Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 176 [Sebelas Episode Terakhir]

    Menjelang sore hari, Hoseok hendak meninggalkan istana untuk mencari Taehyung yang sejak semalam belum kembali. Namun ketika tengah dalam perjalanan menuju Gwanghwamun, langkah pemuda itu terhenti ketika seorang prajurit menghadang jalannya.

    Prajurit itu sekilas menundukkan kepalanya. Tanpa mengucapkan apapun, prajurit itu menyodorkan sebuah kertas usang yang terlipat.

    Hoseok menerima kertas tersebut dan membuka lipatannya, lalu kemudian membaca tulisan yang terdapat di sana.

    "Temui Kim Changkyun, pemuda yang bersama Putra Mahkota dan serahkan surat itu padanya."

    Hoseok segera merobek kertas tersebut hingga menjadi bagian-bagian kecil yang kemudian jatuh ke tanah seiring dengan pandangannya yang kembali memandang si prajurit.

    "Berikan padaku."

    Si prajurit mengambil sebuah kertas yang terlipat lainnya dari balik bajunya dan kemudian menyerahkannya pada Hoseok.

    Hoseok kemudian berucap, "kau boleh pergi sekarang."

    Prajurit itu sekilas menundukkan kepala sebelum pergi, dan saat itu pandangan Hoseok terjatuh pada surat titipan dari Taehyung yang ditujukan pada Changkyun. Tangan yang memegang pedang lantas terangkat ke udara. Untuk sesaat Hoseok ingin bersikap lancang dengan membuka surat itu sebelum tersampaikan pada tujuan sebenarnya. Namun pada kenyataannya pemuda itu tak sanggup untuk bergerak lebih jauh.

    Lipatan yang hampir terbuka itu lantas kembali merapat. Menyadari bahwa dia tidak memiliki hak untuk melakukan hal itu. Menyelipkan surat itu di dadanya, Hoseok berbalik dan berjalan ke arah ia datang sebelumnya.

    Menemukan jalan yang akan membawanya ke paviliun Putra Mahkota. Langkah Hoseok terhenti ketika ekor matanya tak sengaja melihat pergerakan di balik punggungnya. Hoseok berbalik dan tampak terkejut ketika mendapati Shin berada di jarak dua meter dari tempatnya.

    Shin mendekat dan berhenti pada jarak satu meter. Shin kemudian berucap, "serahkan padaku."

    Hoseok tak merespon, namun juga tak menurunkan kewaspadaannya. Mengingat bahwa sebelumnya mereka pernah bertemu dalam situasi yang buruk.

    Shin kembali berucap, "kau menerima sesuatu dari prajurit itu, sekarang berikan itu padaku."

    Hoseok menyahut untuk kali pertama, "kau tidak berhak memilikinya, Tuan."

    "Jangan keras kepala."

    Tak ingin merespon dengan ucapan, Hoseok lantas menarik pedangnya. Mengarahkan ujung pedang kepada Shin. Pemuda itu kemudian berucap, "aku sedang berada dalam tugas. Jika kau menginginkannya, kau harus mengambilnya dengan paksa dariku."

    Shin terdiam untuk beberapa saat tanpa melepaskan kontak mata keduanya. Tak berniat untuk membuat keributan di dalam istana, Shin lantas berbalik memunggungi pemuda itu.

    "Tidak ada orang yang bisa kau percaya di dunia ini, kau harus mengingatnya untuk bisa bertahan hidup," Shin berucap untuk kali terakhir sebelum meninggalkan Hoseok.

    Hoseok sejenak memperhatikan punggung Shin yang semakin menjauh. Pemuda itu kemudian berbalik ke arah sebelumnya sembari menyarungkan kembali pedangnya. Melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda yang kemudian mengantarkannya ke tempat di mana sang Putra Mahkota berada.

    Saat berada di halaman paviliun Putra Mahkota, Shin mendapatkan teguran dari Kasim Seo yang saat itu hendak meninggalkan paviliun seorang diri.

    "Tuan Muda ini, bukankah dari Kelompok Pedagang?"

    Hoseok menyahut, "benar."

    "Jika boleh tahu, hal apa yang membuat Tuan Muda datang kemari?"

    "Kim Changkyun, aku dengar dia berada di sini. Aku ingin melakukan pertemuan secara pribadi dengannya."

    Kasim Seo bertanya-tanya dalam hati ketika mendengar tujuan Hoseok datang ke sana. Kasim itu lantas berucap, "saat ini Pangeran Changkyun tengah menemani Putra Mahkota di perpustakaan."

    Dahi Hoseok mengernyit. "Kau memanggilnya Pangeran?"

    "Benar. Tuan Muda mungkin tidak tahu karena Tuan Muda orang baru di sini."

    "Siapa dia?"

    "Pangeran Changkyun adalah putra dari mendiang Putri Yowon."

    Sebuah fakta yang membuat Hoseok hampir tak mempercayai hal itu. Karena di pertemuan mereka, dari pakaian yang dikenakan oleh Changkyun, sama sekali tidak menunjukkan bahwa pemuda itu merupakan keturunan seorang bangsawan.

    Tak ingin peduli dengan hal itu, Hoseok kemudian berucap, "bisakah kau menunjukkan jalannya padaku?"

    "Tentu saja. Mari, lewat sini."

    Hoseok kemudian mengikuti langkah Kasim Seo. Dan setelah sampai di perpustakaan pribadi Putra Mahkota, Hoseok menunggu di bawah tangga sedangkan Kasim Seo masuk ke dalam untuk memberitahukan Changkyun.

    Memasuki perpustakaan, Kasim Seo mencoba menemukan keberadaan Changkyun. Berusaha agar tak menarik perhatian Jungkook yang saat itu membaca buku di sudut ruangan bersama dengan Kasim Cha yang berdiri di sampingnya. Namun sayangnya ekor mata Jungkook tak bisa dibohongi.

    Jungkook mengangkat pandangannya. Memperhatikan Kasim Seo lalu memberikan teguran, "kau mencari sesuatu, Kasim Seo?"

    Kasim Seo tersentak dan langsung menghentikan langkahnya. Sedangkan Kasim Cha menatapnya penuh tanya.

    Jungkook kembali menegur, "siapa yang sedang kau cari?"

    Kasim Seo berucap dengan gugup, "a-aku ... aku sedang mencari Pangeran Changkyun."

    Changkyun yang saat itu berdiri di baris rak buku yang berada lurus di hadapan Jungkook pun lantas menghentikan pergerakannya dan sempat bertemu pandang dengan Jungkook.

    Jungkook kembali bertanya, "ada keperluan apa?"

    "Seseorang dari Gwansanggam ingin bertemu," sebuah kebohongan itu menjadi sesuatu yang dipercayai oleh Jungkook.

    Mengembalikan buku ke rak, Changkyun lantas mendekati tempat Kasim Seo dengan melewati beberapa baris rak buku dan membuat perhatian Jungkook mengarah padanya. Tanpa mengucapkan apapun, Changkyun melewati Kasim Seo begitu saja dan meninggalkan perpustakaan. Sedangkan Kasim Seo memilih tinggal di sana karena tak ingin mencampuri urusan kedua pemuda itu.

    Changkyun keluar dari perpustakaan dan menutup pintu dari luar sebelum berjalan menuju tangga batu yang terhubung dengan halaman. Namun saat itu langkah Changkyun terhenti tepat ketika pandangannya menemukan sosok Hoseok yang berdiri di ujung tangga.

    Changkyun memperhatikan sekeliling, mencoba menemukan orang dari Gwansanggam yang dimaksud oleh Kasim Seo. Namun tak ada orang lain selain Hoseok di sana.

    Changkyun lantas menuruni anak tangga dan menarik perhatian Hoseok. Dalam hitungan detik kedua pemuda itu saling berhadapan di ujung tangga.

    Changkyun kemudian menjadi orang pertama yang memberikan teguran. "Kau, kah orang yang ingin bertemu denganku?"

    Hoseok mengangguk dengan sopan. Melihat penampilan Changkyun yang terlihat lebih mewah dari pertemuan pertama mereka membuat Hoseok mempercayai bahwa pemuda itu merupakan seorang bangsawan dengan kasta tertinggi.

    "Ada perlu apa?"

    Hoseok mengambil surat titipan Taehyung lalu menyerahkannya pada Changkyun. Setelah tugasnya selesai, Hoseok lantas pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Sedangkan Changkyun membuka lipatan kertas tersebut dan tertegun untuk beberapa saat ketika ia mengenali tulisan tangan yang tertera pada kertas itu.

    "Bawa Putra Mahkota ke taman bunga milik Menteri Park."

    Changkyun tak menunjukkan reaksi apapun seakan tak ada apapun yang bisa ia temukan dalam kertas usang itu. Melipat kembali kertas itu, Changkyun menyimpannya di balik baju sebelum kembali ke perpustakaan.

    Memasuki perpustakaan, Changkyun mendekati kedua Kasim yang kala itu berdiri di samping meja yang sudah kosong ketika sang Putra Mahkota yang tengah berdiri menghadap rak buku.

    Changkyun berbicara pada kedua kasim yang sempat menundukkan kepala mereka, "tunggulah di luar."

    Kasim Seo mengangguk pelan, namun tidak dengan Kasim Cha yang justru menatap penuh tanya. Kasim Seo lantas menarik lengan Kasim Cha dan membawa rekannya itu keluar. Setelah itu Changkyun berjalan menghampiri Jungkook.

    Jungkook yang menyadari kehadiran Changkyun lantas menegur, "untuk apa orang Gwansanggam mencarimu?"

    "Bukanlah sesuatu yang penting ... ada hal yang ingin kubicarakan dengan Putra Mahkota."

    Jungkook sekilas memandang dan kemudian mengembalikan buku di tangannya pada rak sebelum menghadap Changkyun. "Tentang apa?"

    "Bisakah kita meninggalkan istana?"

    Jungkook menatap penuh tanya. "Meninggalkan istana?"

    "Sudah sangat lama Putra Mahkota tidak pergi keluar, aku pikir ada baiknya jika Putra Mahkota keluar sesekali."

    Sempat tertegun, seulas senyum lebar lantas terlihat di wajah Jungkook. Seulas senyum yang benar-benar mewakilkan perasaan senang ketika mendengar ajakan Changkyun.

    "Apa aku benar-benar bisa melakukannya?"

    "Aku akan pergi bersama Putra Mahkota."

    "Kapan kita bisa pergi?"

    "Sekarang."

    Jungkook terkejut. "Apa tidak terlalu cepat? Bagaimana jika Kasim Seo melarang?"

    "Aku yang akan berbicara dengan mereka."

    Senyum Jungkook kembali melebar. "Baiklah, aku akan mengganti pakaianku dengan cepat."

    Langkah ringan Jungkook meninggalkan Changkyun. Memiliki harapan yang besar ketika bahkan Changkyun sendiri tak tahu apa yang tengah direncanakan oleh Taehyung di luar sana ketika menginginkan pertemuan dengan Jungkook.

    Sore itu Changkyun benar-benar membawa Jungkook keluar istana setelah memenangkan perdebatan dengan Kasim Seo. Dan tanpa kedua kasim itu, keduanya menapakkan kaki mereka di Bukchon. Langkah ringan Jungkook berjalan mengikuti langkah tenang Changkyun, tak memiliki pertanyaan meski sang Putra Mahkota tak tahu kapan mereka akan berhenti berjalan.

    Setelah berjalan cukup jauh, keduanya lantas sampai di taman bunga milik kakek Taehyung. Tempat yang asing bagi Jungkook, dan karena hal itulah sang Putra Mahkota kemudian memutuskan untuk menegur.

    "Changkyun, kenapa kita kemari? Di mana ini?"

    Changkyun tak menjawab dan tetap melangkahkan kakinya. Bukan karena tak mendengar teguran Jungkook, melainkan memilih untuk tidak peduli ketika pandangannya menangkap sosok Taehyung yang berdiri di kejauhan.

    Jungkook menggunakan ujung pedangnya untuk menyingkap rumput liar setinggi pinggangnya. Dan setelah beberapa menit, langkah Jungkook terhenti karena mengikuti Changkyun. Jungkook beralih ke samping Changkyun dan saat itu keterkejutan terlihat di wajahnya ketika ia mendapati sosok Taehyung yang berdiri dalam jarak sekitar lima meter dari mereka.

    "H-hyeongnim?" suara Jungkook terdengar sedikit gemetar.

    Taehyung kemudian berjalan mendekati keduanya dengan sebilah pedang yang berada di tangan kirinya. Setiap detik membawa setiap langkah yang ia ambil untuk mendekati kedua adiknya. Hingga pada akhirnya langkah itu terhenti pada jarak dua meter.

    Angin sore berhembus di tanah lapang, membawa ketenangan yang tak mampu bersinggah terlalu lama. Sebelum mulut sempat terbuka untuk memberikan teguran, Taehyung mengakhiri semuanya terlebih dulu dengan menarik keluar pedangnya dan kemudian mengarahkan ujung pedang tersebut tepat pada sosok Jungkook yang tampak terkejut.

    "Hyeongnim?" gumam Jungkook.

    Suara tenang Taehyung lantas menyapa, "tarik pedangmu dan kita tentukan di sini."

    "Apa yang Hyeongnim bicarakan?" suara Jungkook terdengar gemetar.

    "Tarik pedangmu."

    Jungkook menggeleng penuh penekanan. Terdapat ketakutan dalam sorot mata sang Putra Mahkota. Namun hanya ada amarah dalam sorot mata Taehyung, dan Changkyun menyadari hal itu.

    "Itu pilihanmu ... mati sebagai pecundang."

    Langkah pertama Taehyung ambil seiring dengan pedangnya yang mengayun ke samping. Netra Jungkook membulat ketika jarak dua meter itu begitu dekat hingga dengan cepat Taehyung telah berada di hadapannya, mengayunkan pedang ke arahnya.

    Angin sore kembali berhembus, seiring dengan benturan dari kedua pedang yang cukup nyaring. Jungkook mematung di tempatnya, sedangkan di hadapan sang Putra Mahkota, Kim Changkyun berdiri dengan pedang di tangannya yang beradu dengan pedang milik Taehyung.

    Pandangan kedua pemuda itu bertemu. Tatapan marah Taehyung dan tatapan dingin Changkyun. Changkyun tidak percaya dengan apa yang saat ini dihadapkan padanya. Di saat ia menawarkan diri untuk membunuh pemuda yang kini berada di balik punggungnya, Taehyung menentangnya. Namun sekarang, justru Taehyung sendiri yang berniat untuk membunuh Jungkook. Changkyun merasa ada yang salah dengan kakak yang telah menjadi panutannya itu. Dan karena itulah ia berdiri di sana saat ini.

    "Menyingkirlah," Taehyung berucap dengan nada bicara yang sangat dingin, membuat Changkyun meragukan bahwa mereka pernah saling mengenal sebelumnya.

    Changkyun kemudian menyahut dengan tenang, "jangan melakukan hal yang sia-sia. Ini bukanlah Tuan yang kukenal."

    "Aku bukan tuanmu. Jangan ikut campur."

    "Seseorang mengatakan padaku, 'Jadikanlah Putra Mahkota sebagai tuanmu'. Maka itulah yang aku lakukan hari ini."

    Rahang Taehyung mengeras. Tanpa diduga, Changkyun justru memberikan perlawanan dengan menepis pedang Taehyung dan kemudian melakukan gerakan menebas yang kemudian membuat Taehyung mundur beberapa langkah sebelum kembali berhadapan.

    "C-Changkyun ... kenapa?" gumam Jungkook.

    Taehyung menegur, "apa yang kau lakukan, Kim Changkyun?"

    "Melindungi tuanku," perkataan itu terucap begitu saja dari mulut Changkyun tanpa melibatkan perasaan. Namun pada kenyataannya perkataan itu tertuju pada Taehyung dan bukannya Jungkook.

    Changkyun tidak ingin tuan yang ia kagumi membunuh adiknya sendiri untuk mendapatkan takhta. Itulah sebabnya ia menawarkan diri untuk membunuh Jungkook sebelumnya. Namun entah mengapa, saat ini rasanya begitu sulit untuk mengayunkan pedang ke arah Jungkook. Terlebih ketika ia melihat Taehyung kembali sebagai orang yang berbeda. Changkyun tidak akan membiarkannya. Jikapun Jungkook harus terbunuh, maka dialah orang yang akan membunuh pemuda itu. Bukannya Taehyung.

    Taehyung berdiri tegap, mengarahkan ujung pedangnya ke tanah. Dia kemudian berucap, "aku tidak bisa membawamu kembali, mari hanya berjalan di jalan ini."

    Pedang di tangan Taehyung kembali terangkat dan mengarah pada Changkyun. Begitupun dengan Changkyun yang melakukan hal sama. Menegaskan bahwa keduanya telah bersiap dengan kemungkinan terburuk, meski dalam hati masing-masing, mereka tak berniat untuk saling melukai.

    Suara Jungkook tiba-tiba terdengar, "Hyeongnim, hentikan ini ... aku mohon jangan seperti ini."

    Tak ada dari keduanya yang berniat mendengarkan Jungkook. Angin kembali berhembus, membimbing telapak kaki itu terangkat dari tanah. Mengambil langkah untuk saling mempertahankannya.

    Disaksikan oleh matahari yang semakin jatuh ke barat, suara nyaring benturan pedang milik kedua pemuda itu menggema di lembah dan mengusik kehidupan dari hewan-hewan kecil yang tengah bernaung di bawah langit sore saat itu.

    Untuk kali pertama, Changkyun dan Taehyung terlibat pertarungan yang sesungguhnya. Suara benturan pedang yang sangat keras itu sudah cukup menggambarkan betapa kuatnya ayunan pedang keduanya.

    Tak ada satu menit, Taehyung melangkah mundur dengan satu lutut yang jatuh pada tanah dan pedang yang menancap di tanah untuk menopang tubuhnya yang hampir tumbang. Sedangkan Changkyun masih berdiri tegap dengan darah yang terlihat pada ujung pedang yang saat itu mengarah pada tanah. Dan darah itu ia dapatkan dari luka yang kini berada di bahu Taehyung.

    "Changkyun, cukup! Jangan lakukan ini." Jungkook berjalan mendekati keduanya, namun langkahnya segera terhenti karena bentakan dari Changkyun.

    "Tetap di tempatmu!"

    Batin Taehyung tersentak, dan tentu saja ia belum pernah melihat Changkyun seperti ini sebelumnya.

    Suara Changkyun kemudian merendah, "jangan ikut campur."

    Taehyung kemudian berdiri. Mengabaikan rasa sakit di area luka yang terbuka dan telah mengeluarkan banyak darah, Taehyung memilih untuk melanjutkan pertarungan.

    Pedang keduanya kembali dipertemukan tanpa melibatkan fisik. Hanya kedua pedang yang mewakilkan emosi dari pemilik masing-masing meski mereka bisa saja mengakhiri pertarungan dengan cepat dengan melibatkan fisik. Namun sepertinya tak ada pertarungan yang sebenarnya ketika tak ada dendam sama sekali di hati masing-masing.

    Menarik diri masing-masing, keduanya mengayunkan pedang ke samping dengan kuat dan bersiap untuk saling beradu kekuatan. Namun pergerakan keduanya terhenti ketika seseorang tiba-tiba datang menengahi.

    Seperti hembusan angin, Namgil dengan cepat mengunci pergerakan kedua pemuda itu. Menahan pedang Taehyung di udara dan menginjak pedang milik Changkyun yang ujungnya menyentuh tanah. Dan kedatangannya itu berhasil mengejutkan kedua pemuda yang memandang dengan netra yang melebar.

    "Abeoji?" ucapan serempak dari kedua pemuda itu yang kemudian membuat pandangan keduanya saling beradu. Sama-sama terkejut akan panggilan yang mereka lontarkan.

    Namgil lantas mengakhiri pertarungan dengan menepis pedang keduanya hingga membuat kedua pemuda itu mengambil beberapa langkah mundur. Masih dengan kebingungan di wajah masing-masing, keduanya memandang Namgil.

    Taehyung lantas menegur, "Abeoji."

    "Abeoji?" sahut Changkyun yang lebih ditujukan untuk sebuah pertanyaan.

    Namgil memandang keduanya bergantian. Dengan nada yang acuh seperti biasa, pria itu kemudian berucap, "kalian berdua adalah putraku, tidak ada yang perlu diributkan lagi."

    Changkyun tentu saja terkejut, namun keterkejutan paling besar berada di pihak Taehyung. Ketika ucapan Namgil itu telah mengungkap identitas dari pria yang selalu membuat Taehyung bertanya-tanya karena wajah yang selalu mengingatkannya pada si Rubah.

    Tatapan gemetar Taehyung terjatuh ke tanah seiring dengan satu langkah mundur yang terlihat rapuh. Membawa tatapan tak percayanya kembali pada Namgil, pemuda itu bergumam, "Ungeom, kah?"

    "Tidak perlu terkejut seperti itu. Kau heran kenapa aku tidak membunuhmu dan malah mengangkatmu sebagai putraku? Jangan bertanya karena aku terlalu malas untuk menjawab."

    "Abeoji," teguran itu datang dari arah lain.

    Namgil menoleh ke tempat putra bungsunya berada. Salah satu sudut bibir Namgil lantas terangkat, mengingkari suasana menegangkan yang masih berlangsung.

    "Kita bertemu lagi, Bocah. Sebenarnya akan lebih baik jika kau melupakan wajahku."

    Air mata Changkyun terdorong keluar. Luka di hatinya kembali terbuka ketika kembali dihadapkan dengan sang ayah yang telah menelantarkannya. Changkyun ingin memaki dan mengadu, namun sayangnya tubuhnya tak ingin merespon apapun dan hanya mampu berdiam diri.

    Namgil kemudian kembali memandang Taehyung dan berucap, "kau ingin mengurungkan niatmu? Lakukan saja. Aku tidak akan menghalangi."

    "Kau berhutang penjelasan padaku," Taehyung berucap dan lantas meninggalkan keduanya. Berjalan ke tempat Jungkook berada.

    Changkyun yang melihat hal itu hendak menyusul, namun langkahnya terhenti ketika Namgil menahan lengannya.

    "Kau jangan ikut campur, Bocah. Biarkan mereka menyelesaikan urusan mereka. Dengan begitu tidak akan ada lagi penyesalan."

    "Kenapa ... kenapa Abeoji melakukan hal ini?"

    "Terlalu panjang jika kujelaskan, aku terlalu malas untuk berbicara," perkataan yang terkesan acuh.

    Changkyun sempat terdiam sebelum menepis tangan sang ayah dan menyusul Taehyung. Sedangkan saat itu Taehyung telah berdiri di hadapan Jungkook yang memandangnya dengan tatapan memohon.

    "Hyeongnim ..."

    "Tarik pedangmu," nada bicara yang begitu dingin.

    Jungkook menggeleng. "Aku tidak mau."

    "Jangan menjadi pengecut ... tarik pedangmu sekarang."

    "Aku tidak mau ... kenapa Hyeongnim menjadi seperti ini?"

    "Kembalikan semuanya ... semua yang kau rebut dariku. Kembalikan semuanya padaku, Lee Jungkook!" Taehyung membentak pada kalimat terakhir. "Sekarang tarik pedangmu dan hadapi aku."

    Jungkook menggeleng. Menahan tangis yang kemudian membimbing kedua lututnya menyentuh tanah. Dalam tangisnya pemuda itu berucap, "akan kukembalikan semuanya. Aku mohon jangan seperti ini ... aku akan mengembalikan semuanya pada Hyeongnim ... aku tidak ingin menjadi Raja ..."

    "Hanya ada satu orang yang bisa menjadi Raja," perkataan itu kembali mengisi pendengaran Taehyung ketika angin yang kembali berhembus. Menghidupkan kembali kemarahan yang sempat teredam.

    "Kau memilih jalan ini ... selamat tinggal." Pedang di tangan Taehyung terangkat, memiliki ketertarikan pada keputusasaan yang kini dialami oleh Jungkook. Menulikan telinganya dari suara tangis sang Putra Mahkota, pedang Taehyung terangkat lebih tinggi dan bersiap untuk terjatuh.

    "Hyeongnim!" suara bentakan itu menghentikan pergerakan tangan Taehyung di udara bersamaan dengan Changkyun yang menghentikan langkahnya.

    Taehyung menoleh ke kiri, ke tempat di mana Changkyun berdiri dengan sebilah pedang yang berada tepat di samping leher pemuda itu. Bukan pedang milik orang lain, melainkan pedang milik Changkyun sendiri yang tentunya menjadi kejutan besar bagi Taehyung.

    "Bunuhlah dia, maka kau akan melihat kematianku setelahnya ... Hyeongnim ..."

Selesai ditulis : 20.08.2020
Dipublikasikan : 29.08.2020

   

   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro