Lembar 119
Hari itu, Taehyung dan Sicheng menapaki jalan setapak yang terbentang di tengah hutan yang menjadi penghubung desa-desa kecil di sekitar Pelabuhan. Meninggalkan Kelompok nya beserta Hwagoon yang masih mencari tempat untuk bernaung beberapa hari, sesuai dengan keinginan Taehyung.
Dan setelah berjalan cukup jauh di iringi oleh perbincangan kecil yang kerap mengundang tawa keduanya. Pada akhirnya mereka berakhir dengan berdiri berdampingan di tepi aliran sungai, di mana terdapat beberapa penduduk pribumi yang tengah melakukan aktivitas kecil di sekitar aliran sungai yang berada tidak terlalu jauh dari tempat mereka berdiri.
"Jadi, apa kau sudah membuat keputusan?" Sicheng bersuara, kembali memulai pembicaraan dan membimbing pandangan keduanya untuk saling bertemu.
Dengan kedua tangan yang sama-sama berada di balik tubuh tegap yang semakin menambah kesan berwibawa keduanya. Taehyung kembali memperlihatkan seulas senyum nya dan berucap seiring dengan pandangan yang terjatuh pada beberapa anak kecil yang tengah bermain di aliran sungai.
"Keputusan yang manakah yang kau maksud sekarang ini?" Tutur kata lembut yang sama sekali tak berubah, begitupun dengan tatapan hangat yang akan membuat siapapun luluh hanya karna melihat nya.
Sicheng pun sekilas menarik sudut bibir nya dan turut menjatuhkan pandangan nya pada apa yang kini menyita perhatian Taehyung.
"Ini tentang Agassi."
Senyum Taehyung melebar, mengartikan bahwa dia mengerti maksud dari arah pembicaraan Sicheng kali ini.
"Tidakkah kau berpikir bahwa ini terlalu lama, saudara ku?" Sicheng kembali berucap, menjatuhkan pandangan pada wajah tenang Taehyung yang membuat nya hampir mati karna rasa penasaran tentang apa yang terjadi di balik wajah yang selalu terlihat tenang tersebut.
"Seorang pria dewasa di tuntut untuk membuat sebuah ikatan pernikahan dan memiliki keluarga, merawat istri serta anak nya. Seorang Kepala Keluarga bisa di ibaratkan sebagai Raja, sedangkan istri serta anak nya adalah rakyat. Layak nya seorang Raja, seorang Kepala Keluarga juga di berikan kewajiban untuk melindungi dan mengasihi keluarga nya. Tapi seseorang yang menjadi Raja karna sebuah paksaan, dia tidak akan pernah bisa melindungi apa yang seharusnya dia lindungi."
Tatapan itu lagi. Sicheng jelas melihat nya. Tatapan yang terkesan menyedihkan dan menciptakan sedikit kekosongan di sana, tatapan yang selalu membuat Sicheng tak mengerti.
"Mungkinkah hati mu yang belum siap untuk merengkuh Agassi?"
Taehyung kembali menarik kedua sudut bibir nya dan menjatuhkan pandangan pada Sicheng.
"Bagaimana mungkin bisa menggunakan hati yang terluka untuk merengkuh seseorang yang di kasihi."
Sebelah alis Sicheng terangkat sekilas, mencoba mencerna maksud dari perkataan Taehyung. Namun senyum nya tiba-tiba melebar ketika pikiran nya tak mampu menjangkau apa yang kini di pikirkan oleh Taehyung.
"Aku menyerah, aku benar-benar mengaku kalah terhadap kebijaksanaan Tuan Muda Kim."
"Itu tidak seperti yang kau pikirkan." Balas Taehyung dengan senyum nya yang turut melebar.
"Sekeras apapun aku berpikir, tampaknya hal itu tidak akan bisa menandingi cara berpikir mu."
"Kau hanya membiarkan kata-kata yang mulia keluar dari mulut mu. Aku berharap, bahwa bisa memiliki hubungan baik dalam waktu yang lama dengan orang seperti mu."
"Seberapa jauh jarak yang nanti nya akan membentang, ku pastikan bahwa kita tetap bersaudara."
Senyum keduanya kembali terlukis dengan sempurna, dan bisik-bisik kagum para penduduk yang melihat mereka lah yang kemudian mengalihkan perhatian keduanya. Dua Bangsawan yang berdiri di tepi aliran sungai dan menarik perhatian dari seorang Cendekiawan yang tak sengaja lewat pun berhenti sejenak untuk menggoreskan kuas nya pada kertas putih milik nya.
Menghubungkan ribuan garis transparan hinga siluet kedua Bangsawan tersebut tercetak dengan begitu rupawannya di atas kertas putih tersebut.
Di sisi lain, Hanyang atau lebih tepat nya di balik tembok raksasa Gwanghwamun. Seperti perjanjian sebelumnya, Jungkook memberikan izin kepada Changkyun untuk sekali lagi pergi jauh dari nya.
Meski dengan hati yang di selimuti oleh kekhawatiran, dengan berat nya Lee Jungkook melepas Rubah sang kakak. Tak ingin berpikir bahwa Changkyun akan meninggalkan nya untuk selamanya, namun sayang nya pikiran buruk tidak pernah bisa di usir dari hati yang merasakan kekhawatiran yang berlebih.
Di dampingi kedua Kasim setia nya, Lee Jungkook berdiri berhadapan dengan Kim Changkyun untuk mengantar kepergian sang Rubah. Memaksakan diri untuk menarik seulas senyum yang bahkan tak mampu menarik hati si Rubah.
"Hamba pergi sekarang." Pamit Changkyun dengan tundukan kilat nya dan kembali mempertemukan pandangan nya dengan Jungkook.
"Pastikan kau akan kembali."
Sebuah permintaan yang tak terabaikan namun juga tak memiliki jawaban, membuat Jungkook menekan kekecewaan nya. Menahan diri untuk tidak memaksa Rubah terkasih sang kakak.
"Hanya menjawab 'Ya' dan kau bisa berbalik setelahnya."
Tatapan memohon yang mampu di mengerti oleh Changkyun. Namun sayang nya, seribu kali ia mengerti akan sesuatu, maka seribu kali itupun ia tak tahu bagaimana harus bersikap. Tatapan dingin nya perlahan terjatuh.
"Hamba, akan kembali."
Sebuah pernyataan yang di genggam Jungkook layak nya sebuah sumpah seorang Prajurit yang tidak akan pernah mengingkari ucapan nya kecuali kematian menghampiri nya.
"Kalau begitu pergilah! Dan kembali di saat waktu nya nanti tiba."
Changkyun sejenak menundukkan kepala nya sebagai penghormatan sebelum perpisahan dan segera berbalik tanpa ada keinginan untuk kembali bertatap muka dengan Jungkook. Dia berjalan menuju Gwanghwamun yang siap terbuka saat langkah kaki nya semakin mendekat, membiarkan hanya punggung tegap nya yang berhasil di tangkap oleh penglihatan Jungkook.
Wajah Jungkook terlihat mengernyit, menyaksikan kembali kepergian Changkyun. Satu-satunya hal berharga yang di tinggalkan oleh Taehyung padanya selain tahta.
Perlahan tangan nya terangkat ke udara, memberikan sebuah lambaian dengan seulas senyum yang kembali tercipta secara terpaksa di sudut bibir nya. Meski pada kenyataan nya sang Rubah tak mungkin melihat lambaian tangan nya.
Dia kemudian menurunkan tangan nya dan berbalik, menaruh kedua tangan di balik tubuh nya dan berjalan berlawanan arah dengan jalan yang di tuju Changkyun bersama dengan kedua Kasim yang berjalan di belakang nya.
"Pergilah! Tapi jangan lama-lama, Hyeongnim."
Perkataan yang hanya mampu terucap dalam hati, ketika waktu tak memberi kesempatan bagi nya untuk mengatakan hal lain di perpisahan kedua mereka. Dan dengan hati yang kembali memberat, Lee Jungkook melangkah kaki nya menuju Paviliun nya. Tempat di mana ia akan menjadi seorang Putra Mahkota Joseon seutuh nya, menyisihkan fakta bahwa sang Putra Mahkota yang di agungkan Joseon telah pergi dari tempat nya dan terluka di luar sana.
Sebuah perjalanan panjang yang akan kembali di lakukan oleh si Rubah, entah seberapa lama dia akan berjalan kali ini. Langkah nya terhenti di depan Gwanghwamun, sedikit memutar kaki nya untuk melihat gerbang raksasa itu kembali tertutup dan saat itu pula, perlahan siluet Jungkook yang berjalan menjauh semakin menghilang dari pandangan. Dan suara pintu Gwanghwamun yang berdebum dengan keras benar-benar menutup jalan yang menghubungkan tempat keduanya.
Changkyun berbalik, mengambil langkah pertama pada perjalanan kali ini. Masih dengan harapan yang sama di setiap waktu nya. Harapan yang akan membimbing langkah nya menemui sang Tuan yang selalu memikirkan nya di saat ia yang merasa telah di buang.
Matahari yang semakin bergeser ke barat, membawa langkah nya menyusuri jalanan setapak di atas perbukitan di daerah Bukchon. Sebuah kebun bunga yang menjadi saksi bisu bagaimana kenangan terakhir itu begitu menyakitkan bagi sebuah perpisahan.
Sejenak Changkyun menghentikan langkah nya, sedikit merunduk untuk mengambil sebuah bunga liar yang hampir ia injak. Menatap nya dengan lekat untuk beberapa detik, sebelum menurunkan tangan nya dan kembali melanjutkan langkah nya. Memilih untuk mempercepat kepergian nya dari Hanyang, meninggalkan kekhawatiran Jungkook dan entah dia akan benar-benar kembali pada Jungkook atau justru meninggalkan nya begitu saja.
Selesai di tulis : 23.09.2019
Di publikasikan : 23.09.2019
Saya lagi kangen berat sama Book ini, gak bisa nunggu sampai hari sabtu🙈🙈🙈🙈
Tapi gak apa-apa kan, meski cuma satu😁😁😁😁 Dari pada guling-guling di kasur gara-gara mikirin Lee Taehyung😂😂😂😂
Jika respon nya masih bagus, saya akan semakin bersemangat untuk merengkuh Lee Taehyung (?)🤔🤔🤔🤔
Abaikan😂😂😂😂 Lee Taehyung milik kita bersama, eh enggak deh. Lee Taehyung punya nya si Rubah😁😁😁😁
Mari kita absen dulu, siapa yang rindu sama Lee Taehyung dan Rubah nya😊😊😊😊
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro