Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 156

    Pagi itu, kabar penangkapan Changkyun telah tersebar di komplek istana Gyeongbok. Dan pagi itu pula para Menteri menuntut agar Lee Jeon segera menjatuhi hukuman pada Changkyun. Dan entah sudah berapa banyak gulungan petisi yang di bawa menghadap Lee Jeon sejak pertemuan berakhir tanpa ia yang bisa memberikan sebuah keputusan.

    Tanpa berniat membuka satupun gulungan di hadapannya. Lee Jeon hanya berdiam diri dengan pikiran yang masih berkecamuk, memikirkan bagaimana nasib keponakannya setelah skandal yang terjadi.

    Pintu terbuka, Kasim Hong membimbing seorang prajurit masuk ke dalam ruangan dengan membawa tumpukan gulungan yang setidaknya sudah sangat membuat Lee Jeon lelah meski hanya melihat tanpa membukanya.

    "Taruhlah di sana." ujar Kasim Hong memberi arahan.

    Si prajurit menaruh tumpukan gulungan tersebut di tempat yang di tunjuk oleh Kasim Hong sebelum akhirnya meninggalkan ruangan tersebut atas perintah dari Kasim Hong pula.

    Pintu kembali tertutup dari luar. Kasim Hong berjalan menghampiri Lee Jeon dan berdiri di samping meja.

    "Yang Mulia... Para Menteri terus mengirimkan petisi ke istana. Apa yang akan Yang Mulia lakukan sekarang?"

    Lee Jeon bergumam, "apa yang harus aku lakukan? Kenapa anak itu bisa terlibat seperti ini?"

    "Seseorang sudah menjebak Tuan Muda. Mohon agar Yang Mulia tidak goyah dan mengambil keputusan yang salah."

    Lee Jeon memandang Kasim Seo dengan tatapan yang sulit untuk di artikan sebelum pandangannya yang kembali menatap ke depan dengan mulut yang kemudian terbuka untuk kembali berucap. "Ini tidak bisa di benarkan."

    "Apa maksud Yang Mulia?"

    "Anak itu... Jika masalah ini di biarkan berlarut-larut, kekuatan di dalam istana akan terbagi menjadi dua."

    "Yang Mulia..."

    Lee Jeon kembali memandang Kasim Hong dan lantas berucap, "berikan seratus kali cambukan dan hukuman gantung kepada pengkhianat itu!"

    Batin Kasim Hong tersentak. Pria tua itu lantas berlutut dan memohon, "Yang Mulia... Mohon, mohon agar Yang Mulia menarik kembali keputusan Yang Mulia... Mohon jangan mengorbankan Pangeran dalam hal ini..."

    Batin Lee Jeon tersentak ketika Kasim Hong menyebut Changkyun sebagai seorang Pangeran, meski hal itu merupakan sebuah kenyataan.

    "Apa maksudmu dengan mengatakan hal seperti itu?" suara Lee Jeon sedikit mengeras.

    "Tuan Muda adalah putra dari Putri Yowon, adik Yang Mulia sendiri. Mohon agar Yang Mulia tidak melupakan hal itu. Mohon, selamatkan Pangeran."

    Lee Jeon mengalihkan pandangannya. Tampak kebingungan dalam sorot matanya, namun dia tidak memiliki pilihan lain untuk bisa mengamankan takhta yang akan ia berikan kepada Jungkook. Karna jika hal ini tetap di lanjutkan, maka tidak menutup kemungkinan adanya kelompok pemberontak yang mendukung Changkyun untuk mengambil alih takhta. Dia tidak mungkin membiarkan hal itu sampai terjadi.

    Dengan rahang yang mengeras, seorang Raja telah mengambil keputusan yang akan semakin menumpuk penyesalan di akhir hidupnya.

    "Berikan seratus cambukan dan hukuman gantung kepada pengkhianat Kim Changkyun!"

    "Yang Mulia..." suara pilu Kasim Hong yang bahkan tak akan bisa merubah apapun.

     Hari itu juga, pihak Pengadilan mulai menjalankan perintah dari sang Raja. Dengan pakaian serba putihnya, Changkyun di giring ke halaman masih dengan tangan yang terikat.

    Seorang Prajurit di hadapannya membuka gulungan yang berada di tangannya dan membaca isi dari gulungan tersebut dengan suara yang lantang. "Pengkhianat Kim Changkyun akan di jatuhi hukuman seratus kali cambukan sebelum di gantung di hadapan rakyat Joseon. Renungilah dosa-dosa yang telah kau perbuat."

    Pandangan Changkyun mengarah pada tanah di susul oleh segaris senyum tipis yang hanya mampu bertahan untuk sepersekian detik di salah satu sudut bibirnya. Seseorang membuka ikatannya sebelum tubuhnya terdorong dan terjatuh pada dengan posisi tengkurap di atas papan yang sudah di siapkan untuk upacara eksekusinya.

    Tangan serta kakinya lantas di ikat, menutup kemungkinan bahwa ia yang akan melarikan diri meski ia tak pernah memiliki niatan untuk melakukannya. Wajah datarnya sama sekali tak menunjukkan ketakutan meski telah mengetahui bahwa kematian akan segera menghampirinya dengan ribuan rasa sakit yang akan menyiksanya terlebih dulu.

    Seorang eksekutor datang mendekat dengan sebuah cambuk yang berada di tangannya. Dan tepat ketika cambuk itu terangkat ke udara, kedua kelopak mata Changkyun menutup.

    "Aku pergi, ibu." sebuah suara hati sebelum tubuhnya tersentak bersamaan suara cambukan yang menyayat hati. Kedua tangan pemuda itu mengepal kuat, menahan rasa sakit yang perlahan semakin menumpuk pada punggungnya ketika pria yang tak memiliki nurani itu terus memberikannya cambukan tanpa pengampunan. Seratus, bukanlah angka yang mampu membunuh seseorang. Namun angka seratus sudahlah lebih dari cukup untuk membuat seseorang menderita.

    Hari itu juga kabar tersebut sampai ke telinga Kasim Seo. Pria yang semakin menua itu berjalan dengan langkah yang sangat terburu-buru memasuki paviliun Putra Mahkota, dan bagaikan telah kehilangan akal sehatnya. Kasim Seo membuka pintu kamar Jungkook dengan kasar dan terkesan mendobraknya. Menciptakan keterkejutan di wajah Jungkook dan kemarahan di wajah Kasim Cha.

    Kasim Cha lantas berdiri dan menghardik rekannya yang hampir sampai di tempatnya. "Kau sudah kehilangan akalmu!"

    Kejutan kedua bagi Jungkook dan juga Kasim Cha ketika saat itu Kasim Seo langsung bersujud di hadapan Jungkook yang duduk di balik meja belajarnya.

    "Putra Mahkota... Mohon, selamatkanlah Tuan Muda." suara serak dan terdengar begitu memilukan, mencipatkan perasaan heran bagi Jungkook yang sekilas saling bertukar pandang dengan Kasim Cha.

    "Ada apa? Apa yang terjadi?"

    "Yang Mulia... Yang Mulia menjatuhi hukuman mati kepada Tuan Muda Kim. Mohon, selamatkan beliau..."

    Kejutan ketiga bagi kedua orang yang mendengar kabar itu. Jungkook beranjak, menumpukan satu lututnya pada lantai.

    "Apa maksudmu? Kenapa ayahku melakukan hal itu?"

    "Tuan Muda Kim di tuduh telah melakukan percobaan pembunuhan terhadap calon Putri Mahkota. Dan besok pagi, beliau akan di gantung di hadapan rakyat Joseon."

    "Tidak mungkin." sangkal Jungkook, tak habis pikir dengan berita yang ia terima pagi itu. Itukah sebabnya Changkyun tak pernah kembali padanya setelah kepergiannya semalam.

    Jungkook lantas berdiri dan berjalan keluar dari kamarnya dengan Kasim Cha yang berlari kecil untuk mengejarnya. Sang Putra Mahkota lantas meninggalkan paviliunnya dengan kemarahan yang terlihat dalam sorot matanya.

    Berjalan dengan langkah tegap yang begitu terburu-buru, Jungkook mengabaikan semua hal yang ia lihat ketika tujuannya hanyalah mengarah pada satu tempat. Dan setelah berjalan cukup jauh, pada akhirnya dia sampai di tempat tujuan dan seketika kedua netra tajamnya membulat ketika mendapati apa yang kini tengah di alami oleh Changkyun.

    Dia lantas membentak dengan suara yang lantang dan sarat akan kemarahan, "hentikan semuanya!"

    Semua berhenti, membimbing semua perhatian mengarah padanya. Jungkook lantas mendekat, namun langkahnya segera di hadang oleh petugas Pengadilan.

    "Hentikan semua ini!"

    "Mohon agar Putra Mahkota tidak ikut campur dalam masalah ini. Yang Mulia telah mengambil keputusan, mohon jangan memperpanjang masalah ini."

    "Minggir!" gertak Jungkook. Dia lantas melanjutkan, "tidak ada yang boleh menyakiti Changkyun. Lepaskan dia sekarang, maka akan ku ampuni kalian."

    Sempat bertemu pandang selama beberapa waktu. Si petugas Pengadilan memberi isyarat kepada seorang prajurit sebelum dua orang prajurit datang dan memegangi kedua lengan Jungkook.

    "Lepaskan aku!"

    "Bawa Putra Mahkota kembali!"

    Kedua prajurit itu mengangguk dan segera menyeret Jungkook meninggalkan tempat itu. Membuat sang Putra Mahkota berontak.

    "Tidak. Lepaskan aku! Hentikan semuanya... Ya!!! Kim Changkyun... Kau tidak bersalah, kau harus melawan mereka. Kau tidak boleh seperti ini, kau harus mendengarku! Kim Changkyun! Ya!!!" luapan kemarah Jungkook yang berbaur dengan keputus-asaan yang kemudian memudar setelah sosoknya tak lagi terlihat.

    "Lanjutkan!" ucap si petugas pengadilan dan membimbing cambukan yang beruntun kembali menyentak tubuh Changkyun yang bahkan hampir kehilangan kesadarannya dan mengabaikan teriakan Jungkook sebelumnya.

    Kasim Cha menatap miris kepada si Tuan Muda yang harus mengalami nasib malang setelah kembali dari perantauan dan segera bergegas pergi menyusul Jungkook dengan sesekali mengusap airmata yang sempat terjatuh ketika melihat apa yang kini tengah di alami oleh Changkyun.

    Hari itu, Jungkook harus berdiam diri di dalam paviliunnya tanpa bisa melakukan apapun dan hanya bisa bertahan dalam kegelisahan dan juga kekhawatiran yang sama sekali tak mampu menyelamatkan siapapun. Hari itu, dia merasa bahwa ia telah memiliki alasan untuk benar-benar menerima kebencian dari sang kakak yang selalu ia kagumi, Lee Taehyung.


    "Harusnya aku tidak mengharapkan bahwa dia kembali kemari. Maafkan aku, Hyeongnim."




Selesai di tulis : 16.02.2020
Di publikasikan : 16.02.2020

Sebelumnya mohon maaf jika Pembaharuan Book ini tidak selancar Book lainnya. Karna berhubung hari ini hari minggu (Hari termager) Saya juga sedang persiapan untuk pulang kampung😁😁😁 Jadi magernya ++
Mohon maaf jika sangat mengecewakan dan saya akan berusaha untuk menebus kekecewaan kalian di lain hari😉😉😉

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro