Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 117

    Pagi itu, Selir Youngbin tengah menikmati teh di Paviliun nya dengan suasana yang tenang yang dalam hitungan detik berubah ketika tiba-tiba pintu ruangan nya di buka dengan kasar dari luar dan hal itu sempat membuatnya tersedak.

    "Nyonya, nyonya baik-baik saja?" Panik Dayang Kepala yang duduk di sebelah meja, sedangkan Youngbin terlihat ingin memaki seseorang yang baru saja menganggu ketenangan nya. Namun ketika ia mengangkat wajahnya, justru keterkejutan lah yang tampak di wajah nya.

    "Abeoji." Gumam Youngbin dengan mata yang sedikit melebar ketika melihat sang ayah mengunjunginya sepagi ini.

    "Keluar!" Ujar Junhoo dengan nada bicara yang begitu tegas.

    Youngbin mengarahkan pandangan pada Dayang Kepala dan mengangguk sebagai sebuah isyarat bahwa dia harus keluar, melihat hal itu pun Dayang Kepala segera undur diri sembari membawa nampan teh yang berada di hadapan Youngbin. Dan tepat setelah pintu tertutup dari luar, saat itulah Junhoo menghampiri putrinya dan duduk berhadapan dengan nya.

    "Ada masalah apa? Tidak biasanya Abeoji datang kemari. Terlebih sepagi ini."  Youngbin berucap, menjadi orang pertama yang memulai pembicaraan.

    "Apa saja sebenarnya yang kau lakukan di sini?" Sarkas Junhoo yang membuat sebelah alis Youngbin terangkat, tampak tak mengerti dengan apa yang di bicarakan oleh ayah nya.

    "Apa yang Abeoji bicarakan? Kenapa tiba-tiba menanyakan hal seperti itu?"

    "Baginda Raja telah merencanakan pernikahan untuk putra mu, apa kau masih bertahan dengan ketidaktahuan mu itu?"

    "A-apa?" Tak percaya, itulah reaksi yang di tunjukkan oleh Youngbin.

    "Dengan siapa dan kapan? Bagaimana aku bisa tidak mengetahui hal ini?" Suara yang mengeras, menandakan bahwa dia telah di kuasai oleh amarah nya.

    "Gadis dari Kelompok Pedagang, putri Park Seonghwa."

    Senyum Youngbin tersungging sebelum akhirnya sebuah tawa ringan tak percaya nya terdengar.

    "Park Seonghwa? Hehh! Apa dia ingin merendahkan derajat ku dengan menikah kan putra ku dengan gadis dari kalangan bawah? Kelompok Pedagang? APA DIA SEDANG BERCANDA!!!." Geramnya yang di akhiri oleh gebrakan pada mejanya.

    "Sampai mati pun, aku tidak akan pernah merestui pernikahan ini." Tandasnya dengan penuh penekanan dan gigi yang saling beradu menahan kemarahan nya yang meluap di pagi hari.

    "Kau tidak perlu mencemaskan nya, Abeoji sudah mengurusnya." Sebuah pernyataan yang membuat pandangan Youngbin kembali terarah padanya.

    "Apa maksud Abeoji?" Ujar Youngbin, menatap ayahnya penuh dengan selidik.

    "Serahkan semua pada Shin."

    Youngbin tersentak ketika Junhoo menyebutkan nama Shin, namun dia secepat mungkin menyembunyikan nya di hadapan sang ayah."

    "A-apa, yang akan dia lakukan?" Ujarnya kemudian namun dengan pengucapan yang tampak sedikit gugup.

    "Kau tidak perlu tahu. Mulai sekarang, kau harus lebih memperhatikan apa yang di lakukan oleh suami mu itu. Jangan sampai hal ini terulang kembali. Kau tahu bukan, bahwa hanya gadis dari Klan Heo lah yang berhak menjadi pendamping putra mu."

    "Ye, Abeoji."



Perasaan Tersembunyi Sang Tuan Muda.



    Lewat tengah hari, Ketua Park meninggalkan Istana Gyeongbok untuk kembali menyusuri jalan menuju rumah nya. Dimana sang putri yang telah menantinya.
    Namun sesuatu yang tidak di harapkan terjadi ketika ia melewati hutan yang mengarahkan ke rumah nya, dimana beberapa orang berpakaian serba hitam dan menutupi sebagian wajah mereka menggunakan potongan kain tiba-tiba menghadang jalan nya dan mengepungnya. Dan hal itu seketika meningkatkan kewaspadaan Ketua Park meski dia tetap mempertahankan ketenangan nya.

    Seseorang dengan pakaian yang sedikit berbeda dari yang lain, datang dari arah belakang orang-orang yang berada di hadapan Ketua Park dan kemudian berdiri berhadapan dengan nya.

    "Siapakah kalian, dan ada perlu apa?" Ketua Park berucap dengan tutur kata yang sopan.

    "Ketua Kelompok Pedagang, Park Seonghwa."

    "Benar, akulah orang nya. Siapakah kisanak ini sebenarnya? Kenapa tiba-tiba menghalangi jalan ku?"

    "Berikan nyawa mu pada kami, Ketua." Ujar pria asing di hadapan nya dan seketika beberapa orang yang berada di sekitarnya langsung menarik pedang nya dan menyerang nya dalam waktu bersamaan.

    Ketua Park yang merasa dalam bahaya pun segera menarik pedang nya dan terlibat pertarungan dengan kelompok misterius tersebut, sedangkan pria dengan sorot mata tajam yang sebelum nya berbicara padanya hanya berdiam diri di tempatnya.

    Untuk beberapa saat Ketua Park terlibat pertarungan yang tidak adil tersebut, namun pertarungan tersebut tidaklah bertahan lama karna saat ia berhasil di pukul mundur oleh lawan nya. Seseorang tiba-tiba menarik bahunya, membuat tubuhnya berbalik dan langsung menghunuskan pedang yang berhasil menembus perutnya hingga pedang di tangan nya terlepas begitu saja.

    "K-kau!" Gumam Ketua Park dengan suara yang tercekat.

    Pria misterius itu menarik pedang nya dengan kasar dan seketika Ketua Park tumbang dalam posisi tengkurap tepat di samping kaki pria misterius tersebut yang kemudian menurunkan kain yang menutupi sebagian wajahnya, dialah Jung Shin yang sengaja di kirim oleh Junhoo untuk menghabisi nyawa Ketua Park.

    Shin menjatuhkan pandangan nya pada sosok Ketua Park yang tak lagi menunjukkan pergerakan sebelum akhirnya mengedarkan pandangan pada anak buah nya.

    "Lakukan seperti yang ku katakan sebelumnya." Ujar nya.

    "Ye." Jawab mereka serempak.

    Shin pun kemudian berjalan pergi, menyerahkan sisanya kepada anak buahnya. Namun setelah berjalan tidak terlalu jauh dari tempat sebelumnya, langkahnya sejenak terhenti ketika ia menyadari kehadiran seseorang yang berada di sekitarnya.
    Dia pun menolehkan kepalanya ke samping kiri dan menemukan seorang Bangsawan muda dengan sebagian wajah yang di tutupi oleh potongan kain, berdiri di samping pohon dan ketika pandangan keduanya bertemu. Bangsawan muda itu kemudian berjalan menghampirinya dan berhenti tepat di hadapan nya.

    "Pergilah!" Ujar Shin dengan pengucapan yang terdengar lebih lembut dari biasanya.

    "Sebelum itu, tidak bisakah aku melihat wajah ibu untuk yang terakhir kalinya?" Bangsawan itu berucap, mengucapkan permohonan yang terdengar seperti permohonan terakhirnya.

    "Tidak untuk kali ini, pergilah sejauh yang kau mampu."

    "Ye, Abeoji."

    Tunduk akan perkataan Shin yang baru saja ia panggil dengan sebutan Abeoji, Bangsawan muda itu sekilas menundukkan kepalanya sebelum berjalan meninggalkan Shin yang melihat kepergian nya dengan tatapan yang melembut sekaligus meng-iba. Seakan ia yang ingin mengucapkan sesuatu namun sengaja ia tahan, dan memutuskan untuk mengambil jalan yang berbeda dengan jalan yang di ambil oleh Bangsawan muda tersebut.



Perasaan Tersembunyi Sang Tuan Muda.



    Langit Joseon yang perlahan mulai tertutup kembali oleh kegelapan. Park Hwagoon, gadis muda itu masih setia menunggu kedatangan sang ayah dan memilih untuk duduk di anak tangga meski gelap telah kembali merengkuh Joseon. Dan hal itu pula yang berhasil menarik perhatian dari Tuan Muda Kim yang membuka pintu kamarnya dari dalam.

    Seulas senyum hangat itu kembali terlihat menghiasi sudut bibirnya ketika mendapati punggung ramping milik gadis muda tersebut yang tertutupi oleh helaian rambutnya. Dia pun menutup pintu dari luar dan berjalan menghampiri Hwagoon.

    "Langit sudah gelap, tidak baik jika Agassi tetap duduk di sini." Tegurnya yang membuat Hwagoon sedikit menoleh ke samping dan mendongakkan kepalanya, namun dia kembali menjatuhkan pandangan nya ketika Taehyung memutuskan untuk duduk di sampingnya.

    "Kenapa Abeoji pergi lama sekali?" Keluh Hwagoon, namun perhatian nya segera teralihkan ketika Taehyung meraih telapak tangan nya dan mengenggamnya dengan lembut. Membuat Jantung nya tiba-tiba berdebar.

    "Percayalah pada Ketua, dia akan kembali jika memang sudah saat nya." Tutur kata yang lembut di sertai seulas senyum tipis yang terlihat begitu hangat tersebut mampu sedikit mengambil kegelisahan Hwagoon.

    "Tangan Naeuri dingin, sebaiknya Naeuri segera masuk ke dalam." Sebuah saran yang justru berbalas seulas senyum.

    "Tangan Agassi begitu hangat. Jika di izinkan, aku ingin tangan hangat ini mengenggam tangan dingin ini agar tidak membeku."

    Semburat merah tiba-tiba muncul di pipi Hwagoon, dan hal itu membuatnya memalingkan wajahnya. Namun momen manis mereka tidak bertahan lama ketika sebuah buku mendarat di bagian belakang kepala Taehyung dan tergeletak di teras.
    Keduanya pun serempak menolehkan kepala mereka dan mendapati tatapan sinis dari Namgil yang menyembulkan kepala nya dari balik pintu.

    "Apa yang sedang kalian lakukan? Eoh! Cepat masuk atau akan ku ikat kalian berdua di halaman." Ancam nya yang kemudian menutup pintu kamarnya.

    Taehyung pun melepas genggaman tangan nya dan beranjak berdiri, meraih buku yang sebelumnya menghantam kepalanya dan bergegas masuk ke dalam kamarnya. Dan tepat setelah ia memasuki kamarnya, dia mendapati bahwa sang ayah angkat tengah berbaring dengan santainya di tengah ruangan. Dia pun menghampirinya dengan perasaan yang sedikit kesal.

    "Apa yang Abeoji lakukan?" Tuntut Taehyung namun dengan nada bicara yang sama sekali tak menuntut.

    "Apa lagi? Kau tidak tahu aku sedang tidur? Apa mata mu sudah bermasalah karna terlalu sering melihat Agassi, eoh?" Sarkas Namgil.

    Sedikit keributan yang menarik perhatian Hwagoon, dia menghembuskan napasnya ketika melihat pintu kamar Taehyung yang tertutup sebelum akhirnya kembali mengarahkan pandangan ke halaman. Namun matanya sejenak mengerjap ketika ia melihat siluet hitam memasuki halaman rumahnya yang cukup gelap, bukan manusia melainkan seekor kuda.

    "Siapa yang melepas kuda malam-malam begini?" Gumamnya, diapun beranjak dari duduknya dan turun ke halaman untuk menghampiri kuda tersebut yang berhenti tepat di tengah halaman.

    Hwagoon tertegun ketika mendapati seseorang tertidur di atas kuda, namun seketika matanya membulat ketika menyadari bahwa pakaian yang di kenakan orang tersebut sama seperti pakaian yang di kenakan ayah nya saat pergi ke Istana.

    "Abeoji." Gumam nya yang perlahan mendekat dan hendak menyentuh bahu sang ayah, namun sebelum tangan nya menyentuh bahu sang ayah. Kuda tersebut bergerak secara tiba-tiba dan membuat tubuh Ketua Park terjatuh ke tanah.

    Seketika mata Hwagoon membulat, melihat Ketua Park yang bersimbah darah.

    "A-abeoji." Lirihnya dengan mata yang mengerjap tak percaya dan hal itu yang membuat kakinya tak mampu menahan berat tubuhnya, dia terjatuh dan segera mendekat ke arah Ketua Park dengan air mata yang tiba-tiba keluar dari kelopak matanya dengan begitu mudahnya.

    "Abeoji...."

    Sebuah teriakan yang menghentikan perdebatan kekanak-kanakan dari ayah dan anak tersebut, keduanya sempat saling bertukar pandang dan segera bangkit ketika mendengar suara tangsian Hwagoon.
    Namgil membuka pintu dengan panik dan mendapati Hwagoon menangis di halaman, dia pun dengan segera menghampiri Hwagoon di susul oleh Taehyung di belakang nya.

    "Abeoji, abeoji....." Pekik Hwagoon sembari mengguncang tubuh Ketua Park dengan isakan yang keluar dari mulutnya.

    "Hwagoon-a." Tegur Namgil dan seketika matanya membulat sempurna, reaksi yang sama dengan Taehyung.

    "Abeoji...."

    Namgil segera menjatuhkan satu lututnya dan menarik Hwagoon, memeluknya dengan paksa meski gadis muda itu terus menangis dan memberontak. Dan tangsian itu berhasil membuat beberapa orang berbondong-bondong datang ke sana.

    "Ada apa? Eoh! Ketua, apa yang terjadi?" Pekik seseorang yang kemudian bersahutan dengan suara lain nya.

    Taehyung pun menjatuhkan satu lututnya tepat di samping tubuh Ketua Park, dia memeriksa pergelangan tangan Ketua Park yang terasa begitu dingin dan hal itu menegaskan bahwa Ketua Park sudah tewas dalam waktu yang cukup lama. Dia kemudian mempertemukan pandangan pada Namgil yang berusaha untuk menenangkan Hwagoon.
    Dia menggeleng pelan dan setelahnya suara tangis Hwagoon terhenti, menandakan bahwa dia kehilangan kesadaran nya.

    Namgil pun segera mengangkat tubuh Hwagoon dan membawanya ke dalam, dan saat itu pula beberapa orang langsung mendekati tubuh Ketua Park dan menangis.

    "Ketua... Kenapa bisa begini?"

    "Siapa yang berani-beraninya melakukan hal ini kepada Ketua?"

    "Benar-benar biadap."

    Taehyung menjatuhkan pandangan dengan helaan napas beratnya sebelum kembali mengangkat pandangan dan mengedarkan nya pada orang-orang yang berada di hadapan nya.

    "Bantu aku untuk membawa beliau ke dalam." Ujar kemudian.
  
    "Ye, ye." Jawab beberapa orang dan mereka pun membawa tubuh Ketua Park masuk ke dalam rumah.



Perasaan Tersembunyi Sang Tuan Muda.



    Malam yang semakin larut membimbing langkah Taehyung untuk kembali ke kamarnya dan menghadap sang ayah yang duduk bersila di belakang meja kecil, tempat biasa ia terduduk sepanjang malam untuk membaca buku.
    Dia segera menghampiri ayah angkatnya dan menempatkan diri duduk di hadapan nya, tanpa ada perkataan yang basa-basi. Dia menyodorkan sebuah kertas yang berada dalam genggaman tangan nya.

    "Apa ini?" Pertanyaan yang terucap dengan nada bicara yang lebih serius.

    "Abeoji akan tahu jika Abeoji membukanya."

    Namgil pun meraih kertas tersebut dan membuka lipatan nya yang seketika membuat matanya memicing tajam setelah membaca kalimat yang tertulis di sana.

    "Segera tinggalkan Hanyang!"

    Kalimat ancaman yang menuntun pandangan untuk bertemu dengan tatapan lembut sang putra angkat yang menampakkan sedikit kegelisahan di raut wajah tenang nya.

    "Apa yang harus kita lakukan?"

    "Pergilah! Bawa Agassi bersama mu." Pernyataan yang mengundang keterkejutan di wajah sang putra angkat.

    "Apa yang Abeoji bicarakan?"

    "Tinggalkan Hanyang secepatnya."

    "Ada apa dengan Abeoji?" Suara yang sedikit mengeras, menunjukkan tentangan nya terhadap ucapan sang ayah.

    "Bawa Hwagoon pergi dari sini."

    "Apa alasan nya, aku harus membawanya pergi dari sini?"

    "Kau tidak akan mengerti, cukup bawa dia pergi dari sini."

    "Apa ini ada kaitan nya dengan kematian Ketua Park?" Selidik Taehyung.

    "Berhenti berpikir terlalu jauh, besok pergilah dari Hanyang."

    "Tidak bisa semudah itu, setidak nya hargailah perasaan Agassi." Ujar Taehyung dengan pandangan yang terjatuh ke samping, dia tidak bodoh untuk memahami arti dari kalimat yang tertulis pada kertas tersebut. Dia tidak bodoh untuk menyadari bahwa telah terjadi konspirasi di balik pembunuhan Ketua Park, dan dia tahu bahwa Hwagoon mungkin saja dalam bahaya.

    "Tetap di sini dan membiarkan dia dalam bahaya, apa itu yang kau inginkan?"

    "Aku akan melindunginya."

    "Bagaimana cara mu untuk melindungi nya?" Pertanyaan yang membuat Taehyung mengembalikan pandangan pada sang ayah.

    "Kau pikir kau bisa melakukan nya? Apa kau tahu siapa musuh mu saat ini? Apakah kau tahu siapa diri mu?"

    Taehyung memalingkan wajahnya dengan helaan napas panjangnya, dan untuk pertama kali raut wajah yang selalu terlihat tenang tersebut kali ini menunjukkan sebuah kekhawatiran. Dia pun kembali menjatuhkan pandangan pada sang ayah dengan sorot mata yang di penuhi oleh keputus-asaan.

    "Abeoji tidak akan pergi bersama kami?"

    "Ada hal yang harus ku selesaikan di sini. Pergilah! Mulai sekarang kau yang akan memimpin Kelompok Pedagang."

    Taehyung menjatuhkan pandangan nya dengan satu tangan yang terkepal di atas pangkuan nya, semua berubah hanya dalam hitungan hari.
    Berbekal perkataan sang ayah, dia pun mengarahkan langkah kakinya untuk membuka pintu kamar Hwagoon yang cukup gelap.
    Dia masuk ke dalam dan menutup pintu, mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan dan menemukan sosok gadis muda itu terduduk di sudut ruangan ketika tangis nya telah mereda dan menyisakan keterdiaman yang terlihat begitu menyakitkan bagi seorang Tuan Muda Kim.

    Dia pun melangkahkan kakinya mendekati Hwagoon dan berhenti tepat di hadapan gadis muda yang sama sekali tidak merespon akan kedatangan nya. Perlahan, dia menjatuhkan satu lututnya dan mensejajarkan posisi mereka.
    Bisa di lihatnya genangan air mata yang masih berada di pelupuk matanya, perlahan dia mendapatkan punggung tangan Hwagoon dengan satu tangan yang terbebas terangkat untuk menyentuh wajah gadis muda di hadapan nya yang begitu rapuh saat ini.

    "Aku tidak bisa mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja, tapi aku akan berusaha memenuhi janji ku kepada Ketua untuk menjaga Agassi." Ujarnya dengan lembut dan perlahan membawa Hwagoon ke dalam pelukan nya, membiarkan gadis muda itu terisak kembali dalam rengkuhan lembutnya.

    "Besok, kita akan meninggalkan Hanyang."

Selesai di tulis : 10.08.2019
Di publikasikan: 10.08.2019



Kabar baik nya, besok tokoh Hwaseung dan Hwajung akam di kembalikan ke dalam cerita bersamaan dengan debutnya Jung Hoseok.

  

   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro