Lembar 135
Brakk!!!
Junhoo menghantamkan kepalan tangannya pada meja di hadapannya, tampak kemarahan yang terlihat di wajahnya ketika mendengar kabar apa yang telah di bawa oleh Youngbin padanya.
Lewat tengah hari, Youngbin memutuskan untuk meninggalkan Istana Gyeongbok dan bertemu dengan Ayahnya guna menyampaikan penolakan Lee Jeon terhadap gadis yang akan menjadi pendamping Jungkook.
"Kurang ajar! Berani-beraninya dia berbuat seperti ini." geram Junhoo, sedangkan Shin dan Youngbin yang berada dalam ruangan yang sama hanya bisa berdiam diri.
"Katakan! Gadis mana yang telah di pilih olehnya?"
"Baginda Raja merahasiakannya, dia mengatakan bahwa gadis itu adalah gadis yang istimewa. Dan aku baru bisa melihatnya setelah gadis itu di bawa ke Istana."
"Bedebah! Rupanya dia sudah merencakan hal ini sejak lama."
"Lalu, apa yang akan Abeoji lakukan? Apa Abeoji akan membiarkan putraku menikah dengan gadis pilihan Baginda Raja?" desak Youngbin.
"Pertanyaan bodoh!"
Youngbin seketika bungkam setelah mendapatkan bentakan dari Junhoo dan hal itu sedikit menarik simpati dari Shin yang menjatuhkan pandangannya pada punggung Youngbin di saat dia sendiri yang berdiri di dekat pintu.
"Selama aku masih bernapas, pernikahan Putra Mahkota hanya bisa di lakukan dengan gadis dari Klan Heo. Selain gadis dari Klan Heo, maka gadis itu harus Mati!"
Youngbin dan Shin sama-sama tersentak atas ucapan Junhoo yang keluar layaknya sebuah kutukan. Apa itu berarti, bahwa gadis yang akan menjadi calon pendamping Jungkook selanjutkanya akan menjadi tumbal dari kekejaman seorang Heo Junhoo selanjutnya?
"Aku tidak akan menerima penghinaan ini terus menerus, hanya Klan Heo lah yang akan meneruskan tahta Kerajaan!" tandas Junhoo yang penuh dengan ambisi sebelum mengarahkan pandangannya pada Shin.
"Shin."
"Ye, Daegam."
"Cari tahu siapa gadis itu dan langsung bunuh saja!"
"Abeoji... Bukankah itu terlalu gegabah?" bantah Youngbin.
"Diamlah dan kembali ke Istana! Kau hanya perlu menunggu di sana."
Youngbin kembali bungkam, bagaimanapun juga dia tidak akan pernah bisa melawan kehendak ayahnya. Dia pun perlahan bangkit dari duduknya dan sejenak membungkukkan badannya.
"Aku akan pergi sekarang." ujar Youngbin dengan nada bicara yang sedikit kesal.
Dia pun berbalik dan berjalan menuju pintu keluar, namun sebelum menjangkau pintu, pandangannya bertemu dengan Shin.
"Shin." teguran yang mengalihkan perhatian keduanya dan Youngbin pun segera pergi meninggalkan ruangan tersebut.
"Ye, Daegam."
"Pergi dan laksanakan tugasmu!"
"Ye, aku mengerti."
Shin sekilas menundukkan kepalanya dan segera bergegas meninggalkan Junhoo yang tampak tengah mengendalikan kemarahannya, sedangkan di luar. Shin menghentikan langkahnya ketika ia hendak menuruni anak tangga saat melihat Youngbin yang masuk ke dalam tandu dan dia baru bergerak dari tempatnya setelah tandu Youngbin meninggalkan halaman kediaman Junhoo.
Shin pun meninggalkan kediaman Junhoo, namun bukannya memilih jalannya sendiri, dia justru mengikuti rombongan Youngbin dari belakang. Dan setelah berjalan cukup jauh dan hampir meninggalkan Bukchon, Shin menghadang jalan mereka dan sontak membuat semua orang berhenti.
Youngbin yang merasa ada hal yang tak berespun membuka jendela tandu dan menegur salah satu Dayang yang berada di dekatnya.
"Ada apa? Kenapa berhenti?"
Sebelum Dayang tersebut bisa menjawab, pintu tandu di hadapannya tiba-tiba terbuka dan dia sedikit terkejut ketika mendapati Shin berada di hadapannya.
"K-kau? A-apa yang kau lakukan di sini?" Youngbin menunjukkan gelagat paniknya.
Shin kemudian mengulurkan tangannya dan berucap, "jika Nyonya tidak keberatan, ada hal yang ingin ku bicarakan dengan Nyonya."
Youngbin menatap penuh keraguan, namun entah kenapa hatinya seakan terus mendorongnya untuk menyetujui permintaan Shin. Hingga pada akhirnya, dengan ragu dia menerima uluran tangan Shin yang kemudian menariknya keluar dengan lembut.
Tepat setelah keluar dari dalam tandu, Youngbin pun buru-buru menarik tangannya untuk menghindari kesalahpahaman. Dia kemudian mengarahkan pandangannya kepada para rombongannya yang tengah menunduk dalam.
"Kalian semua tunggulah di sini!"
"Ye, Nyonya."
Youngbin pun melangkahkan kakinya lebih dulu untuk membimbing langkah Shin meninggalkan rombongannya di tengah hutan, dan setelah berjalan cukup jauh dari tempat sebelumnya. Youngbin menghentikan langkahnya dan berbalik, melihat ke sekeliling guna memastikan bahwa tidak ada yang mengikuti mereka sebelum pandangannya yang terjatuh pada Shin yang telah berdiri tepat di hadapannya.
"Ada perlu apa? Apa yang ingin kau bicarakan?" ucap Youngbin terkesan was-was dan begitu terburu-buru.
"Pergilah!"
Netra Youngbin membulat, merasa tersentak akan perubahan nada berbicara Shin yang seakan mereka sudah akrab dalam waktu yang lama.
"Apa yang kau bicarakan?"
"Kau tidak bisa lagi berjalan di jalan yang sama dengan Ayahmu, Ayahmu sudah keterlaluan. Lekas pergi tinggalkan Istana!"
"Kau menghilangkan rasa hormatmu?" ujar Youngbin dengan sedikit penekanan, menegaskan bahwa dia merasa terganggu dengan apa yang baru saja di ucapkan oleh Shin.
"Mengertilah keadaan yang terjadi sekarang, kau tidak perlu melibatkan diri lebih jauh lagi. Biarkan dia dengan keserakahannya dan segera tinggalkan Hanyang!"
Tangan ringan Youngbin kemudian jatuh pada wajah Shin, memberikan tamparan peringatan yang membuat Shin sempat tertegun.
"Beraninya kau mengatakan hal seperti itu terhadap wanita Raja, kau sudah kehilangan akal sehatmu?!" geram Youngbin.
"Dengarkan baik-baik, ini demi kebaikanmu. Kau tidak tahu Takdir macam apa yang akan kau temui di masa mendatang."
"Tutup mulutmu! Apapun yang terjadi. Putraku, akan tetap menjadi Raja!" tandas Youngbin yang kemudian beranjak meninggalkan Shin dengan langkah kaki yang terlihat begitu marah.
Shin menjatuhkan tatapan prihatinnya kepada Selir Baginda Raja tersebut dan bergumam, "kau memiliki ketamakan yang sama dengan orang tua itu, Heo Youngbin."
Tak jauh dari Hanyang, Kelompok Pedagang tampak tengah beristirahat dan berteduh di bawah pepohonan yang berada di dekat jalan setapak yang mereka lewati. Hoseok yang sedari tadi duduk sendirian di bawah salah satu pohon pun kemudian beranjak.
"Eoh, Tuan Muda ingin pergi kemana?" tegur salah satu pria paruh baya yang berada di sana.
"Ketua sudah lama pergi, aku akan mencarinya dan segera kembali untuk melanjutkan perjalanan."
"Ah... Ye, ye. Apa perlu kami temani?"
Hoseok menggeleng. "Aku akan pergi sendiri."
"Baiklah kalau begitu, berhati-hatilah."
Hoseok lantas pergi meninggalkan kelompoknya karna Hwagoon dan Taehyung sudah pergi cukup lama, namun keduanya tak pergi bersama. Hwagoon pergi lebih dulu dari pada Taehyung dan juga, arah yang mereka tuju adalah arah yang berlawanan. Sepertinya Taehyung ingin menyendiri lagi, itulah yang berada dalam pikiran Hoseok.
Namun berbeda dengan apa yang baru saja ia ucapkan kepada pria paruh baya sebelumnya. Alih-alih pergi ke arah yang sebelumnya di tuju oleh Taehyung, dia justru berjalan ke arah mana Hwagoon menghilang Sebelumnya.
Cukup jauh ia berjalan dari tempat sebelumnya, hingga langkahnya terhenti ketika ia menjangkau bukit yang di tumbuhi oleh bunga dan rumput ilalang yang tumbuh dengan subur hingga setinggi pinggangnya. Dia sedikit merasa heran karna ada tempat seperti itu di sana. Begitu banyak bunga-bunga yang mekar dan itu terlihat begitu cantik.
Dia mengarahkan pandangannya ke padang bunga di hadapannya, mencoba menemukan keberadaan Hwagoon. Itupun jika gadis muda itu berada di sana. Dan setelah beberapa saat, pandangannya menemukan siluet Hwagoon yang berdiri di tengah-tengah padang bunga yang menyamarkan keberadaannya.
Tak menunggu waktu lama, Hoseok pun bergegas menghampiri Hwagoon. Berjalan di antara bunga-bunga dan rumput ilalang yang sedikit menghambat langkahnya, hingga beberapa waktu kemudian dia berhasil menjangkau tempat Hwagoon. Namun angin yang berhembus cukup kencang tampaknya membuat Hwagoon tak menyadari kehadirannya.
Hoseok menghentikan langkahnya beberapa langkah di belakang Hwagoon dan agak menyamping sehingga ia bisa melihat dengan jelas wajah Hwagoon dari samping dalam posisinya sekarang.
Untuk beberapa saat, hanyalah angin yang saling memburu yang mengusik ketenangan dua insan tersebut dan setelah beberapa saat terdiam, Hwagoon memutuskan untuk kembali dan terkejut ketika mendapati bahwa Hoseok sudah berdiri di sana.
"O-orabeoni, sejak kapan Orabeoni ada di sana?"
Hoseok tak langsung menjawab, dia melangkah mendekati Hwagoon terlebih dulu dan memberi jawaban ketika keduanya telah saling berhadapan.
"Aku baru sampai, dan maaf jika kedatanganku telah mengejutkanmu."
Hwagoon menggeleng. "Tidak... Aku tidak masalah akan hal itu."
"Orabeoni datang sendiri?" tanya Hwagoon kemudian sembari melihat ke sekeliling.
"Ketua pergi ke tempat lain setelah Agassi pergi."
"Tempat lain?" pikiran Hwagoon menerawang jauh, mencoba menemukan jawaban tentang kamanakah Taehyung pergi. Namun dia tersentak ketika Hoseok tiba-tiba menariknya dan membuatnya jatuh ke dalam pelukan pemuda tersebut.
Bertepatan saat itu, Hoseok menarik pedangnya dan menggunakannya untuk menyingkirkan ular yang sebelumnya berada di dekat kaki Hwagoon. Hwagoon yang tak mengetahui hal itu pun perlahan mendorong Hoseok menjauh.
"A-apa yang Orabeoni lakukan?" ujar Hwagoon dengan canggung.
"Aku minta maaf, aku tidak bermaksud melakukan hal itu kepada Agassi. Aku melihat ular yang sedang mendekati Agassi."
Hwagoon segera menjatuhkan pandangannya dan tak menemukan apapun karna Hoseok sudah menyingkirkan ular tersebut dan pergerakan Hoseok yang kembali memasukkan pedangnya, kembali menarik perhatiannya.
"Terima kasih."
Hwagoon sejenak menggaruk tengkuknya, merasakan sedikit kecanggungan yang tiba-tiba menyelimuti keduanya. Karna meskipun keduanya kerap pergi bersamanya, namun tak pernah ada perbincangan panjang yang mereka lakukan.
Biasanya setiap kali pergi bersama, Hoseok akan memberi jarak tiga meter di antara keduanya sehingga mereka sangat jarang melakukan komunikasi jika tidak ada hal yang benar-benar penting.
"Kalau begitu... Lebih baik kita segera kembali, Naeuri juga pasti sudah kembali."
Hwagoon melangkahkan kakinya melewati Hoseok, namun hanya selangkah ia melewati Hoseok. Lengannya di tahan oleh pemuda itu dan refleks hal itu membuat langkahnya terhenti dengan pandangan yang segera terjatuh pada pemuda tersebut dengan penuh tanya.
"Bisakah Agassi tetap berada di sini?"
"A-ada apa? Apa yang ingin Orabeoni katakan?"
Hoseok berbalik dan membuat posisi mereka kembali saling berhadapan dengan tangan yang masih menahan lengan Hwagoon.
"Apa yang akan Agassi lakukan setelah sampai di Hanyang?"
"Aku? Kenapa Orabeoni menanyakan hal seperti itu?" Hwagoon benar-benar merasa canggung sekarang, dia hendak melepaskan tangannya dari Hoseok namun Hoseok malah menahannya. Dan hal itulah yang membuatnya merasa bingung sekaligus cemas.
"Aku hanya sekedar ingin tahu."
"Ada apa dengan Orabeoni? Apa Orabeoni tidak ingin kembali ke Hanyang?" tanya Hwagoon dengan hati-hati, meski itu bukanlah yang di harapkan oleh Hoseok.
"Bisakah hanya menjawab pertanyaanku saja. Terlepas dari aku yang ingin kembali atau tidak, aku hanya menginginkan jawaban dari Agassi."
Perkataan yang terdengar begitu memaksa dan semakin membuat Hwagoon tampak kebingungan. Jujur, ini pertama kalinya dia terlibat pembicaraan yang panjang bersama Hoseok dan dia baru tahu jika Hoseok adalah orang yang pemaksa.
"Jika Orabeoni tidak ingin kembali, kita bisa membicarakannya dengan Naeuri." ujar Hwagoon kemudian, masih mencoba untuk menghindar dari pertanyaan Hoseok yang sangat sederhana.
"Jawab aku! Jangan katakan apapun lagi selain jawaban yang ku minta."
Hwagoon menyerah, pandangannya terjatuh dan saat itulah jawaban itu keluar dari mulutnya.
"Aku akan menikah, dengan Naeuri."
Raut wajah datar Hoseok tak menunjukkan perubahan, namun genggamannya pada lengan Hwagoon terlepas dengan begitu mudahnya dan membuat Hwagoon kembali mengangkat wajahnya. Kembali mempertemukan pandangan keduanya.
"Kenapa Orabeoni menanyakan hal itu?"
"Kita kembali sekarang." cetus Hoseok yang segera melangkahkan kakinya lebih dulu, membuat Hwagoon tak mampu mengerti akan sikap pemuda itu.
Gadis muda itu kemudian mengikuti langkah Hoseok untuk meninggalkan padang bunga yang tersapu oleh angin yang sempat menerbangkan helaian rambut mereka ke udara, dan di sanalah sang Tuan Muda berada.
Taehyung bangkit dari tidurnya setelah tak lagi mendengar suara seseorang yang mengisi pendengarannya. Pada kenyataannya dia sudah berada di sana sejak sebelum Hoseok sampai di sana dan lebih memilih berbaring di antara bunga-bunga liar tersebut untuk menyembunyikan diri dari gadisnya.
Namun apa yang baru saja ia dengar, dan apa yang ia lakukan di saat ia mendengar bahwa ada pria lain yang tengah menggoda wanitanya. Dia hanya berdiam diri dengan ketenangannya, pada kenyataannya itulah yang ia lakukan meski ia mendengar dan mengetahui maksud hati dari seorang Jung Hoseok.
Seulas senyum itu perlahan kembali melukis kedua sudut bibirnya dengan sempurna. Lantas dia berucap, "kau menutupinya dengan baik, Jung Hoseok."
Sebuah gumaman yang pada akhirnya membimbingnya untuk bangkit dan seketika helaian rambut yang menutupi punggungnya sempat terangkat ke udara ketika angin kencang menyapanya begitu ia menampakkan diri.
Dia berbalik, menatap jauh ke arah dua orang yang berjalan meninggalkan tempatnya. Tak ada perasaan apapun yang bisa ia tunjukkan di dalam raut wajahnya yang terlihat begitu tenang meski ia menyadari situasi yang tengah terjadi.
Dia sadar bahwa bukan hanya dirinya seorang yang mengagumi gadis muda bernama Park Hwagoon, namun hatinya telah bertekad bahwa hanya dialah yang berhak memiliki hati dari gadis muda tersebut. Terlepas dari entah Takdir apa yang akan mereka hadapi ke depannya. Dia akan memastikan bahwa hati Park Hwagoon hanya akan menjadi miliknya, sebagai Kim Taehyung.
Berkat dorongan dari angin yang terus menerpa tubuhnya, dia pun mulai melangkahkan kakinya untuk menyusul kepergian kedua orang yang baru saja meninggalkannya dan segera melanjutkan perjalanan menuju Hanyang yang masih harus melewati sekitar empat desa lagi untuk bisa sampai ke Ibu Kota Negeri nya tersebut.
Selesai di tulis : 14.11.2019
Di publikasikan : 23.11.2019
Note : Sebenarnya di sini ada adegan yang sedikit menyakitkan untuk Kim Taehyung, yang terjadi antara Jung Hoseok dan Park Hwagoon. Namun karna saya belum yakin untuk menuliskannya di sini (Belum siap lebih tepatnya, tahukan apa maksudnya😉😉😉), jadi adegan itu akan saya simpan untuk Versi lainnya dari Book ini.
Dan satu lagi mohon maaf jika umur Jungkook di Chapter ini salah, karna saya lupa berapa umur Jungkook di Book ini dan belum sempat membuka Chapter sebelumnya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro