Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 070

Fajar yang kembali menyingsing bumi Joseon, membawa berita buruk untuk Young In yang segera bergegas melangkahkan kakinya menuju Paviliun Baginda Raja. Langkah yang begitu terburu buru seakan hendak meninggalkan rombongan nya, dan setelah berjalan cukup jauh dengan menahan air mata yang telah berada di pelupuk matanya, kebimbangan hati nya terjawab ketika ia benar benar melihat sosok Lee Jeon yang menatap kedatangan nya dengan wajah yang memucat yang kemudian menghancurkan pertahanan nya, bahkan sebelum ia mendapat jawaban apapun atas pertanyaan yang bahkan belum ia ungkapkan.

Air mata yang perlahan terlepas dari pelupuk mata nya ketika ia memalingkan wajah nya seakan tengah mencoba untuk menguatkan diri nya, namun sayang nya pertahanan nya runtuh tepat setelah Kasim Hong yang hendak berjalan keluar, melewati nya.
Young In jatuh terduduk di lantai dan menarik sekilas perhatian dari Kasim Hong yang kemudian berpura pura tidak melihat apapun dan meninggalkan ruangan tersebut dalam diam.

Lee Jeon pun bergegas menghampiri Young In dan langsung menjatuhkan satu lutut nya di hadapan Young In, di angkatnya bahu yang sedikit berguncang tersebut yang kemudian mempertemukan pandangan keduanya.
Young In tiba tiba mencengkram baju Lee Jeon, seakan tengah mengancam nya.

"Kau harus menemukan nya, bagaimana pun caranya."

Perkataan tegas yang di iringi dengan derai air mata seorang ibu, membuat Lee Jeon membawanya ke dalam rengkuhan nya.

"Aku yang bodoh, maafkan aku."

Gumaman penuh penyesalan yang hanya terucap untuk pengalihan dari kesedihan sang wanita yang di cintai nya, dan di hari itu juga Lee Jeon mengutus Prajurit rahasia untuk menyusuri Hanyang bahkan jika perlu ke seluruh Jeoson untuk menemukan sang putra yang tengah memilih jalan nya sendiri, dan tentu saja hal itu di lakukan secara diam diam, karna Lee Jeon tidak ingin siapapun mendengar kabar buruk yang mungkin saja akan menjadi kabar baik bagi beberapa orang.

Namun, keributan besar yang coba ia tutupi pada akhirnya sampai di telinga Kim Namgil, tepat setelah ia kembali menapakkan kakinya di dalam Gyeongbok-gung. Sebuah konspirasi yang kemudian ia yakini sebagai alasan kepergian Taehyung, sesuatu yang membuat langkahnya terhenti untuk berpikir sejenak tanpa menyadari bahwa saat ini dia masih bersembunyi di atas pohon tepat di sekitar Paviliun Baginda Raja, hingga sosok yang di bencinya seumur hidupnya kembali menyadarkan nya akan keberadaan nya kali ini.

Rahang yang tiba tiba mengeras seiring dengan matanya yang menajam tatkala siluet merah itu keluar dari pintu Paviliun, tanpa sadar ibu jari Namgil mendorong gagang Pedang nya dan membuat sebagian kecil dari pedang nya berkilauan tertimpa cahaya matahari.
Perasaan kuat yang menuntut keinginan untuk membalaskan sakit hati, kembali membelenggunya, akankah dia kembali mengulangi hal yang membuatnya harus mengasingkan diri dan menelantarkan kedua putra nya.

Ketika hatinya semakin mengeras saat itu juga dendam nya terpatahkan saat bayangan Taehyung yang tengah sekarat tiba tiba menghampiri benak nya. Dengan memendam kembali rasa sakit hati nya terhadap Ayah dari Taehyung, Namgil memutuskan untuk pergi begitu saja tanpa mengizinkan setetes darah pun menyentuh tanah di bawah pedang nya. Melupakan dendam nya, dia kembali untuk Taehyung.

Penantian Panjang Gyeongbok-gung

Menjauhi keributan yang terjadi di dalam Istana Gyeongbok, sudut lain di Hanyang. Tepatnya di kediaman Ketua Park yang terlihat lebih sibuk di bandingkan dengan hari hari sebelumnya, dan keributan itulah yang pada akhirnya menarik perhatian dari putri semata wayang nya yang secara diam diam menyimak keributan di kediaman nya sejak semalam.

Hwagoon yang sedari tadi terduduk di teras kamarnya segera beranjak setelah melihat Ayah nya keluar dari salah satu kamar yang berada di dalam kediaman nya.

"Abeoji..."

Suara ringan yang mengalun lembut di telinga Ketua Park yang kemudian membimbing pandangannya untuk menemukan keberadaan putrinya.

"Kau sudah bangun?"

Hwagoon mengangguk. "Ne."

"Apa Ahjussi ada di sini?"

"Ahjussi sudah pergi sejak semalam."

"Kenapa dia pergi sebelum menemui ku terlebih dulu?" Gumaman bernada kecewa dari Hwagoon, namun tiba tiba saja dia teringat akan seseorang yang telah di bawa oleh Namgil semalam dan dia pun memutuskan untuk menanyakan nya kepada sang Ayah yang sebelumnya berpamitan pergi.

Hwagoon pun dengan langkah kecilnya menyusul Ketua Park yang tengah menuruni tangga kayu untuk menjangkau halaman.

"Abeoji...."

Panggilan kedua yang membuat Ketua Park kembali terhenti tepat di ujung tangga.

"Ada apa? Berhati hatilah saat kau menuruni tangga."

Mengabaikan nasehat dari sang Ayah, Hwagoon pun sampai di hadapan Ketua Park.

"Abeoji... Tuan Muda yang di bawa oleh Ahjussi, apa dia sedang sakit?"

Ketua Park terdiam sejenak dan tiba tiba terlintas dalam pikiran nya, haruskah dia memberitahu identitas dari Taehyung yang sesungguhnya kepada putri nya, mungkinkah semua akan baik baik saja setelah putri nya mengetahui kebenaran tentang Taehyung. Namun, mengingat kondisi Taehyung saat ini berhasil menyadarkan nya bahwa jika sesuatu yang buruk terjadi pada Taehyung mungkin saja akan memberi pengaruh buruk terhadap putrinya, dan demi menjaga keadaan tetap baik baik saja. Ketua Park memilih untuk bungkam dan membiarkan putrinya mengetahui kebenaran akan Taehyung bahwa dia hanya lah putra dari Kim Namgil.

"Benar, Tuan Muda itu tengah sakit keras sekarang."

"Apa dia memiliki hubungan dengan Ahjussi?"

"Dia adalah putra dari Ahjussi."

Mata Hwagoon sedikit melebar, menandakan bahwa dia tengah terkejut akan pernyataan dari sang Ayah.

"Ahjussi tidak pernah mengatakan sebelumnya bahwa dia memiliki anak."

Heran Hwagoon, bahkan dia sempat meyakini bahwa Namgil belum pernah menikah seumur hidup nya.

Ketua Park mengulas senyum tipisnya dan mengangkat tangan nya untuk mengusap surai hitam putrinya dan kembali menarik perhatian dari sang putri.

"Hwagoon-a."

"Ne."

"Bisakah kau membantu Abeoji untuk merawat Tuan Muda?"

"Ne? Apakah dia masih kecil?"

Ketua Park tersenyum ringan akan pertanyaan yang di lontarkan Hwagoon.

"Kau bisa melihat nya sendiri, Abeoji minta tolong pada mu."

"Ne."

Dengan langkah ringan nya Hwagoon berbalik dan kembali menaiki tangga sembari sedikit mengangkat ujung rok yang ia kenakan menggunakan kedua tangan nya, dia menyusuri teras Rumahnya menuju kamar di mana Taehyung berada. Dan lagi, seulas senyum tipis menghiasi wajah Ketua Park saat menyaksikan kepergian nya.

"Jika ini memang takdir putri ku, aku mohon jangan biarkan dia terluka."

Sebuah gumaman yang terucap sebagai doa untuk putri semata wayang nya yang telah menaruh hati kepada Putra Mahkota Joseon yang bahkan belum ia ketahui bagaimana rupa nya.

Hwagoon membuka pintu dengan perlahan dan melongokkan kepalanya terlebih dulu, namun dia langsung tertegun saat mendapati sosok Taehyung yang terbaring di tengah ruangan bukanlah anak kecil, melainkan seorang Tuan Muda yang mungkin sepantaran dengan nya.

Matanya berkedip beberapa kali di saat tubuh nya justru berhenti bergerak untuk beberapa waktu sebelum ia melangkahkan kakinya yang terlihat begitu ragu masuk kedalam dan menutup pintu dengan gerakan yang lambat agar tak menimbulkan suara. Dia kemudian berbalik menghadap Taehyung dengan tubuh yang merapat ke pintu, merasa ragu untuk mendekat. Namun, rasa penasaran nya muncul ketika pandangan nya tertuju pada wajah Taehyung yang tengah terlelap tidak jauh di hadapan nya.

Dan dengan rasa keinginin tahuan nya tersebut, perlahan Hwagoon melangkahkan kakinya mendekat ke arah Taehyung dengan pelan namun pasti dan mengantarkan langkah kakinya untuk berhenti tepat di samping Taehyung.

"Annyeonghaseyo, Park Hwagoon imnida..."

Sebuah salam perkenalan yang hanya terdengar seperti suara lebah, di saat dia sendiri enggan untuk bicara lebih keras lagi. Hwagoon kemudian menjatuhkan kedua lututnya di lantai, duduk bersimpuh di samping tubuh Taehyung dengan raut wajah yang tampak bingung.

"Aku dengar, Naeuri adalah putra dari Ahjussi. Senang bisa bertemu dengan Naeuri."

Hwagoon tiba tiba menggaruk tengkuknya meski tidak gatal dan segera menurunkan nya kembali dan menaruh kedua tangan nya di atas pangkuan nya, pandangan nya yang tertuju kelantai tak sengaja melihat punggung tangan Taehyung yang kurus dan terlihat begitu pucat, dan hal itu pula yang membuat Hwagoon menatapnya dengan tatapan prihatin yang perlahan mengusir kecanggungan yang sebelumnya telah ia ciptakan sendiri.

Hwagoon kemudian mengarahkan pandangan nya tepat ke wajah Taehyung dan sedikit tersentak ketika ia benar benar bisa melihat wajah Taehyung dengan sangat jelas, ada perasaan aneh yang tiba tiba menyeruak di sudut hatinya tatkala mata yang terpejam dengan begitu damai tersebut terlihat begitu menyedihkan. Rahang nya yang sedikit menonjol serta kulit wajah yang benar benar pucat terkesan mati itu, seakan hendak menegaskan seberapa lama ia merasakan penderitaan ini.

Hwagoon perlahan mendekat, mencondongkan tubuhnya ke arah Taehyung. Dia memperhatikan wajah Taehyung dengan seksama dan membuat wajah keduanya saling berhadapan.

"Kenapa wajah Naeuri tidak mirip dengan Ahjussi?"

Sebuah monolog yang di akhiri oleh ketertegunan nya ketika melihat kelopak mata yang berada tepat di hadapannya mulai terbuka secara perlahan dan membuat keduanya saling bertemu pandang untuk pertama kalinya. Seandainya jika Hwagoon tahu bahwa Tuan Muda yang kini berada di hadapan nya adalah seorang Putra Mahkota yang selama ini ia tunggu kabar beritanya, sudah pastilah dia sangat bahagia, namun kata seandainya itu bahkan terlalu jauh untuk di wujudkan dan membiarkan waktu berjalan tanpa ada penjelasan apapun.

"N-naeuri..."




THE DYNASTY : CHAPTER 1
[THE LITTLE PRINCE]
04.04.2019





Sebelumnya mohon maaf atas keterlambatan update Book ini, di karena saya yang tengah sibuk menangani Book lain dalam seminggu ini. Jadi saya benar benar minta maaf dan berterimakasih karna kalian sudah mengikuti Book ini hingga sejauh ini dan tentu nya terimakasih telah bersedia menunggu kelanjutan Book ini hingga akhir.

Semoga ke depannya Book ini tidak akan mengecewakan kalian semua, dan sekali lagi terimakasih atas perhatian kalian.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro