Lembar 108 [Perasaan Tersembunyi Sang Tuan Muda]
Kembali pada hari hari sebelumnya, suasana yang lebih menghangat ketika sang ayah angkat telah kembali ke sisinya. Malam itu seperti malam malam sebelumnya, Tuan Muda Kim akan selalu terduduk di belakang meja kecilnya dengan sebuah buku yang mengalihkan perhatian nya seakan setiap coretan tinta hitam pada kertas usang tersebut tak ingin berbagi dengan apapun dan hanya menginginkan perhatian dari Tuan Muda tersebut terarah padanya.
Malam yang terus berjalan dengan halaman buku yang ia balik setiap netranya berakhir pada penghujung kata di setiap halaman, udara dingin yang merayap masuk menambah keheningan malam itu dan membuat telinganya menjadi lebih peka dengan pergerakan yang terjadi di sekitarnya.
Pergerakan tangan nya yang hendak membalik halaman buku tiba-tiba terhenti ketika pendengaran nya menangkap pergerakan di luar kamarnya, sejenak dia tampak berpikir.
Menimbang nimbang tentang siapakah gerangan yang berada di luar, dan jawaban itu muncul dengan sendirinya di dalam benaknya ketika ia yang baru sadar bahwa sejak sore, sang ayah angkat sama sekali belum menginjakkan kakinya di ruangan itu.
Dia menutup bukunya dan beranjak dari duduk nya, berjalan ke arah pintu. Dia membuka pintu tanpa menimbulkan suara dan segera melihat keadaan di luar yang cukup gelap, tatapan yang masih tetap hanya tersebut menyusuri teras rumah yang kosong hingga netranya tersebut terhenti pada siluet hitam yang kini tampak meninggalkan halaman rumah. Kedua alisnya saling bertahutan, dia kenal dengan siluet itu yang ia yakini sebagai ayah angkatnya.
"Bukankah ini sudah terlalu malam untuk bepergian?" Gumamnya yang kemudian kembali masuk ke dalam kamarnya.
Perasaan Tersembunyi Sang Tuan Muda
Menembus kegelapan malam, Kim Namgil kembali pada kehidupan malamnya. Meninggalkan gelar Tuan Kim yang sempat ia sandang saat siang hari dan berubah menjadi seorang pencuri pada malam hari, dan sekarang dia tengah dalam perjalanan untuk menjalankan aksinya. Entah rumah Bangsawan mana lagi yang akan ia datangi malam ini.
Akses malam yang cukup terbuka dan semakin mempermudah langkahnya di saat semua orang jatuh terlelap dalam tidurnya, setelah pergi cukup jauh meninggalkan kediaman Ketua Park dia tiba-tiba melompati pagar tembok dan menapakkan kakinya di atas genteng salah satu rumah yang cukup luas jika di bandingkan dengan rumah rumah lain yang berada di sana dan sudah di pastikan bahwa rumah tersebut adalah rumah seorang Bangsawan, di lihat dari pagar tembok yang mengelilingi rumah tersebut dan juga halaman yang cukup luas.
Untuk sejenak langkahnya terhenti dengan tubuh yang merapat ke genteng untuk menyamarkan siluetnya, tatapan tajam nya bergerak dengan lincah mengabsen setiap pergerakan yang berada di bawah sana dan setelah memastikan bahwa keadaan aman. Tangan kanan nya tergerak untuk menaikkan kain hitam yang menggantung di lehernya.
"Apa yang sedang Abeoji lakukan di sini?"
Namgil terlonjak dan segera berbalik ketika mendapati sebuah teguran yang berasal dari arah belakang nya, dan saking terkejutnya dia akan teguran tersebut. Matanya membulat sempurna dan sedikit memundurkan tubuhnya dengan satu tangan memegangi dadanya, namun siapa sangka sang pelaku yang baru saja mengejutkan nya justru menatapnya dengan penuh tanya.
"Ada apa? Kenapa melihat ku-"
Perkataan Taehyung terputus ketika Namgil tiba-tiba menarik tubuhnya hingga ia terjatuh dan langsung membekap mulutnya dari belakang.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini? Beraninya kau mengagetkan ku, jika aku jantungan dan mati bagaimana?" Ujar Namgil dengan nada berbisik namun penuh dengan penekanan di setiap kata nya.
Taehyung ingin bersuara namun tak mampu karna Namgil membekap mulutnya dengan sangat kuat entah dia sadar atau tidak, merasa sedikit kesulitan untuk bernapas. Dia pun menepuk punggung tangan Namgil yang kemudian melepaskan nya dan membuatnya mampu bernapas dengan lega kembali, dia kemudian segera berbalik menghadap ke arah ayah angkatnya.
"Apa-" Perkataan nya kembali terpotong ketika Namgil lagi-lagi membekap mulutnya.
"Pelankan suaramu! Kau ingin kita mati karna di tuduh sebagai pencuri."
Taehyung menurunkan tangan Namgil dari mulutnya, dia kemudian memelankan suaranya. "Apa yang sedang Abeoji lakukan di sini?"
"Harusnya aku yang bertanya, kenapa kau bisa sampai ada di sini?"
"Aku mengikuti Abeoji."
"Untuk apa kau mengikuti ku?"
"Abeoji selalu keluar saat malam, tidak aneh jika aku penasaran kemana Abeoji akan pergi."
Namgil menghembuskan napas berat nya. "Sekarang kau sudah tahu kemana aku pergi, jadi pulanglah!"
"Kenapa Abeoji berada di atap rumah orang seperti seorang pencuri?"
Namgil menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan tak sabaran, kenapa juga dia bisa tidak sadar bahwa putra angkatnya tersebut telah menguntitnya. Sekarang dia sendiri yang kebingungan untuk mencari alasan dan napas beratnya itu membimbing pandangan nya untuk jatuh pada ujung sepatunya, sejenak memikirkan apa yang akan ia lakukan.
Haruskan dia mengurungkan niat awalnya dan menggiring putra angkatnya tersebut untuk kembali ke rumah dan bersikap tidak pernah terjadi apa-apa setelahnya.
Dan di saat sang ayah tengah berpikir, saat itu pula sang putra dengan penuh kesabaran menunggu sang ayah yang kembali berucap, dia sedikit tersentak ketika merasakan sakit seperti gigitan semut di lehernya atau lebih tepatnya nyamuk.
Bukan nya menangkap nyamuk tersebut dia justru mengibaskan tangan nya untuk mengusir nyamuk tersebut, dan tingkahnya itu berhasil menarik perhatian dari sang ayah angkat yang kemudian mengangkat wajahnya. Menatapnya dengan wajah datar yang di hiasi oleh keheranan.
"Apa yang kau lakukan?"
"Mengusir nyamuk."
"Hanya mengusir? Kenapa tidak di bunuh saja?"
Taehyung berhenti mengusir nyamuk yang berterbangan di sekitarnya dan menaruh kedua tangannya di atas lututnya yang terlipat di depan tubuhnya. "Mereka hanya mencari makan, untuk apa aku membunuhnya?"
"Mereka sudah mengingitmu dan mengambil darah mu, tentu saja mereka harus mati."
"Yang mereka ambil tidak seberapa dengan apa yang ku miliki."
Namgil menepuk kening nya sendiri dan kembali menjatuhkan pandangan nya namun dengan tangan yang masih berada di keningnya, setelah bertahun-tahun pada akhirnya dia membuktikan sendiri bahwa seorang Putra Mahkota bahkan tak bisa membunuh seekor nyamuk sekalipun.
"Sungguh miris." Gumamnya putus asa.
"Bisa kita pulang sekarang?"
Teguran yang membuat Namgil kembali menjatuhkan pandangan nya terhadap putra angkatnya. "Aku tidak pernah mengajak mu, jika ingin pulang, pulang saja sendiri."
"Kalau begitu aku akan ikut dengan Abeoji malam ini."
Dahi Namgil seketika mengernyit, menatap tak percaya ke arah Taehyung. "Kau, ingin ikut dengan ku?" Ujarnya dengan penuh keraguan dan anggukan Taehyung sebagai jawaban nya.
Masih dengan dahi yang mengernyit, Namgil mengamati putra angkatnya tersebut. Memang akan lebih mudah jika pergi berdua, dengan begitu dia akan membawa lebih banyak malam ini.
Yang menjadi masalah adalah pemuda bernama Kim Taehyung yang kini duduk berhadapan dengannya pada dasarnya adalah Lee Taehyung, Bangsawan kelas atas yang begitu terhormat. Mungkinkah dia bersedia untuk menjadi seorang pencuri dan yang lebih membuat Namgil tak habis pikir adalah, bagaimana seorang pencuri menjalankan aksinya dengan mengenakan pakaian yang mencolok seperti yang di kenakan oleh Taehyung saat ini.
Sebenarnya hal yang wajar jika Taehyung tidak mengenakan pakaian serba hitam yang sama dengan nya, karna dia sendiri membiarkan Taehyung hidup seperti seorang Bangsawan. Namun kembali lagi pada tujuan nya datang kesana, hanya orang gila yang mencuri dengan mengenakan pakaian yang sangat mencolok seperti itu.
"Abeoji terlalu banyak berpikir malam ini, aku hanya akan berjalan di belakang Abeoji."
"Kau membuat ku gila." Gumam Namgil frustasi, dia kembali menggaruk kepalanya dan bukan hanya itu karna setelahnya dia beralih menggaruk wajah hingga telinga nya dan berakhir dengan tangan yang kemudian jatuh ke atas lututnya. Kembali di lihat nya putra angkatnya tersebut.
"Kau yakin ingin ikut?"
Taehyung mengangguk tanpa keraguan.
"Kau boleh ikut asal dengan satu syarat."
"Apa itu?"
"Apapun yang terjadi nanti, kau tidak boleh bertanya sebelum kita sampai di rumah. Mengerti?"
Taehyung mengangguk, baginya tidak ada bedanya dengan di peringatkan atau tidak karna selama ini diapun juga jarang bertanya pada Namgil karna kelakuan bar-bar sang ayah angkatnya tersebut.
Namgil menarik potongan kain hitam yang melingkar di lehernya lalu memberikan nya pada Taehyung yang menerimanya dengan raut wajah bertanya.
"Untuk apa ini?"
"Gunakan untuk menutupi wajah mu."
"Kenapa harus di tutup? Kita tidak ingin mencurikan?"
"Sssttt!" Namgil sekilas menaruh telunjuk nya di depan bibir.
"Bukankah sudah ku katakan, jika ingin ikut maka kau tidak boleh bertanya. Sekarang pakai saja atau pulang sana."
Tak lagi protes, Taehyung pun mengikatkan potongan kain hitam itu ke belakang kepalanya dan menutupi sebagian wajahnya. Menampakkan tatapan hangat yang sama sekali belum ternodai.
"Aigoo, apa yang salah dengan mata mu. lama-lama aku benar benar jadi gila karna di samping mu." Gerutu Namgil yang sempat mengalihkan pandangan nya, dia kemudian dengan cepat berbalik menatap Taehyung.
Sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Taehyung dan berujar dengan suara yang lebih pelan di bandingkan sebelumnya.
"Kajja!"
Taehyung mengangguk dan mengikuti pergerakan Namgil yang beranjak berdiri dengan hati-hati, keduanya pun menyusuri atap rumah dengan mengendap-endap seperti pencuri dan meski Taehyung merasa heran dengan apa yang di lakukan oleh ayah angkatnya tersebut namun dia tetap mengikui intruksi dari ayah angkatnya.
Menyusup ke dalam halaman rumah seseorang seperti pencuri tanpa ia ketahui bahwa kedatangan mereka ke sana memanglah untuk mencuri.
Namgil dengan ringan nya melompat ke bawah, begitupun dengan Taehyung yang langsung mengikuti di belakangnya. Keduanya kembali berjalan menyusuri halaman yang cukup gelap dengan sedikit pencahayaan dari api yang tidak di matikan di beberapa sudut bangunan, melangkah dengan hati-hati. Namun hal itu hanya berlaku untuk Namgil, karna Taehyung sendiri tampak berjalan dengan cara biasa. Begitu santai namun juga tak menimbulkan suara.
Hingga langkah keduanya terhenti di salah satu pintu ruangan yang terletak di bagian belakang rumah tersebut. Sedari tadi Taehyung ingin bertanya, namun tak memiliki kesempatan dan bahkan Namgil telah berhasil membuka pintu di hadapan mereka dan membimbing langkahnya untuk masuk ke dalam.
"Abeoji." Teguran pelan yang terabaikan ketika ia yang malah terlihat sibuk mencari sesuatu dalam ruangan yang mungkin bisa di sebut sebagai Gudang penyimpanan tersebut, di saat putra angkatnya menatapnya dengan bingung dan hanya mematung di dekat pintu yang sebelum nya ia tutup.
Taehyung tak bisa bereaksi apapun ketika melihat Namgil memasukkan sesuatu kedalam karung yang entah ia dapatkan dari mana, Taehyung merasa bahwa ini salah. Bukankah mereka sedang mencuri? Kenapa mereka harus mencuri? Bukankah ini tindakan kriminal? Sekelebat pertanyaan yang memburu untuk segera di di ucapkan, namun kebingungan telah mengambil alih tubuh serta pikiran nya sehingga ia hanya bisa menyaksikan aksi sang ayah angkat yang memasukkan beberapa barang ke dalam karung seakan itu adalah miliknya sendiri.
Tak butuh waktu lama hingga dua karung penuh berada di tangan Namgil, dia kemudian memberikan satu karung yang cukup berat kepada Taehyung.
"Kajja!"
"Abeoji, bukankah ini-"
"Kau ingat perjanjian awal bukan? kalau begitu diam dan ikuti aku!" Tandas Namgil yang tak ingin di bantah, dia menaikkan karung di tangan nya ke punggung nya.
"Kajja!"
Taehyung menghembuskan napas pasrahnya dan turut membawa karung itu di punggungnya, mengikuti langkah sang ayah angkat yang kembali menyusuri halaman belakang yang kosong.
Namgil kemudian melompat ke atas genteng dan mau tak mau Taehyung pun ikut melompat dengan mudah nya, tak perlu heran kenapa dia juga bisa melakukan nya mengingat selama dua tahun terakhir ini dia di didik habis-habisan oleh si Ungeom sehingga tembok setinggi dua meter pun tak akan mampu mengurung nya karna dia bisa melompatinya dengan tubuh nya yang begitu ringan.
Malam itu, untuk pertama kalinya Taehyung benar-benar meninggalkan gelar kebangsawanan nya ketika dia yang diam diam masuk ke dalam rumah orang dan mengambil barang tanpa izin.
Dan malam itu pula dia akan menemukan pelajaran baru untuk bisa membuatnya menemukan jati dirinya yang sebenarnya, malam itu. Sebuah tali transparan yang semakin kuat mengikat takdirnya dengan si Ungeom, akankah sang Ungeom luluh dengan putra dari musuhnya dan melupakan dendam lamanya? Atau justru sang Ungeom memiliki sesuatu yang tersembunyi dalam kebaikan yang ia tunjukkan. Adakah jalan lain menuju tahta selain kematian?
Selesai di tulis : 17.07.2019
Di publikasikan : 20.07.2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro