Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 058

Music On!!!.

Masih berdiri di tempat sebelumnya, membiarkan angin menghapus jejak ibunya. Dia yang begitu tenang dan menyesatkan, menutupi luka hati dan bersembunyi sebelum membiarkan orang lain menatap sebelah mata ke arah nya.
Si Rubah kecil datang menghampirinya dan berdiri satu langkah di belakangnya.

"Changkyun-a."
Suara lembut yang menyapu telinga Changkyun, menyamarkan suara angin yang terus berlalu di telinganya.

"Apa kau ingin pulang?"

"Di manapun Naeuri tinggal, di sana lah rumah bagi hamba."

Taehyung mengulas senyumnya. Begitu tenang namun hal itu justru terlihat mengerikan bagi Changkyun, karna saat Taehyung tersenyum seperti itu tidak akan ada siapa pun yang tahu apa yang tengah di pikirkannya.

"Aku mengkhawatirkan mu."

Changkyun tak lagi memberi respon. Masih sama seperti sebelumnya, terlihat begitu misterius. Baik Changkyun dan Taehyung, keduanya memiliki hal yang tidak ingin orang lain ketahui.
Dalam sunyi angin yang berhembus menyapu bukit yang di penuhi oleh bunga dan rumput yang mulai menguning. Cahaya yang berpendar dan menghilang, kelopak bunga yang terus berjatuhan. Tuan dan Rubahnya membiarkan semua berlalu sesuai jalan nya. Fajar menyingsing dan terbenam nya matahari, semua masih baik baik saja dan akankah semua baik baik saja?.

Semilir angin Bukchon meyampaikan kabar pada Heo Junhoo bahwa sang Pangeran masih baik baik saja sampai detik ini. Dua minggu, dan sesuatu yang menarik belum juga terjadi. Suara ketukan meja oleh jari yang tengah memegang mangkuk berisikan arak seakan menggambarkan bahwa dia tengah menunggu sesuatu yang belum juga terdengar kabar nya.
Pintu di hadapannya kemudian terbuka dan menampakkan siluet hitam yang membuat sorot matanya semakin menajam seiring dengan langkah yang semkain mendekatinya di detik pertama setelah pintu kembali tertutup.

"Kabar apa yang kau bawa hari ini?"

"Tidak ada kabar apapun yang hamba bawa."

Shin menjawab dan itu berarti apa yang di harapkan oleh Junhoo belum juga terjadi. Sebuah pertunjukan yang menarik, seperti nya Junhoo sudah lelah untuk berharap.

"Mereka benar benar sudah menghabiskan kesabaran ku."

Geram Junhoo dengan gigi yang gemertak, dia berdiri sembari melemparkan mangkuk di tangannya yang kemudian hancur berkeping keping di lantai kayu. Tampak begitu marah, dia berjalan keluar dari ruangan nya dan berjalan menuju ruangan di mana Cenayang Min Ok berada, di bukanya pintu tersebut seakan tengah mendobraknya dan hanya mampu mendapatkan sedikit perhatian dari wanita tua yang menghuni ruangan tersebut.

"Ya ampun.... Tidak bisakah Daegam datang dengan baik baik, kenapa harua selalu datang dengan tergesa gesa. Membuat orang kaget saja."

Cenayang Min Ok berbicara seakan tengah mencibir nya, karna tanpa bicara pun di lihat dari raut wajahnya, Cenayang Min Ok sudah Tahu apa yang terjadi.

"Lakukan sesuai rencana!"

Sebelah alis Cenayang Min Ok terangkat ke atas, dan bukannya merespon dengan serius perkataan Junhoo yang begitu tegas, dia justru memperdengarkan tawa ringannya yang terdengar begitu mengerikan dan tawa itu menghilang seiring dengan tatapan matanya yang kembali bertemu dengan Junhoo.

"Apa Daegam sudah menyerah sekarang?, sejak awal aku sudah memperingatkan. Lebih cepat akan lebih baik."

"Diam dan penuhi perintah ku!"

"Aigoo... Kenapa tiba tiba menjadi kaku begitu, aku tahu, aku tahu. Tapi, aku harus mendengar kabar dari putri ku."

"Shin."

Tanpa ada basa basi sama sekali, Junhoo memanggil Shin yang berada di luar ruangan. Shin yang mendengar panggilan itu pun membuka pintu dan masuk ke dalam.

"Apa ada hal yang bisa hamba lakukan?."

"Pergilah temui Youngbin."

Shin sedikit tersentak mendengar ucapan dari Junhoo, dia sempat menatap punggung Junhoo dengan ekor matanya, namun hanya sebentar karna dia kembali tertunduk.

"Akan hamba laksanakan."

Tepat setelah Shin pergi. Tawa Cenayang Min Ok kembali terdengar.

"Sepertinya Tuan itu terlalu penurut."

Junhoo tak memperdulikan perkataan Cenayang Min Ok yang terdengar seperti kalimat provokasi.

"Lakukan saja yang perlu kau lakukan, dan jangan mencampuri apapun di luar tugas mu."

Tukas Junhoo dan berbalik meninggalkan ruangan tersebut.

"Ya ampun.... Bagaimana bisa dia bersikap seperti itu, padahal dia memiliki sesuatu yang lebih berguna di bandingkan dengan Putra Mahkota. Aigoo..."



Penantian Panjang Gyeongbok-gung



Taehyung tengah duduk di gazebo yang berada di halaman samping kediaman menteri Park. Dia duduk menghadap meja kecil dengan tangan yang memegang kuas dan kemudian menaruh ujung kuas pada kertas putih yang terdapat di atas meja. Tangan yang bergerak dengan begitu mahir, membuat beberapa coretan menjadi sebuah tulisan kaligrafi yang begitu cantik.

Tepat tidak jauh di sampingnya, Changkyun terduduk manis di pinggir gazebo sembari membaca buku dan tepat di samping Changkyun. Di sanalah seekor kelinci hitam terduduk dengan tenang seakan tengah menemani Changkyun yang tengah membaca buku, sesekali kelinci tersebut berjalan jalan di sekitar lantai gazebo namun, pada akhirnya dia kembali seakan menemukan kenyamanan saat berada di dekat Changkyun.

Setelah beberapa saat terdiam. Kelinci tersebut kembali bergerak dan seperti sebelumnya, mata Changkyun mengikuti setiap pergerakan yang di lakukan oleh kelinci kecil tersebut karna sekarang kelinci tersebut telah menjadi milik Tuan nya dan sebisa mungkin Changkyun tidak akan membiarkan kelinci tersebut menghilang.
Pergerakan Taehyung terhenti ketika ia merasakan sesuatu menabrak kakinya, dia mengarahkan pandangannya ke bawah dan mendapati kelinci hitam miliknya. Seulas senyum berhasil menghiasi wajahnya, dia kemudian mengambil kelinci tersebut dan membawanya ke dalam pangkuan nya namun setelah beberapa saat, dia kembali menurunkannya lagi dan mengarahkan pandangannya pada Changkyun.

"Aku ingin pergi ke kebun bunga, bisakah kau memasukkannya ke dalam kandang."

Tanpa sepatah katapun Changkyun mendekat dan mengambil kelinci tersebut. Dia kemudian beranjak menuruni tangga gazebo, dan tepat setelah kepergian Changkyun, Taehyung melipat kertas putih di meja dan beranjak dari duduknya, melangkahkan kakinya terlebih dulu dan meninggalkan Changkyun jauh di belakangnya.


Penantian Panjang Gyeongbok-gung


Langkah yang saling beradu dengan hembusan angin membawa Taehyung sampai di kebun bunga milik Menteri Park. Suasana yang masih sama seperti sebelumnya, begitu tenang dan membimbing langkah Taehyung semakin jauh berjalan.
Tangan yang saling bertahutan di belakang tubuhnya, wajah yang terlihat begitu tenang, kelopak bunga yang melambai menarik perhatian nya. Dan sejauh langkah nya berjalan, ketenangan itu kembali terusik, perasaan takut yang membuatnya selalu ingin menghindari Changkyun lebih lama lagi, namun sejauh apapun jarak yang telah di buatnya, dia tahu bahwa Changkyun akan datang padanya dalam waktu yang singkat. Sesuatu yang membuat Taehyung harus berhenti berpikir dan mengulas senyum untuk menghilangkan kekhawatiran Changkyun.

Taehyung menggerakkan tangannya ke udara. Menyentuh halus kelopak bunga dengan debaran yang kembali mengusik dadanya, bukanlah debaran akan perasaan bahagia yang menghampirinya, melainkan debaran yang membuatnya ketakutan sekaligus khawatir. Ketakutan akan jalan yang akan ia lewati, kekhawatiran akan seseorang yang tengah memperhatikannya.
Keinginan untuk menghilang kembali menghampiri dan mengisi kekosongan hatinya, seiring tangan yang menelusuri tangkai bunga yang di penuhi dedaunan kecil, dia berharap bertemu dengan duri yang mampu melukai tangannya. Membuatnya berdarah dan dia akan menangis. Tapi sayang nya, tak ada satu pun bunga yang memiliki duri di sana, tak ada satu pun, begitu pula tak ada satu pun alasan baginya untuk menangis di hadapan Changkyun.

Angin yang berhembus cukup keras hari ini mampu membalikkan langkah Taehyung, menatap jauh ke arah dia datang sebelumnya. Tampak begitu ragu, namun sepertinya Si Rubah akan segera datang dan menemukannya, tapi sayangnya dia akan kesulitan untuk menemukan Tuan nya, ketika tubuh Sang Tuan yang terjatuh ke tanah dengan begitu lemahnya layaknya setangkai bunga yang patah dan kemudian mengering di atas kehidupan yang menopangnya.

Angin yang berhembus kasar. Membawa bunga bunga merengkuh tubuh Taehyung yang begitu dingin seakan mencoba menyembunyikannya, menyembunyikan seorang Tuan Muda yang tengah tertidur di bawah kelopak yang mungkin akan segera berjatuhan, Haruskah dia tertidur dalam waktu yang lama untuk kedua kalinya?.

"Temukanlah dia. Si Rubah Kecil!"

THE DYNASTY : CHAPTER 1
[THE LITTLE PRINCE]
2

3.02.2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro