Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 104

    Guru Dong Il keluar dari Paviliun dan tepat setelah tangan nya berhasil menutup pintu, saat itu pula Helaan napas beratnya terdengar memenuhi udara kosong di sana. Dia kemudian memutuskan untuk kembali ke Paviliun nya setelah sang Rubah aman di tangan sang ayah.
    Dia hendak menuruni tangga, namun langkahnya terhenti tepat sebelum ia menginjakkan kakinya pada anak tangga saat pandangan nya menemui Yeon berdiri tepat di bawah tangga dengan penampilan yang sangat berbeda dari biasanya. Raut wajahnya tampak terkejut ketika ia menyadari pakaian yang di kenakan oleh Yeon, pakaian yang begitu familiar dalam ingatan nya.

    "Cenayang, kah?" Ujarnya tak percaya, dia kemudian melanglahkan kakinya menuruni anak tangga dan berhenti tepat di hadapan Yeon.

    "Ada seseorang yang tidak bisa kau temui di dalam sana. Ikutlah dengan ku! Ada hal yang ingin ku tanyakan padamu."

    Guru Dong Il kemudian berjalan melewati gadis muda itu yang terlihat begitu ragu, dia mengarahkan pandangan nya kembali pada pintu Paviliun sebelum akhirnya berbalik mengikuti langkah Guru Dong Il yang berjalan menjauhi Paviliun tempat dimana sang Rubah terlelap dengan kesakitan nya dalam rengkuhan hangat seorang ayah yang selalu ia rindukan.


Pangeran Yang Tersembunyi Joseon


    Fajar menyingsing, menghapuskan sisa-sisa keributan semalam dengan sinar hangat yang masuk kedalam Paviliun melalui celah-celah kecil yang terdapat pada jendela. Yeon, gadis itu telah kembali pada keadaan sebelumnya dimana ia yang hanyalah seorang Dayang muda. Menutupi identitas aslinya yang merupakan seorang Cenayang.

    Namun, kembalinya dirinya menjadi sosok Dayang muda tak mampu mengembalikan kesadaran dari sang Rubah yang tetap menutup kedua kelopak matanya yang terlihat sedikit basah dan hal itu semakin membuat keadaan nya jauh lebih menyedihkan di bandingkan sebelumnya.

    "Tidak apa-apa, semua sudah baik-baik saja. Naeuri bisa membuka mata Naeuri sekarang."

    Sebuah gumaman yang terdengar begitu lembut namun bukan berarti hanya dengan mendengar suara lembut itu mampu membuatnya kembali mendapatkan kesadaran nya.

    Pintu di belakang kembali terbuka dengan perlahan, dia pun segera bangkit dan memutar tubuhnya. Mendapati Guru Dong Il yang melangkahkan kakinya masuk namun hanya berdiri di depan pintu.

    "Nona, kau belum memakan apapun pagi ini. Keluarlah dan isi perut mu yang kosong!" Tutur Guru Dong Il.

    Yeon sekilas menundukkan kepalanya sebelum akhirnya berjalan menghampiri Guru Dong Il dan kembali menundukkan kepalanya sebelum melewati Guru Dong Il, Guru Dong Il pun sekilas menjatuhkan pandangan nya pada sosok Changkyun sebelum akhirnya mengikuti langkah Yeon untuk meninggalkan tempat tersebut dan menutup pintu dari luar.

    Suasana pagi yang cukup tenang, ketika Gwansanggam telah menyembunyikan kehidupannya. Selepas perginya kedua orang tersebut, kelopak mata itu perlahan terbuka dan seiring dengan penglihatan nya yang kembali berfungsi dengan normal.
 
    Saat itu pula air yang sempat menggenang di pelupuk matanya kemudian terjatuh dengan begitu mudah nya. Perasaan asing yang sempat membuat nya tenang, sedikit kesadaran yang belum kembali mempertanyakan sesuatu yang hanya bisa di rasakan oleh batin nya namun tidak dengan penglihatan nya. Siapakah sosok yang datang dan menyelamatkan nya dari kematian semalam?.

    "Abeoji." Sebuah gumaman yang berhasil lolos dari bibirnya yang begitu kering dan kembali meloloskan air mata dari sudut matanya.


Pangeran Yang Tersembunyi Joseon


    Setelah meninggalkan Paviliun untuk beberapa saat, pada akhirnya Yeon kembali ke Paviliun. Di bukanya pintu Paviliun tersebut dan sedikit terkejut ketika tak mendapati Changkyun berada di tempat tidurnya lagi.
    Dengan segera ia berjalan masuk dan mengarahkan pandangan nya ke setiap sudut hingga pandangan nya menangkap sosok Changkyun yang kembali duduk di sudut ruangan seperti kemarin.

    Terdapat perasaan lega ketika ia melihat Changkyun masih berada di dalam ruangan tersebut, diapun segera menutup pintu dari dalam dan bergegas menghampiri Changkyun dengan langkah tanpa suaranya. Namun tepat beberapa langkah saat ia hampir menjangkau tempat Changkyun, sang Rubah itu perlahan membuka matanya yang sebelumnya menutup dengan damai.

    Kepala yang sebelumnya menyandar dengan lemah, sedikit terangkat untuk bisa mempertemukan pandangan nya dengan sosok gadis yang ia kira hanya datang dalam mimpinya karna saat ia membuka mata ia tak mendapati gadis itu berada lagi di samping nya.

    Yeon kemudian menjatuhkan kedua lututnya di hadapan Changkyun dan dengan begitu akan lebih mudah bagi Changkyun untuk bisa melihat wajah nya pagi itu. 

    "Kenapa Naeuri duduk di sini?"

    "Aku hanya ingin."

    "Tubuh Naeuri belum sanggup, kenapa harus di paksakan?"

    Seulas senyum tipis yang begitu lemah kemudian terlihat di kedua sudut bibir Changkyun seiring dengan matanya yang sekilas tertutup dengan pelan sebelum kelopak mata itu kembali terbuka dan kembali melihat sosok gadis muda di hadapan nya, tatapan sayu yang mengamati dengan seksama wajah yang mengalami perubahan sejak pertemuan terakhir mereka.
    Namun sang gadis harus kembali berucap ketika ia yang merasa tak nyaman saat Changkyun terus memperhatikan nya tanpa mengucapkan sepatah katapun meski ia sendiri tahu bahwa sangat sulit bagi Changkyun untuk melakukan nya.

    "Adakah sesuatu yang ingin Naeuri katakan?"

    "Yeon." Sebuah gumaman yang keluar seiring dengan napas beratnya.

    "Ye."

    "Aniya, aku hanya ingin memanggil mu." Sudut bibir itu kembali terangkat dengan begitu berat.

    "Duduk seperti ini hanya akan memberatkan tubuh Naeuri."

    "Semalam." Ujar Changkyun tiba-tiba seakan ingin menyergah ucapan Yeon sebelumnya, dan kata 'Semalam' itu berhasil membuat raut wajah Yeon sedikit menegang.
    Namun dia bisa bernapas lega setelah mendengar perkataan Changkyun berikutnya, karna apa yang di katakana Changkyun sangat jauh berbeda dengan apa yang tengah ia pikirkan.

    "Ada orang asing di sini."

    Pernyataan yang membuat Yeon kembali teringat akan perkataan Guru Dong Il yang mengatakan bahwa ada seseorang yang tidak bisa ia temui tengah berada di sana malam tadi.

    "Siapakah orang asing yang sedang Naeuri bicarakan?"

    Changkyun menggeleng lemah dengan mata yang sekilas tertutup dan terbuka kembali. " Aku tidak tahu, tapi aku merasakan nya. Dia datang Bersama dengan Guru Dong Il."

    "Jika memang seperti itu, maka Naeuri harus menanyakannya langsung kepada Guru Dong Il."

    "Orang tua itu selalu mempersulit ku setiap kali aku bertanya."

    "Jika begitu, tunggulah hingga orang asing tersebut kembali datang menemui Naeuri."

    "Aku meragukan hal itu. Aku sudah lelah sekarang, aku ingin segera menemui Tuan ku." Ujarnya dengan deru napas yang memberat seiring dengan kedua kelopak matanya yang perlahan tertutup.

    Yeon tak memberi respon apapun, karna ia tahu bahwa Changkyun tidak tertidur. Dia masih terjaga, tapi mungkin ia merasa lebih baik ketika kelopak matanya tertutup sedangkan di sisi lain tepat di bagian luar Paviliun.
    Kim Namgil mendengarkan semua yang baru saja di bicarakan oleh keduanya di saat ia sendiri yang hanya mampu berdiri membelakangi tembok yang di gunakan oleh tubuh lemah Changkyun untuk bersandar.

    Sorot mata yang tak pernah meredup dari semalam, menunjukkan bahwa ia benar-benar marah kali ini. Memikirkan nasib buruk yang akan menimpa putra bungsunya, di balik ketenangan nya tersebut dia berpikir keras bagaimana caranya untuk bisa menyelamatkan sang putra dari kutukan Cenayang biadap tersebut.
    Melakukan cara yang sama seperti saat mereka menyelamatkan Taehyung? Mustahil! Bahkan Tabib itu telah pergi terlalu jauh dan tidak pernah lagi terdengar kabar sejak satu tahun terakhir ini, lagi pula tak semua orang bisa selamat setelah meminum ramuan yang di minum oleh Taehyung malam itu. Ramuan yang menghentikan detak jantung seseorang untuk sesaat, namun dari sepuluh orang  yang pernah mencobanya, dua di antaranya berhasil selamat dan salah satu dari kedua orang tersebut tidak lain adalah Taehyung sendiri.

    "Di bandingkan dengan berdiam diri seperti ini," Sebuah teguran yang datang dari arah samping dan mengalihkan perhatian nya, di lihatnya Guru Dong Il yang datang menghampirinya dan bukan hanya dia seorang melainkan kedua Guru Besar Gwansanggam yang lain nya yang kemudian sekilas menundukkan kepala mereka ketika berhadapan dengan nya.

    ",akan lebih baik jika Tuan Ungeom bersedia untuk menemui Pangeran secara langsung." Ujar Guru Dong Il yang melanjutkan perkataan nya sebelumnya, namun sepertinya Namgil tak tertarik untuk merespon nya.

    "Sudah cukup lama kita tidak bertemu, bagaimana kabar Tuan Ungeom sekarang?" Guru Kiseung bersuara dan memberi kata penyambutan yang tak seharusnya di dapatkan oleh seoraang pengkhianat sepertinya.

    "Aku bukanlah orang yang perlu kalian Agungkan, berhenti menggurui ku karna aku bukan murid kalian." Sarkas Namgil dengan pembawaan yang begitu tenang tanpa menghilangkan sikap dingin nya dari raut wajah nya dan hal itu pula yang membuat sudut bibir Guru Heojoon terangkat keatas.

    "Masih sama rupanya, jika tidak ingin. Kau bisa pergi ke tempat yang lebih bagus lagi sebelum seseorang menyadari bahwa si Ungeom telah kembali." Ujar Guru Heojoon yang kemudian saling beradu pandang dengan tatapan dingin milik Namgil.

    "Utusan dari Paviliun Baginda Raja pasti akan segera datang kemari, akan lebih baik jika kau segera pergi dari sini." Guru Heojoon kemudian berjalan meninggalkan ketiganya.

    "Mohon agar Tuan Ungeom mengikuti ku." Ujar Guru Dong Il yang kemudian menyusul kepergian Guru Heojoon sebelumnya dan mau tidak mau Namgil pun mengikuti langkah Guru Dong Il dan di susul oleh Guru Kiseung di belakang nya, meninggalkan putranya yang menunggu kedatangan nya dalam keputus-asaan.

    "Setidaknya izinkan aku melihat wajah mu sebelum aku  pergi, Abeoji."


Selesai di tulis : 02.07.2019
Di publikasikan : 06.07.2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro