Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 128

    Sore itu, Taehyung meninggalkan sang ayah yang tengah tidur di dalam kamarnya. Dia menutup pintu dengan pelan agar tak membangunkan sang ayah yang sebenarnya tidak benar-benar tidur, karna ketika ia telah menutup pintu. Namgil mengangkat kepalanya untuk melihat kepergiannya.

    "Ketua ingin pergi kemana?" tegur Hoseok ketika keduanya bertemu di teras.

    "Apa Agassi berada di kamarnya?"

    "Agassi tidak ada di kamarnya, sebelumnya aku melihat Agassi memasuki hutan di belakang penginapan."

    Mata Taehyung sempat memicing untuk sepersekian detik, kenapa Hoseok tidak menemani Hwagoon?

    "Kemana dia pergi?"

    "Aku dengar di belakang penginapan ada sebuah danau, mungkin Agassi sedang berada di sana."

    Taehyung mengangguk-anggukan kepalanya. "Baiklah kalau begitu, aku akan pergi untuk melihatnya."

    "Berhati-hatilah."

    Taehyung membalasnya dengan seulas senyum tipisnya sebelum turun ke halaman dan bergegas menuju tempat yang sebelumnya di maksud oleh Hoseok. Dia melangkahkan kakinya menyusuri hutan yang berada di belakang penginapan dan setelah berjalan tak terlalu jauh, pandangannya menangkap sebuah danau yang terbentang tidak jauh di hadapannya.

    Dia pun bergegas menuju danau tersebut dan tepat setelah ia sampai di pinggir danau, dia memperhatikan sekeliling untuk menemukan keberadaan Hwagoon yang ia sendiri sedikit meragukan jika Hwagoon memang berada di sana.

    Namun setelah ia mengedarkan pandangannya, dia menemukan sosok Hwagoon berada tidak jauh di sisi kanannya yang sedang terduduk di atas rumput dengan pandangan yang terjatuh pada permukaan danau.

    Senyum tipis itu perlahan melebar seiring dengan langkah kakinya yang datang menghampiri Hwagoon dengan pandangan yang tersita pada danau dan membuat gadis muda itu tak menyadari kehadirannya, bahkan saat jarak keduanya hanya beberapa langkah saja.

    "Melamun di tempat seperti ini, bukanlah sesuatu yang baik untuk Agassi."

    Hwagoon tersentak ketika mendengar suara Taehyung yang tiba-tiba berada di sampingnya. Dia pun segera mengarahkan pandangannya pada Taehyung yang kemudian menempatkan diri duduk di sampingnya, namun ketika pandangan mereka bertemu. Dia memilih untuk berpaling ke arah lain dan membuat senyum hangat Taehyung bertahan lebih lama.

    "Apa yang Agassi lakukan di tempat seperti ini?"

    "Tidak ada." jawab Hwagoon dengan nada bicara yang sedikit ketus.

    "Agassi duduk di sini merupakan sebuah tujuan, kenapa Agassi mengatakan 'tidak ada'?"

    "Apa yang salah? Aku hanya ingin duduk di sini." respon yang lebih panjang namun masih terdengar tak bersahabat.

    "Aku mencari Agassi." cetus Taehyung yang tak sedikit pun mengalihkan pandangannya dari wajah Hwagoon, namun kali ini tak ada respon yang di tunjukkan oleh Hwagoon.

    "Kakiku masih sakit setelah Agassi menginjakknya tadi." ujar Taehyung kemudian meski kakinya baik-baik saja.

    "Jika sakit, kenapa tidak di obati dan malah pergi kemari?"

    "Aku kemari karna Agassi ada di sini."

    Hwagoon masih berjuang dengan sikap angkuhnya, dia membentengi dirinya kuat-kuat agar tak mudah luluh oleh perkataan manis Taehyung.

    "Pergilah! Aku ingin sendiri."

    Taehyung menghembuskan napas beratnya yang terdengar lembut, menyatakan bahwa dia menyerah akan sikap keras kepala Hwagoon dan tanpa sadar hal itulah yang membuat Hwagoon kecewa.

    "Akan sangat berbahaya jika Agassi berlama-lama di sini. Kembalilah sebelum langit mulai menggelap."

    Setelah menyampaikan pesan terakhirnya, Taehyung beranjak berdiri dan bergegas meninggalkan Hwagoon yang sudah mengutuknya dalam hati.

    "Dasar! Kenapa dia begitu menyebalkan sekali?" gerutu Hwagoon menyampaikan kekesalannya.

    Taehyung yang memang tak berniat untuk pergi pun membalikkan tubuhnya ketika telah berjalan beberapa langkah di belakang Hwagoon. Senyuman itu mengembang dengan sempurna ketika ia kembali melangkahkan kakinya mendekati Hwagoon, namun bukan lagi duduk di sampinya. Melainkan melakukan sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya.

    Hwagoon sedikit terlonjak dengan mata yang membulat terkejut, ketika Taehyung tiba-tiba memeluk bahunya dari belakang dan menaruh dagunya di atas bahu miliknya.

    "N-naeuri... Apa yang Naeuri lakukan?" ujar Hwagoon dengan gugup.

    "Aku mendengarnya."

    "A-apa, apa yang Naeuri dengar?"

    "Aku mendengar ucapanmu sebelumnya. Jangan kau pikir aku akan benar-benar meninggalkan mu di sini."

    Hwagoon menjatuhkan pandangannya dan memainkan kedua tangannya. Setidaknya perlakuan manis Taehyung kali ini benar-benar membuatnya kesulitan untuk bernapas di tambah dengan Jantungnya yang berpacu lebih cepat dari standar normalnya.

    "Kenapa kau diam?"

    "Bisa, Naeuri melepaskan aku?"

    Taehyung menggeleng. "Kenapa aku harus melepaskanmu?"

    "Jika ada yang melihat, mereka akan salah paham."

    "Tidak akan ada salah paham setelah ini. Aku akan menikahimu setelah kita sampai di Hanyang."

    "Ye?"

    Hwagoon tertegun akan perkataan Taehyung yang terucap dengan begitu mudahnya, dia bahkan berharap bahwa dia tengah berhalusinasi. Apakah Taehyung tengah melamarnya? Kenapa harus mendadak? Kenapa harus mengatakan hal itu setelah dia ketahuan bermain dengan seorang Kisaeng? Apa dia sedang di permainkan?

    Taehyung yang tak mendapatkan respon dari Hwagoon pun melepaskan pelukannya dan menarik bahu Hwagoon, sedikit memutarnya hingga keduanya saling berhadapan. Bisa di lihat oleh Taehyung wajah terkejut Hwagoon yang membuat senyumnya mengembang dan menyipitkan matanya untuk sepersekian detik.

    "Kenapa Agassi diam saja?"

    Teguran lembut yang seakan menyadarkan Hwagoon dan membawa gadis muda itu kembali pada kenyataan. Hwagoon kemudian menurunkan tangan Taehyung yang berada di lengannya, dan seketika raut wajahnya menunjukkan sebuah kegugupan.

    "Apa yang baru saja Naeuri katakan? Jangan bicara mengada-ngada."

    "Pernahkan aku mengeluarkan sebuah lelucon padamu? Tidak! Aku tidak pernah melakukannya pada siapapun, kau mengingatnya bukan?"

    Hwagoon memalingkan wajahnya dan meraba tengkuknya dengan gugup sebelum Taehyung mendapatkan tangannya dan mengenggamnya, membuatnya mau tak mau harus kembali bertemu pandang dengan Tuan Mudanya tersebut.

    "Aku akan membicarakan hal ini kepada Abeoji, dan kita akan menikah setelah sampai di Hanyang." ujar Taehyung yang tampak bersungguh-sungguh dan Hwagoon tidak bisa meragukannya lagi, karna Taehyung selalu mengatakan sesuatu dengan serius.

    Tapi tunggu! Bukankah masalah di antara mereka belum benar-benar terselesaikan dengan baik? Kenapa Taehyung justru membahas hal lain? Apa ini hanya sekedar taktik agar Hwagoon melupakan insiden semalam?

    "Aku menolak." tegas Hwagoon dan seketika menghilangkan senyum di wajah Taehyung dan di gantikan dengan tatapan bertanya sekaligus bingung.

    "Kenapa? Apa alasan Agassi menolak lamaranku?"

    "Bukankah Naeuri lebih senang jika berada di samping wanita itu? Kenapa sekarang tiba-tiba mengatakan akan menikahiku? Apa Naeuri hanya ingin menjadikanku sebagai seorang selir? Jika memang begitu, aku lebih memilih untuk tidak menikah seumur hidupku." tandas Hwagoon.

    Taehyung sempat terdiam ketika mendengar Hwagoon yang berbicara tanpa jeda dan menunjukkan sisi lain selain sisi pendiamnya. Namun setelahnya, dia justru tertawa ringan dengan kepala yang tertunduk dan membuat Hwagoon menatap heran ke arahnya.

    "Kenapa Naeuri malah tertawa?" sinis Hwagoon karna sangat jarang Taehyung bisa tertawa.

    Taehyung kemudian berhenti tertawa dan kembali mempertemukan pandangan keduanya dengan seulas senyum yang tertinggal di kedua sudut bibirnya.

    "Aku hanya ingin membantunya tanpa memberikan harapan yang sia-sia. Agassi telah salah paham, namun Agassi menolak untuk mendengar penjelasan.... Apa yang bisa ku lakukan jika Agassi membawa masuk pria asing ke dalam kamar Agassi?"

    Perkataan yang bagaikan jarum akupuntur yang mengenai pusat rasa sakit, benar-benar menusuk dan membuat Hwagoon segera tersadar. Dan saat itu pula dia kembali di landa kegugupan.

    "I-itu, itu hanyalah sebuah kesalahpahaman. Aku pikir itu adalah Hwajung Eonni, aku tidak tahu jika itu adalah Hwaseung Orabeoni." jawab Hwagoon dengan gugup tanpa berani bertatap muka dengan Taehyung.

    Taehyung kemudian meraih kedua tangan Hwagoon dan menggenggamnya menggunakan kedua tangannya, membuat Hwagoon memberanikan diri untuk menatapnya.

    "Meski pertemuan kita terbilang sangat singkat. Tapi, jika Agassi ingin mempercayainya. Percayalah bahwa hati ini telah menjadi milik Agassi di jauh-jauh hari sebelum pertemuan kita."

    Hwagoon menjatuhkan pandangannya. Pipinya perlahan berubah menjadi merah, bukankah itu tadi terlalu manis? Apa Tuan Mudanya itu tengah berusaha untuk membual di hadapannya. Namun sadarkan Hwagoon bahwa Tuan Mudanya itu tidak pernah membual sebelumnya.

    Taehyung kemudian sedikit merendahkan kepalanya guna melihat wajah Hwagoon yang tertunduk malu dan hal itu membuat pandangan keduanya kembali bertemu.

    "Bersediakah, kau mendampingiku sepanjang hidupmu? Park Hwagoon, hari ini juga aku menyampaikan keinginanku untuk mempersuntingmu. Bersediakah kau menerimanya?"

    Hwagoon semakin tertunduk dan menutupi wajahnya menggunakan kedua tangannya, terlalu malu untuk berhadapan dengan Taehyung. Taehyung yang melihatnya pun melebarkan senyumnya dan kembali menegakkan tubuhnya.

    Dia kemudian menarik Hwagoon ke dalam pelukannya, merengkuh kekasih hatinya dengan perasaan yang damai di saat ia benar-benar telah menyatakan perasaan yang telah ia simpan dalam waktu yang lama. Dengan atau tanpa menjadi Putra Mahkota sekalipun, dia akan selalu melindungi gadis muda itu. Dia akan selalu menjaga Park Hwagoon dalam rengkuhannya seperti keinginan terakhir Ketua Park waktu itu.

    "Kau belum menjawabnya. Ini tidak akan sempurna jika pernyataan ini tidak memiliki balasan."

    Hwagoon memberanikan diri untuk membalas pelukan Taehyung lalu bergumam dengan lirih, "aku, menerimanya."

    Sangat lirih dan hampir tak terdengar oleh Taehyung jika saja angin di sana tak membiarkan dia mendengar suara itu. Senyum Taehyung mengembang dengan sempurna, setidaknya sedikit dari tujuan hidupnya akan segera terwujud setelah ini.

    "Terima kasih." ucapnya dalam hati.

    Detik itu, dia kembali merasakan kebahagian yang pernah di renggut darinya dan di detik itu pula, dia merasa bahwa semua akan jauh lebih mudah ketika ia bisa merengkuh Hwagoon sepenuhnya.

    Dengan tatapan penuh harap yang terjatuh pada permukaan danau, dia mengucapkan sebuah permohonan yang akan mampu mempertahankan kebahagiaan itu tetap menjadi miliknya. Meski dia tahu bahwa ada seseorang yang akan tersakiti dengan kebahagiaannya ini, dan tanpa di ketahui oleh keduanya. Jung Hoseok berdiri di tempat yang tidak begitu jauh dari keduanya dan memutuskan untuk segera pergi di bandingkan menjadi penganggu di antara dua hati yang menyatu di bawah langit sore Joseon hari itu. Dan di bawah langit itu pula, semua nasib akan di tentukan.

    Sebuah kebahagiaan tak akan memiliki kesempurnaan tanpa ada kesedihan di dalamnya, begitupun dengan sebuah kesedihan yang tak akan sempurna tanpa pengkhianatan. Begitulah takdir yang berjalan di bawah langit, ketika bumi yang di bawah hanya sebagai penerima dan langit sebagai pemberi. Semua berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Selesai di tulis : 03.11.2019
Di publikasikan : 11.11.2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro