Lembar 072
Music On!!!
Namgil kembali menapakkan kakinya di halaman Kediaman Ketua Park dan secara tidak sengaja menemukan Hwagoon yang berjalan di teras Rumah sembari membawa nampan yang entah apa isinya dan masuk ke ruangan di mana terakhir kali dia melihat Taehyung, terlintas di pikiran nya tentang kemungkinan bahwa Ketua Park telah memberitahukan yang sebenarnya kepada Hwagoon. Tapi haruskah secepat itu? bahkan dia tidak yakin dengan kondisi Taehyung mengingat siapa orang yang telah mengirim kutukan tersebut.
"Kau sudah datang?"
Sebuah teguran yang akhirnya membuyarkan pikiran nya, dia mengarahkan pandangan nya kepada Ketua Park yang tengah menghampiri nya.
"Apa Tabib itu sudah kembali?"
Ketua Park menggeleng putus asa. "Tempat yang dia tuju cukup jauh, mustahil dia akan kembali dalam waktu yang singkat."
Namgil mengalihkan pandangan nya dan terlihat seperti tengah mempertimbangkan sesuatu, sebelum akhirnya suara Ketua park kembali mengalihkan perhatian nya.
"Apa yang kau bawa dari tempat itu?"
"Kita bicarakan di dalam."
Penantian Panjang Gyeongbok-gung
Hwagoon kembali memasuki kamar di mana Taehyung berada, dia menjatuhkan kedua lututnya tepat di samping Taehyung dan menaruh nampan yang terdapat sebuah baskom kecil yang berisi air di atasnya, dan juga sehelai kain, dia kemudian mencelupkan kain tersebut ke dalam baskom dan memerasnya, lalu menggunakan nya untuk membersihkan tangan Taehyung tanpa ada rasa khawatir bahwa Taehyung akan terbangun dengan tiba tiba. Karna sejak kemarin hingga sekarang, mata itu tidak pernah terbuka lagi sedikit pun.
Hwagoon tidak tahu penyakit apa yang di derita oleh Taehyung yang sebenarnya, bahkan dia tidak mengenal siapa Taehyung sebenarnya. Namun, perasaan iba itu muncul setiap kali ia mendapati Taehyung yang sama sekali tidak bergerak, bahkan napasnya terdengar begitu lemah.
Hwagoon membalik punggung tangan Taehyung, dan membasuh telapak tangan Taehyung menggunakan kain basah di tangan nya. Sedikit harapan yang tersirat dalam sentuhan tangan nya pada tangan lemah yang kini berada di genggaman nya, dia ingin mata itu terbuka dan memulai pembicaraan dengan nya meski mungkin hanya akan ada kecanggungan di antara keduanya jika hal itu sampai terjadi.
Selesai dengan kedua tangan Taehyung, Hwagoon beralih ke wajahnya. Namun pergerakan nya terhenti ketika matanya tidak sengaja menangkap sesuatu yang sangat menganggu penglihatan nya, dia pun menarik kembali tangan nya yang hampir menjangkau wajah Taehyung dan menaruh kain yang berada di tangan nya di atas nampan.
Dia kemudian kembali mengarahkan pandangan nya pada Taehyung, atau lebih tepatnya pada bahu Taehyung. Tatapan nya sedikit meragu ketika ia sekilas melihat wajah Taehyung, takut takut jika Taehyung tiba tiba saja terbangun saat ia bertindak yang tidak tidak terhadap nya. Namun karna rasa keingintahuan nya tersebut, Hwagoon tak ambil pusing.
Perlahan dia menyibakkan selimut yang hampir menutupi bahu Taehyung dan setelahnya, bisa di lihat bekas darah yang merembes pada pakaian yang ia kenakan. Untuk beberapa saat Hwagoon terdiam namun sepertinya di dalam kepalanya dia tengah berpikir keras, dan pemikiran nya terhenti setelah ia mengarahkan pandangan nya pada wajah Taehyung.
Hwagoon perlahan mencondongkan tubuhnya dan mendekatkan wajah nya pada wajah Taehyung dengan menahan helaian rambutnya agar tak mengenai wajah Taehyung, terdiam memperhatikan wajah Taehyung dalam jarak sedekat itu untuk sepersekian detik. Dan entah apa yang di pikirkan oleh nya, tiba tiba saja dia meniup wajah Taehyung, kemudian mengulas senyum lebar ketika Taehyung tak bereaksi sama sekali.
"Aku... bukannya ingin bersikap kurang ajar terhadap Naeuri, hanya saja... bisakah Naeuri menginzinkan ku untuk melihat nya."
Mengakhiri monolognya, Hwagoon menarik tubuhnya dan menfokuskan pandangan nya pada bahu Taehyung. perlahan tangan nya tergerak dan menyentuh pakaian yang di kenakan oleh Taehyung dengan sedikit ragu, namun di detik selanjutnya dengan lancang nya dia membuka kain yang menutupi bahu Taehyung dengan hati hati dan matanya membulat seketika saat mendapati luka yang berada pada bahu Taehyung.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
Penantian Panjang Gyeongbok-gung
Namgil dan Ketua Park duduk berhadapan di sebuah ruangan dengan meja kecil yang menjadi pembatas antara keduanya, dan tanpa basa basi Ketua park yang seakan tak ingin menunda apapun segera bertanya langsung pada Namgil.
"Jadi bagaimana? Apa yang sedang terjadi di dalam Istana?"
"Konspirasi."
Ketua Park menatap tak percaya ke arah Namgil, merasa hal yang di katakan Namgil barusan merupakan hal yang tidak masuk akal.
"Apa yang kau maksud dengan konspirasi? Apa maksud mu bahwa semua ini di sengaja?"
"Putra Mahkota di turunkan dari tahta karna sakit keras, dan Pangeran Jungkook tiba tiba naik tahta untuk menggantikan Putra Mahkota."
Ketua Park terdiam, tampak belum mengerti apa yang di maksud oleh Namgil sebenarnya. Meski begitu, lalu apa hubungan nya dengan konspirasi yang melibatkan seorang Cenayang yang pernah bekerja di Seongsucheong?.
"Aku tidak tahu apakah ini bisa di sebut dengan sebuah konspirasi atau tidak. Tapi jika ini benar, kenapa seorang Cenanyang Seongsucheong ikut campur dalam hal ini?"
Sependapat dengan Ketua Park, Namgil menyampaikan kebingungan yang juga di rasakan oleh Ketua Park.
"Mungkinkah dia melakukan nya karna menaruh dendam terhadap Yang Mulia Raja?"
"Jika pun benar, tidak ada untung nya dia menyerang anak itu. Karna pada akhirnya Pangeran Jungkook yang akan tetap menaiki tahta sebagai Putra Mahkota yang baru, jika dia menaruh dendam pada orang itu seharusnya dia tidak perlu berbasa basi seperti ini."
Di saat amgil tengah berbicara, disaat itu pula Ketua Park sibuk akan pemikiran nya sendiri dan setelah beberapa saat matanya tiba tiba terbelalak seperti tengah tersentak akan pemikiran nya sendiri.
"Tunggu sebentar."
Ketua Park mengangkat pandangan nya dan mempertemukan nya dengan tatapan namgil. "Bukankah kau mengatakan sebelum nya, bahwa Pangeran telah naik tahta. Bagaiamana jika itu yang sebenarnya di rencanakan oleh Cenayang itu."
Sorot mata Namgil tiba tiba menajam seakan dia telah menemukan jawaban yang sama dengan Ketua Park.
"Apa maksud Hyeongnim, bahwa Cenayang itu telah bergabung bersama Klan Heo?"
Keduanya terdiam, sama sama mencari jawaban atas pertanyaan yang begitu masuk akal.
"Entah benar atau tidak nya hal itu, kita belum tahu pasti jawaban nya. Namun jika benar tujuan dari Cenayang itu adalah untuk membuat Pangeran Jungkook naik tahta, sangat tidak masuk akal jika dia melakukan nya atas keinginan nya sendiri."
Saat itu juga kedua tangan Namgil yang berada di atas lututnya mengepal kuat seakan ia yang tengah mengutuk tindakan Cenayang biadap tersebut.
"Satu satunya jalan dari masalah ini adalah dengan memastikan nya sendiri keberadaan Cenayang biadap itu."
Geram Namgil dan Ketua Park yang mengerti jalan pikiran Namgil segera mencegah sebelum Namgil benar benar bertindak nekad untuk mendatangi Kediaman pimpinan dari Klan Heo yang tidak lain adalah Menteri Perdagangan Heo Junhoo.
"Jangan bertindak gegabah, jika kau muncul di hadapan mereka. Kau hanya akan mengungkit luka lama, pikirkanlah nasib putra mu yang masih berada di dalam Istana."
Namgil mengangkat pandangan nya dan mengarahkannya kepada Ketua Park setelah sempat tersentak dengan ucapan Ketua Park sebelumnya.
"Apa yang Hyeongnim maksud?"
"Putra bungsu mu. Kim Changkyun, sampai saat ini kemungkinan besar dia masih berada di dalam Istana."
"Dari mana Hyeongnim tahu tentang hal itu?"
Selidik Namgil mengingat bahwa sebelumnya dia sempat mendengar bahwa Taehyung pun menyebut kan nama Changkyun.
"Aku melihatnya sendiri ketika aku mengunjungi baginda Raja, anak itu. Dia begitu dekat dengan Putra Mahkota."
Namgil terdiam, bukannya ingin menyangkal namun tengah memikirkan apa yang baru saja di katakan oleh Ketua Park.
"Apa kau pernah mendengar bahwa Putra Mahkota Joseon memiliki seekor Rubah kecil yang selalu berada di samping nya?"
Pandangan Namgil yang sempat terarah ke alntai, perlahan kembali tertuju pada Ketua Park seiring dengan jawaban yang di berikan oleh Ketua Park terhadap pertanyaan nya sendiri.
"Dialah putra mu. Kim Changkyun."
Jemari Namgil terlihat bergerak gugup menandakan bahwa dia benar benar terkejut, apakah itulah alasan kenapa hingga saat ini dia tidak pernah bisa menemukan keberadaan putra bungsunya di saat dia selalu rutin mengunjungi makam Ibu nya.
Namgil kembali memalingkan pandangan nya, bukan menyangkal namun terdapat sedikit penyesalan dan juga rasa bersyukur. Bersyukur karna Changkyun mungkin dalam keadaan baik baik saja dan menyesal karna tidak bisa menjadi sosok seorang Ayah yang bisa menjadi panutan nya.
"Dia banyak menderita karna ulah mu."
Namgil kembali mempertemukan pandangan keduanya dengan tatapan yang telah kembali ke sedia kala, tampak begitu tidak perduli dengan keadaan di sekitar nya.
"Jika Hyeongnim bemaksud mengungkit luka lama, aku pun memiliki hak untuk segera mengkahiri penderitaan anak itu."
Sebuah ancaman bernada santai yang membuat Ketua Park bimbang akan pendirian Namgil, dia yang bersikeras menyelamatkan Taehyung. Mungkinkah dia akan benar benar membunuh nya hanya karna dendam nya terhadap Ayah dari Taehyung.
"Anak itu tidak tahu apa apa-"
"Karna tidak tahu, akan lebih baik selamanya dia tidak tahu."
Ketua Park terdiam ketika tak mampu lagi menyanggah perkataan Namgil.
"Agassi, apa Hyeongnim telah mengatakan semuanya kepadanya?"
"Tidak, aku pikir akan lebih mudah jika dia tidak tahu kebenaran nya."
Namgil menyunggngkan senyumnya. "Orang itu sedang mengirim Prajurit secara diam diam untuk mncari anak itu, pastikan bahwa mereka tidak menemukan nya."
Namgil kemudian beranjak dan hendak berjalan keluar, namun dia terhenti tepat saat langkahnya hampir mejangkau pintu.
"Kenapa? Kau sangat membenci Ayah nya, lalu kenapa-"
"Kau tahu iblis seperti ku bisa melakukan apapun sesuka ku."
Perkataan dingin Namgil yang sempat menghentikan perkataan Ketua Park, dan tepat setelah mengatakan hal tersebut. Namgil benar benar meninggalkan ruangan itu dan menyisakan pertanyaan di dalam hati Ketua Park tentang apa yang sebenarnya telah ia rencanakan. Karna memang benar bahwa seorang Kim Namgil benar benar tidak bisa di tebak, hari ini dia menyelamatkan seekor rusa dan bisa saja besok dia sendiri yang akan menebas kepala rusa tersebut.
Sebuah pemikiran yang kemudian membuat nya khawatir tentang nasib Taehyung maupun putrinya.
Namgil menutup pintu dari luar dan kembali melangkahkan kakinya mrnyusuri teras Rumah dengan langkah kaki tanpa suara, dia kemudian berhenti tepat di salah satu pintu yang tidak lain adalah tempat dimana Taehyung berada. Mengingat bahwa di dalam masih ada Hwagoon, Namgil sengaja membuka pintu dengan pelan layaknya seperti seorang penguntit yang takut ketahuan.
Namun kedua alisnya saling bertahutan ketika ia melongokkan kepalanya kedalam dan mendapati apa yang kini tengah di lalukan oleh Hwagoon. Entah mungkin karna memang sifat aslinya, sedikit pikiran kotor hinggap di otaknya ketika melihat Hwagoon menarik pakaian yang menutupi bahu Taehyung dan saat itu lah senyum iblisnya tersungging seakan tengah mendapatkan mangsa baru untuk di hasut.
Dia kemudian melangkahkan kakinya masuk. "Apa yang sedang kau lakukan?"
Suara yang sengaja di buat buat begitu tegas yang pada akhirnya membuat Hwagoon mematung di tempat untuk sepersekian detik, sebelum dia menolehkan kepalanya dengan perlahan dan melebarkan senyumnya ketika mendapati Namgil yang menatap nya dengan penuh selidik.
"Ahjussi, kenapa tidak bilang jika ingin masuk."
"Memangnya kenapa aku harus mengatakan dulu jika aku ingin masuk?"
Respon santai Namgil membuat Hwagoon tertawa canggung dan ketika Namgil menutup pintu saat itu juga dengan gerakan cepat Hwagoon merapikan kembali baju Taehyung dan membenahi posisi duduk nya di saat Namgil sendiri tengah berjalan ke arah nya.
Namgil berjalan melewati Hwagoon dan kemudian memposisikan dirinya setengah tidur tepat di samping Taehyung dengan tangan yang menyangga kepalanya dengan tatapan yang menatap ke arah Hwagoon yang tampak begitu gusar.
"Apa yang baru saja kau lakukan?"
Hwagoon menghindari tatapan Namgil, dia sekilas menggaruk tengkuknya dan tampak gelisah.
"Aku.... Aku hanya membersihkan wajah Naeuri."
Kedua alis Namgil terangkat ke atas tampak sekali di wajahnya bahwa dia sedang berniat untuk menggoda putri semata wayang Ketua Park tersebut.
"Benarkah hanya sekedar wajah nya?"
Kedua pipi Hwagoon terasa memanas seperti akan terbakar dan perlahan dia memberanikan diri untuk menatap wajah Namgil dan berujar dengan gugup.
"Te-tentu hanya wajah nya, memang nya apalagi."
"Apa lagi?" Namgil menaikkan sebelah alisnya dengan suara yang meninggi.
"Ahjussi..."
Rengek Hwagoon bahkan Namgil bisa dengan jelas melihat wajah dan juga telinga Hwagoon yang merah padam.
"Wae...? Jika kau ingin membukanya lebih dalam lagi, buka saja. Mumpung dia masih tidur."
"Ahjussi..."
Hwagoon menarik kakinya dan menyembunyikan wajah nya diantara lengan dan lututnya, sedangkan Namgil terkekeh pelan setelah berhasil menggoda Hwagoon.
"Membuka baju seorang Tuan Muda sembarangan, bukanlah hal yang patut di lakukan oleh seorang putri Bangsawan yang terhormat."
Hwagoon menegakkan kepalanya dengan raut wajah yang berganti menjadi kesal, dia kemudian berbicara seperti tengah memaki seseorang.
"Aku tidak berniat membukanya, aku kan hanya melihat sedikit."
"Sedikit?"
Seru Namgil yang tampak nya belum puas menggoda Hwagoon. Dia kemudian menurunkan tangan nya dan mendekatkan kepalanya ke arah Hwagoon dengan kedua tangan yang menahan tubuhnya.
"Apa yang kau lihat? Kenapa hanya sedikit? Tidak sekalian saja kau lihat semuanya."
"Ahjussi...."
Hwagoon kembali menyembunyikan wajah nya, rasanya dia benar benar ingin menangis sekarang. Antara rasa malu dan kesal, sungguh dia tidak akan mampu lagi bertatap muka dengan Namgil setelah kejadian memalukan ini.
Sedangkan Namgil sendiri kembali terkekeh dan mengembalikan posisinya ke semula, di lihatnya wajah Taehyung yang masih tampak begitu tenang. Dia kemudian mengarahkan kembali pandangan nya pada Hwagoon ketika tawanya telah memudar.
"Hwagoon-a."
Tidak ada respon, dan hal itu justru membuat Namgil tersenyum lebar. Membuat keinginan nya untuk terus menggoda Hwagoon semakin menggebu nggebu, namun sepertinya dia sudah keterlaluan kali ini.
"Kau menangis?"
Lagi, tidak ada respon yang di berikan oleh Hwagoon.
"Agassi...."
Hwagoon dengan cepat mengangkat wajahnya. "Berhenti menggodaku, Ahjussi!" Kesal Hwagoon dan malah mendapati senyum miring dari Namgil.
"Apa yang tadi ingin kau lakukan kepada nya?"
Kali ini Namgil sedikit lebih serius dan membuat Hwagoon menurunkan kakinya dengan raut wajah yang masih tampak kesal setelah di goda habis habisan oleh Namgil.
"Aku melihat pakaian di bahunya sedikit kotor, jadi aku memeriksanya."
"Lalu, apa yang kau temukan?"
"Ada bekas luka yang masih baru di bahunya."
Namgil segera bangkit dari posisinya, dia pun segera membuka pakaian yang menutupi bahu kiri Taehyung dan benar, bahwa luka itu terlihat masih baru. Hwagoon melihat rahang Namgil yang mengeras dan terbesit pertanyaan, mungkinkah Namgil tidak tahu menahu tentang luka tersebut, pasalnya raut wajah nya mengatakan hal tersebut.
"Ahjussi, tidak tahu tentang hal itu?" Hwagoon bertanya dengan hati hati.
"Kenapa Ayah mu tidak mengatakan hal ini sebelumnya?"
Hwagoon tampak bingung dengan sikap Namgil yang tiba tiba seperti orang yang panik, meski wajar karna yang di ketahui Hwagoon bahwa Taehyung adalah putranya. Namun ini adalah pertama kalinya dia melihat wajah khawatir Namgil selama ini.
Namgil tiba tiba saja beranjak dan bergegas keluar kamar tanpa mengatakan sepatah katapun dan terlihat begitu buru buru, bahkan ia sampai meninggalkan Pedang yang selalu ia bawa setiap waktu.
Pandangan Hwagoon mengikuti arah perginya Namgil hingga pintu yang tertutup menghalangi pandangan nya dan membuatnya kembali mengarahkan pandangan nya pada Taehyung.
Namun perhatian Hwagoon tertuju pada bahu Taehyung yang masih terbuka, di lihat dari bekas darah yang merembes pada kain yang membebat bahunya. Hwagoon bisa tahu seberapa parah luka tersebut, entah bagaimana Taehyung mendapatkan luka itu. Hwagoon mengerti bahwa kesakitan yang di rasakan oleh Taehyung kini pasti berlipat ganda.
Hwagoon sedikit mencondongkan tubuhnya dan membenahi pakaian Taehyung dan menarik selimut hingga meenutupi bahu, setidaknya hanya itu yang bisa ia lakukan hingga sang Ayah dari Tuan Muda tersebut kembali ke sana.
08.04.2019
THE DYNASTY : CHAPTER 1
[THE LITTLE PRINCE]
09.04.2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro