Lembar 118
3 Tahun kemudian.
Musim gugur yang mengambil alih Joseon, membawa nuansa kedamaian itu kembali merengkuh Joseon. Di tempat yang jauh dari Hanyang, bagian selatan Joseon.
Terlihat aktivitas yang cukup padat di salah satu Pelabuhan yang berada di bagian selatan Joseon, dimana kebanyakan dari mereka datang dari Dataran Jeju. Baik Pedagang maupun Saudagar.
Pelabuhan itu kerap menjadi tempat untuk bertransaksi antar pulau atau negeri seberang, dan di sanalah terlihat Kelompok Pedagang turun dari salah satu kapal yang datang dengan raut wajah yang terlihat begitu gembira karna setelah tiga tahun lamanya menetap di Dataran Jeju. Pada akhirnya mereka kembali ke tanah kelahiran mereka.
"Woah... Akhirnya, setelah lama tidak pulang." Ujar salah seorang yang membawa sesuatu di punggungnya yang terlihat cukup berat.
"Ketua... Kita sudah sampai." Pekik yang lain nya sembari menoleh ke belakang.
Dan di sanalah Kim Taehyung berada, Ketua Kelompok Pedagang yang baru. Dia pun bergegas turun dari kapal, mengabaikan Hwagoon yang tertinggal di belakang di saat ia tengah berbicara dengan beberapa orang.
Hwagoon hendak turun dari kapal dan saat itu sebuah tangan terulur di hadapan nya dan membuatnya mengarahkan pandangan pada sosok yang berada di hadapan nya, menemukan sosok Tuan Muda yang memakai pakaian serba hitam.
Jung Hoseok, seorang Pendekar pedang yang bergabung bersama kelompok mereka setelah pertemuan mereka tiga tahun yang lalu di Dataran Jeju. Dan selama itu pula, dia menjadi sahabat karib dari Taehyung meski dia sedikit misterius dengan sikapnya yang sangat irit bicara.
"Biar ku bantu." Ujarnya, tanpa ada ada seulas senyum yang menghiasi raut wajahnya yang selalu memberikan kesan sedih tersebut.
Hwagoon pun menerima uluran tangan tersebut dengan seulas senyum di bibirnya, dan genggaman tangan keduanya terlepas setelah Hwagoon turun dari kapal.
"Terimakasih." Ujar Hwagoon yang hanya di angguki oleh Hoseok.
Keduanya pun segera menghampiri Taehyung yang tampak celingukan seperti tengah mencari seseorang.
"Apa yang sedang Ketua cari?" Tegur Hoseok ketika keduanya sampai di tempat Taehyung.
"Dong Sicheng, apa dia sudah turun dari kapal?" Ujar Taehyung, membuat Hwagoon dan Hoseok turut mengedarkan pandangan untuk mencari orang yang di maksud oleh Taehyung, hingga sebuah teguran yang kemudian mengalihkan perhatian ketiganya.
"Saudara ku."
Senyum Taehyung melebar namun tetap tak membiarkan giginya terlihat ketika melihat seseorang yang di carinya berjalan menghampirinya. Dong Sicheng, pengembara dari Dinasti Ming yang ia temui satu tahun yang lalu dan ikut tinggal bersama di Jeju. Meski dia orang Dinasti Ming, tapi dia bisa menggunakan bahasa Joseon dengan cukup baik.
Pemuda yang memiliki perawakan lebih kecil dari Taehyung tersebut kemudian berdiri di hadapan nya.
"Aku pikir kau pergi tanpa mengatakan apapun." Ujar Taehyung kemudian.
"Untuk itu aku datang kemari." Sicheng menyahuti dengan seulas senyum yang membalas senyum hangat milik Taehyung.
"Tinggalah untuk malam ini dan kau bisa pergi saat esok hari. Akan sangat di sayang kan jika kau pergi begitu saja."
"Apa kau akan menetap malam ini?"
"Kami akan mencari penginapan di sekitar sini dan menetap untuk beberapa hari."
Sicheng mengangguk.
"Jadi, sudahkan kau putuskan untuk tinggal hari ini?" Seulas senyum yang sedikit memaksakan kehendaknya yang kemudian membuat Sicheng melebarkan senyumnya.
"Jika Hyeongnim sudah mengatakan nya, aku bisa apa?"
Keduanya kemudian tertawa ringan di saat Hwagoon hanya menguals senyum tipisnya melihat ke akraban keduanya sedangkan Hoseok sendiri justru tidak memiliki perubahan apapun di wajahnya, bahkan ketika pandangan hanya tertuju pada senyum tipis Hwagoon.
"Baiklah, kalau begitu. Mari." Ujar Taehyung yang kemudian membimbing langkah Sicheng, sedangkan Hwagoon dan Hoseok mengikuti di belakang mereka.
Perasaan Tersembunyi Sang Tuan Muda.
Tiga tahun berlalu dan tiga tahun itulah menjadi hari keterpurukan bagi Lee Jeon, di saat ia yang masih setia menunggu kabar dari Ketua Park yang menghilang secara tiba-tiba dan Kelompok Pedagang yang kembali melakukan perjalanan ke arah selatan Joseon.
Dan selama itu pula masalah semakin berdatangan ketika Klan Heo mendesak nya untuk segera mengadakan pernikahan untuk Putra Mahkota.
Di tahun-tahun sebelumnya dia masih bisa mengendalikan serangan dari Klan Heo dengan alasan kesehatan dan juga perekonomian rakyat yang tidak stabil. Namun, di usia Jungkook yang sudah menginjak usia 19 tahun, dia tidak bisa lagi melarikan diri dan dengan terpaksa harus mencari gadis lain selain putri Ketua Park. Namun sayangnya, tiga kali ia menunjuk seorang putri Bangsawan sebagai calon pendamping Jungkook. Ketiganya sakit keras sebelum akhirnya tutup usia.
Dan di sinilah setiap harinya di habiskan untuk merenung, di saat tangan nya yang begitu enggan untuk menyentuh gulungan petisi yang bertumpuk di meja nya. Karna tanpa perlu membukanya pun dia sudah mengetahui bahwa itu adalah petisi untuk mendesak agar pernikahan Putra Mahkota segera di laksanakan.
Perhatian nya kemudian teralihkan oleh pintu ruangan nya yang terbuka dan menampakkan sosok Kasim Hong yang berjalan menghampirinya dan sekilas membungkukkan tubuhnya ketika telah berdiri di samping nya.
"Yang Mulia, hamba membawa kabar baik untuk Yang Mulia." Ujar Kasim Hong yang membuat mata Lee Jeon sedikit melebar. Setelah hanya kabar buruk yang selalu ia dengar, pada akhirnya Kasim setianya tersebut membawa kabar baik baginya.
"Apa itu?"
"Salah satu utusan mengatakan bahwa dia melihat Kelompok Pedagang sudah kembali."
Mendengar hal itu, sontak Lee Jeon berdiri dari kursinya. Tampak keterkejutan namun juga kelegaan di raut wajah nya.
"Di mana mereka?"
"Mereka terlihat di sekitar pelabuhan yang berada di bagian selatan Joseon, seorang utusan menyampaikan bahwa selama ini Kelompok Pedagang menetap di Dataran Jeju."
"Jeju?" Tampak keheranan di wajah Lee Jeon, terlintas dalam pikiran nya pertanyaan akan alasan Kelompok Pedagang menetap di Jeju. Mungkinkah Ketua Park sengaja melakukan nya untuk melarikan diri.
Pandangan yang sempat teralihkan itu kemudian kembali pada Kasim Hong.
"Bagaimana dengan putri nya? Apa dia sudah menikah?"
"Untuk itu, hamba tidak tahu pastinya."
"Kalau begitu, cari tahu apakah Ketua Park sudah menikahkan nya atau belum dan pastikan jangan sampai kehilangan jejak nya."
"Ye, Yang Mulia."
"Tidak ada waktu lagi, aku tidak bisa membiarkan Klan Heo berjaya atas pernikahan Putra Mahkota. Apapun yang terjadi, Park Hwagoon harus menjadi pendamping Putra Mahkota." Perkataan yang terdengar seperti sebuah sumpah.
Perlahan Kasim Hong mengangkat wajahnya dan menatap sang Raja dengan tatapan yang sulit untuk di artikan, merasa miris karna mungkin saja keinginan sang Raja akan melukai orang lain mengingat Ketua Park tiba-tiba melakukan perjalanan meski baru kembali. Bukankah itu berarti dia menolak lamaran yang telah di sampaikan oleh Lee Jeon, tapi sayang nya sepertinya keinginan sang Raja jauh lebih kuat dari pada sebuah naluri untuk melindungi.
Di bagian lain dari Istana Gyeongbok, kedua pemuda itu tampak duduk berhadapan dan tengah bersitegang dengan kedua Kasim yang duduk berdampingan menengahi keduanya layaknya seorang wasit yang tengah memimpin sebuah pertarungan.
"Jadi?" Satu kata yang keluar dari mulut Jungkook dengan raut wajah yang terlihat begitu tak bersahabat.
"Kali ini, izinkan hamba untuk pergi." Ujar Changkyun yang tengah meminta izin untuk memulai kembali perjalanan di saat Jungkook tak membiarkan nya pergi dengan mudah, pasalnya sudah hampir satu jam mereka seperti itu. Dan selama satu jam itu pula, pandangan kedua Kasim di sana terlempar ke kanan dan ke kiri mengikuti siapapun yang berucap tanpa bisa menengahi pembicaraan yang beraura dingin tersebut.
"Kemana kau ingin pergi?" Pertanyaan yang entah terulang untuk ke berapa kalinya, seakan Putra Mahkota Joseon tidak memiliki hal lain untuk di tanyakan.
"Hamba ingin melakukan perjalanan ke Kuil." Jawaban yang masih sama seperti sebelumnya.
Jungkook pun menggaruk bagian belakang kepalanya dengan tak sabaran. Pasal nya, meski sudah di larang pun Changkyun tetap ingin pergi.
"Kapan kau akan kembali?"
"Jika perjalanan hamba sudah selesai."
Mendengar jawaban yang tak pasti tersebut, tangan nya yang terkepal menghantam meja di hadapan nya dengan gemas dan sempat membuat Kasim Cha terlonjak.
"Aku tahu, tapi masalah nya kapan perjalanan mu akan selesai?" Ujar Jungkook dengan tak sabaran.
"Untuk itu, hamba tidak bisa memberi kepastian."
Jungkook menghela napasnya, tampak sudah putus asa.
"Kau benar-benar ingin pergi?"
"Ye."
"Boleh, asal aku juga boleh keluar Istana minggu ini."
"Yang Mulia..." Seru kedua Kasim tersebut bersamaan dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Jungkook sebelum ia yang kembali menjatuhkan pandangan pada Changkyun.
"Bagaimana? Kau bersedia?"
Pandangan Changkyun perlahan mengarah pada kedua Kasim yang sama-sama menggeleng, menyampaikan penolakan mereka. Namun jawaban yang di berikan nya benar-benar seperti sebuah kutukan bagi kedua Kasim tersebut.
"Hamba bersedia."
Seulas senyum lebar tiba-tiba menghiasi wajah Jungkook di saat bahu kedua Kasim tersebut justru melorot ke bawah.
"Baiklah, kita sepakat. Kau boleh pergi tapi jangan lupa jalan mu untuk pulang, Kim Changkyun."
"Hamba akan selalu mengingat nya."
Selesai di tulis : 11.08.2019
Di publikasikan : 11.08.2019
Catatan : Untuk tokoh Dong Sicheng, itu hanyalah sebagai pemeran pembantu yang akan segera menghilang. Namun keberadaan nya di sini akan berhubungan dengan The Dynasty lain nya, dimana akan menceritakan tentang pemberontakan yang terjadi di Dinasty Ming. Dan di akhir cerita, kedua Book tersebut akan saling terhubung.
Harap jangan di pikirkan untuk Project di Dinasty Ming, karna semua pemain nya adalah Idol berkebangsaan China 😂😂😂😂😂 Tak ada satupun orang Korea nya.
WayV Winwin
As
Dong Sicheng.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro