
Lembar 091
Music On!!!
Hari yang kembali terlewati, Kim Namgil terlihat tengah mondar-mandir di kediaman Menteri Park. Pasalnya sejak pulang pagi tadi dia sama sekali belum mengetahui keberadaan Taehyung, hampir semua ruangan telah ia datangi dan hingga detik ini dia tidak bisa menemukan keberadaan anak angkat nya tersebut.
"Kemana anak itu pergi?" Kesalnya namun di sisi lain dia merasa khawatir, khawatir karna hingga detik ini Lee Jeon masih mengirim orang-orang nya untuk mencari keberadaan Taehyung.
"Ya! Kim Taehyung.... Kau tidak ada di rumah?" Lantang nya meski dia sudah tahu bahwa Taehyung tidak ada di sana.
Dengan kesal ia pun menuruni tangga sembari menggerutu. "Awas saja jika sampai terjadi sesuatu padamu, akan ku patahkan kaki mu."
Dia berjalan menyusuri halaman dan langkahnya terhenti ketika salah seorang pekerja di sana menegurnya.
"Tuan Kim."
Namgil menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah sumber suara berasal. "Ada apa?" Tanyanya yang seperti biasa tampak tak perduli.
"Apa Tuan mencari Tuan Muda Kim?"
"Benar, kau tahu kemana perginya anak itu?"
"Ye, sebelum Tuan Muda Kim pergi beliau menitipkan pesan. Jika Tuan mencarinya dia pergi ke sungai di tengah hutan."
"Eish... Anak itu, apa yang sebenarnya dia lakukan di sungai?" Gerutunya yang langsung meninggalkan pekerja tersebut, berjalan dengan langkah lebar yang terlihat begitu buru-buru.
"Lama-lama ku tenggelamkan anak itu."
Pekerja yang sebelumnya, hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar gerutuan Namgil yang mengiringi langkahnya.
Pangeran Tersembunyi Joseon
Semilir angin yang melembutkan tatapan nya, aliran sungai yang membersihkan kakinya. Lagi, untuk hari ini Taehyung kembali ke tempat yang sama, tempat yang mungkin akan membuatnya mendapatkan ketenangan, tempat yang menjadi peraduan akan keinginan hatinya untuk segera pulang.
Pandangan nya yang semula hanya tertuju ke alam perlahan jatuh pada air yang mengalir di sekitarnya, dia kemudian merendahkan tubuhnya untuk berjongkok namun saat itu juga sebuah batu seukuran kepalan tangan orang dewasa melewati tepat di atas kepalanya dan jatuh tepat di hadapan nya dan hal itu sedikit menarik perhatian nya.
Dalam posisinya yang berjongkok di sedikit membalik tubuhnya, mencari seseorang yang telah melempar batu ke arah nya, karna sedikit saja dia terlambat bergerak mungkin saja batu itu akan mengenainya dan saat itu pandangan nya menemukan sang ayah angkat yang berjalan ke arah sungai sebagai terduga pelemparan batu sebelumnya. Namgil menghentikan langkahnya di tepi sungai dan melihat apa yang tengah di lakukan oleh anak angkatnya di tengah aliran sungai dengan tatapan malas nya.
"Apa yang kau lakukan di sana? Kau bukan ikan, kenapa selalu berdiri di tengah sungai setiap hari?" Ujarnya dengan nada bicara yang meninggi, seakan itu adalah cara terbaik untuk berbicara dengan putra angkat nya.
"Abeoji bisa datang dengan baik-baik, kenapa selalu datang dengan cara yang tidak biasa?" Protes Taehyung secara halus di saat ia sendiri tampak masih enggan untuk berdiri.
"Lain kali aku akan datang dan memenggal kepala mu." Acuh Namgil.
"Apa yang kau lakukan di sana? Mencari ikan? Jika ingin ikan kau bisa membelinya di pasar, kenapa malah mencari di sungai?"
"Abeoji tidak pernah memberi ku uang, bagaimana aku bisa membeli ikan?"
"Kau bilang apa?"
Seulas senyum yang kemudian menghiasi kedua sudut nya, dia segera berdiri dan melarikan diri ketika Namgil mencari sesuatu dan hendak melempari nya lagi.
"Ya!!! berhenti kau... Kau sudah bosan hidup?" Geram Namgil, namun tawa yang sempat ia lihat membuat sudut bibirnya terangkat.
Taehyung melarikan diri sembari membawa tawa kecil nya yang kemudian menyisakan senyum lebarnya ketika ia mencapai tepi sungai yang berseberangan dengan Namgil, dan saat itu pula senyum yang sempat menghiasi wajah Namgil tiba-tiba menghilang dan di gantikan oleh raut wajah kesal nya ketika Taehyung mengarahkan pandangan nya padanya.
"Apa yang kau lakukan? Kembali kemari!"
"Jika aku kembali, Abeoji pasti akan memukul ku."
Namgil mendengus sebal. "Aish... Kau ini, aku ingin pergi kau ikut tidak?"
Senyum di wajah Taehyung tiba-tiba menghilang dan di gantikan oleh raut wajah bertanya, pasalnya selama ini Namgil tidak pernah mengajak nya setiap kali ia bepergian.
"Kemanakah Abeoji ingin pergi?"
"Kemanapun aku pergi bukan urusan mu, jika kau tidak mau aku akan pergi sendiri."
Mendengar hal tersebut pun Taehyung kembali menyeberangi aliran sungai dan berjalan mendekat ke tempat Namgil, namun satu pukulan di kepalanya dia dapatkan tepat setelah ia berdiri di hadapan ayah angkat nya tersebut.
"Berani mempermainkan ku lagi, aku akan benar-benar menggantung mu."
"Kemana Abeoji ingin pergi?"
"Tidak usah bertanya. Jika mau ikut, ikut saja."
Namgil berbalik dan berjalan terlebih dulu, Taehyung pun kemudian mengikuti langkahnya tanpa tahu kemana ayah angkatnya akan membawanya pergi. Kemana pun itu tidak masalah bagi Taehyung karna dia sudah menaruh kepercayaan terhadap ayah angkatnya yang penuh dengan kemisteriusan tersebut.
Setelah berjalan cukup jauh, mereka kembali ke perkampungan dan masih dalam suasana yang begitu hening Taehyung masih setia berjalan mengekori Namgil yang kemudian menghentikan langkah nya tepat di samping seekor kuda. Dia pun berbalik menghadap anak angkatnya yang terlihat kebingungan.
"Ambil kuda mu!." Ujar nya sembari menggunakan dagunya sebagai isyarat agar Taehyung mengambil kuda satunya lagi yang berada tidak jauh dengan kuda yang kini berada di samping nya.
"Kenapa harus memakai kuda? Apa kita akan pergi jauh?"
"Kau ini, sudah ku bilang jangan bertanya. Jika kau tidak ingin ikut, pulang saja ke rumah."
Sejak dulu Taehyung selalu ingin menghela napasnya ketika menghadapi sikap Namgil yang seenak nya, namun sayang nya hingga kini yang di lakukan nya hanyalah menurut dan menjadi anak yang baik. Dia pung berjalan ke arah kuda yang di maksud oleh Namgil dan melepaskan tali yang mengikatnya di pohon.
"Jangan sampai tertinggal jika tidak ingin tersesat."
Taehyung sekilas mengarahkan pandangan nya pada Namgil yang sudah berada di atas kuda, dia pun menaiki kudanya sendiri tanpa ada protes sedikit pun yang mampu keluar dari mulut nya.
Keduanya pun menjalankan kuda mereka masing-masing dan kembali menjauhi perkampungan, menyusuri hutan dengan kuda mereka yang berlari dengan cepat seakan ingin mendahului satu sama lain. Hingga Namgil yang tiba-tiba menghentikan kudanya setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh sebelumnya, melihat hal tersebut Taehyung pun menghentikan kuda nya dan ikut turun.
Dia membawa kuda nya mendekati Namgil yang tengah mengikat kuda nya sendiri. "Apa Abeoji ingin menemui seseorang?"
"Kapan aku mengatakan bahwa aku ingin menemui seseorang?" Acuh Namgil yang tengah sibuk mengikat kudanya.
"Bukankah ini terlalu jauh dari desa?" Taehyung mengarahkan pandangan nya ke sekeliling dan tak mendapati apapun kecuali hanya pohon-pohon besar yang menjulang ke langit.
"Ikat kuda mu di sana! Jangan sampai lepas atau kau akan pulang dengan berjalan kaki."
Taehyung pun menuruti perkataan Namgil karna bertanya sebanyak apapun sepertinya Namgil tidak berniat untuk menjawab pertanyaan, Dia pun mngikat kudanya tidak jauh dengan kuda milik Namgil dan setelah mengikatnya dengan benar, seulas senyum itu kembali mengembang di sudut bibirnya ketika tangan nya mengelus kepala kuda tersebut dan hal itu di saksikan oleh Namgil yang memperhatikan nya dalam diam.
"Kenapa kau sangat berbeda dengan ayah mu?" Batin nya yang kemudian memalingkan wajah nya, merasa enggan untuk mengungkit luka lama di saat pemuda di hadapan nya justru membuat nya semakin mengingat lukanya.
Dia kemudian berjalan ke arah saalah satu pohon dan duduk bersadar di bawah pohon yang cukup rindang, namun perhatian nya kembali tertuju pada putra angkatnya yang sama sekali belum beranjak dari tempatnya.
"Ya! Mau sampai kapan kau di situ? Sadarlah, itu bukan Hwagoon Agassi."
Seketika raut wajah Taehyung berubah menjadi datar ketika ia melihat ayah angkatnya yang berucap dengan raut wajah tanpa dosa.
"Kemarilah!."
Taehyung kemudian berjalan menghampiri Namgil dengan raut wajah yang terlihat sedikit kesal, entah karna Namgil menggodanya atau karna Namgil menyamakan Hwagoon dengan seekor kuda.
"Ya! Berhenti di situ, ambil bekalnya di kuda ku!."
Masih dengan mulut yang terkatup rapat, Taehyung mengambil sebuah bingkisan kain hitam yang menggantung pada tubuh kuda tersebut dan kembali berjalan ke arah Namgil, dia menaruh bingkisan tersebut tepat di hadapan Namgil sebelum akhirnya duduk di samping ayah nya tersebut yang ternyata tengah memperhatikan wajah nya sedari tadi dan hal itu sempat membuat keduanya saling bertemu pandang sebelum akhirnya Taehyung lah yang memalingkan wajah nya dengan cepat. membuat Namgil tersenyum lebar dan kembali berniat menggoda putra angkat nya yang terlihat sedikit kesal karna tidak biasanya putra angkatnya itu menunjukkan kekesalan pada raut wajah nya.
"Kenapa? Kau marah?"
"Tidak." Acuh Taehyung.
Jawaban singkat yang membuat Namgil tertawa ringan. "Kau baru bisa marah setelah aku menyamakan Hwagoon dengan kuda, asal kau tahu. Gadis itu bisa lebih liar dari pada kuda."
"Hwagoon Agassi adalah seorang wanita, bukan nya seekor kuda."
Jawaban kedua yang lebih panjang dan kembali membuat Namgil tertawa, dia pun membuka bekal mereka meski Taehyung tidak tahu bahwa Namgil sudah mempersiapkan nya sebelumnya. Namgil kemudian mengambil dua nasi kepal dan memberikan nya pada Taehyung yang mau tidak mau harus melihat ke arah nya.
"Ini, makanlah! Setelah itu kita lanjutkan perjalanan."
"Apa tempat nya masih jauh?" Tanya Taehyung sembari menerima nasi kepal tersebut dengan kedua tangan nya, sedangkan Namgil mengambil jatah nya sendiri.
"Jauh atau tidak, kita tentukan saja setelah sampai di sana." Acuh Namgil dan kemudian menyuapkan nasi kepal di tangan nya ke mulut nya.
Taehyung pun memilih acuh dan memakan nasi kepal di tangan nya, dia sempat tersenyum sekilas ketika melihat nasi kepal di tangan nya. Setidak nya ada begitu banyak pelajaran yang bisa ia dapatkan di sana dan tidak mungkin bisa di dapatkan nya di dalam Istana, seperti layaknya nasi kepal di tangan nya, dia tidak akan mungkin merasakan nya jika tetap berada di dalam Istana. Setidaknya dengan kehilangan identitasnya sebagai keluarga kerajaan, dia bisa mengerti tentang perjuangan rakyat untuk bertahan hidup.
"Kenapa tidak di makan? Kau sudah bosan?" Tegur Namgil yang melihat Taehyung terdiam untuk waktu yang cukup lama.
Taehyung menggeleng dan segera memakan nasi kepal di tangan nya. "Jika ada lagi, aku masih sanggup untuk menghabiskan nya."
"Cih, dasar serakah." Cibir Namgil, namun tak bisa di pungkiri bahwa sudut bibirnya terangkat ketika ia memalingkan wajah nya.
Selesai di tulis : 25.05.2019
Di publikasikan : 28.05.2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro