membiarkannya pergi sendiri. Orabeoni boleh pergi bersama Changkyun, aku akan kembali ke Hanyang sendiri." ujar Hwajung dan membuat pandangan Hwaseung terjatuh padanya
"Bicara apa kau ini? Kita pergi bersama, pulang pun juga harus bersama."
Hwaseung kembali melihat ke arah Changkyun dan berucap, "kami pasti akan bertemu lagi. Kita juga harus berjalan di jalan kita sendiri, ayo!"
Hwaseung kemudian membimbing langkah Hwajung untuk menyusuri jalan yang berlawanan arah dengan jalan yang di ambil oleh Changkyun. Sekali lagi melihat si bungsu sebelum memantapkan langkahnya untuk berjalan di jalannya sendiri.
Pada akhirnya, sebuah pertemuan hanya akan ada setelah perpisahan. Dan perpisahan adalah akhir dari sebuah pertemuan.
Selesai di tulis : 05.11.2019
Di publikasikan : 11.11.2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro