Lembar 113
Malam kembali, membimbing langkah Namgil untuk kembali memasuki ruangan dimana sang putra angkat nya masih setia duduk dengan sebuah buku di sudut ruangan, dan kedatangan nya tersebut sempat menarik perhatian dari Taehyung yang sejenak meninggalkan bukunya.
Membiarkan pandangan nya mengikuti pergerakan sang ayah angkat yang kemudian berbaring di tempat biasa, sesuatu yang tak biasa karna tiba-tiba saja ayah angkatnya tersebut sedikit pendiam. Biasanya mulutnya akan segera terbuka ketika melihatnya, namun yang di lakukan oleh ayah angkatnya tersebut hanyalah menatap langit-langit kamar.
Melihat hal itu, dia pun turut mengarahkan pandangan nya ke langit-langit dan kembali menjatuhkan pandangan nya.
"Berhenti melihat ku seperti itu!" Tegur Namgil tanpa berniat untuk mengalihkan pandangan nya.
"Abeoji tidak ingin pergi?"
"Mulai sekarang berhenti mengikuti ku! Pikirkan saja apa yang akan kau lakukan setelah ini."
Taehyung memicingkan matanya, merasa tak mampu mengerti dengan apa yang di maksud oleh Namgil. "Apa yang Abeoji maksud sebenarnya?"
Namgil kemudian sedikit mengangkat kepalanya dan mengarahkan pandangan nya pada Taehyung. "Kau tidak bodoh untuk bisa mengerti apa yang sudah kau dengar." Acuhnya yang kembali menaruh kepalanya dan menggunakan kedua tangan nya sebagai bantal di saat pandangan nya kembali terarah pada langit-langit ruangan.
"Besok, Ketua Park akan pergi ke Istana."
Sebuah pernyataan yang membuat Taehyung tersentak. Pergi ke Istana? Untuk apa? Itulah yang terlintas dalam pikiran nya dan kecurigaan nya sore tadi kembali muncul, ada hubungan apakah Ketua Park dengan Istana. Kenapa harus sampai pergi ke sana.
"Apakah Ketua Park mengenal Baginda Raja? Kenapa dia ingin pergi ke Istana?"
"Bagaimana aku bisa tahu? Kau tanyakan saja sendiri, aku sudah mengatakan bahwa kau tidak bodoh untuk bisa mengerti apa yang kau dengar. Pikirkan sendiri dan cari jalan keluar sendiri." Acuh Namgil.
Taehyung menjatuhkan pandangan nya ke lantai tepat di sampingnya, entah kenapa perasaan nya sedikit gusar ketika medengar kabar yang di bawa oleh Namgil. Dan entah kenapa pikiran nya malah tertuju pada Jungkook.
Dia kemudian mengangkat pandangan nya, membawanya bertemu dengan sinar rembulan yang bersembunyi di celah jendela dan berharap bahwa apa yang dia khawatirkan tidak akan menjadi kenyataan dan tanpa ia sadari bahwa sang ayah angkat tengah memperhatikan nya saat ini.
"Kau tidak bodoh, jadi kau pasti tahu jawaban nya. Meski kau tidak mengingatnya sekalipun." Namgil membatin, memiliki harapan yang sama dengan putra angkatnya.
Taehyung kemudian menjatuhkan pandangan nya pada bukunya, bersamaan dengan itu Namgil yang segera memejamkan matanya. aehyuing menutup bukunya dan beranjak berdiri, berjalan mendekati sang ayah angkat dan kemudian berbaring di sampingnya. Menyusup ke dalam selimut dan mengarahkan pandangan nya pada langit-langit kamar dengan raut wajahnya yang begitu tenang.
"Abeoji." Gumamnya, mengetahui bahwa sang ayah angkat tidak akan tidur sebelum dirinya terlelap lebih dulu.
"Jika aku mengingat semuanya, mungkinkah semuanya akan berubah?"
Mendengar hal itu, Namgil kembali membuka matanya. "Tentu saja, aku akan meminta ganti rugi jika ternyata kau adalah anak dari seorang Bangsawan."
"Tapi bagaimana jika yang terjadi justru sebaliknya?"
"Aku akan mempekerjakan mu secara paksa untuk mengganti semua kerugian ketika aku mengasuh mu." Acuh Namgil dan membuat seulas senyum tipis terlukis di sudut bibir Taehyung.
"Terlepas dari siapapun aku di masa lalu, aku lebih senang jika menjadi Kim Taehyung putra Abeoji." Sebuah pernyataan yang terucap dengan ketulusan dan membuat sudut bibir Namgil terangkat untuk sepersekian detik.
"Berhenti bicara ngawur dan cepat tidur."
Seulas senyum yang menutupi kekhawatiran yang menuntun kelopak matanya untuk menutup sepenuhnya, membiarkan malam berlalu dan fajar yang kembali menyingsing menuntun kelopak matanya untuk kembali terbuka dan menemui nasib yang akan ia hadapi hari ini.
Namun sayangnya hanya kekosongan yang ia temukan setiap kali ia membuka kelopak matanya di pagi hari, di saat sang ayah angkat yang tak lagi berada di sekitarnya.
Dia terbangun dengan perasaan yang sedikit memberat di bandingkan sebelumnya, terduduk dengan tatapan yang sayu untuk beberapa waktu hingga seseorang mengetuk pintu kamarnya dari luar dan menarik perhatian nya.
Seulas senyum itu kembali terlihat di kedua sudut bibirnya, setelah sekian lama tidak terdengar suara ketukan pintu di pagi hari. Pada akhirnya dia kembali mendengarnya dan tanpa perlu di tanyapun dia juga sudah mengetahui bahwa Hwagoon lah yang kini berada di depan pintu kamarnya.
Jika sebelumnya dia menjawab ketukan pintu tersebut dengan cepat, entah apa yang ada di pikiran nya sekarang sehingga dia tetap berdiam diri dan lebih memilih untuk membuat Hwagoon menunggunya sediki lebih lama dari biasanya hingga ketukan kedua terdengar dan dia tetap berdiam diri. Dan hal itu pula yang menimbulkan keheranan bagi Hwagoon karna tidak biasanya Taehyung tak memberi respon.
Dia pun memberanikan diri untuk membuka pintu di hadapan nya dengan sangat hati-hati, membuat sedikit celah untuk bisa memasukkan kepalanya ke dalam dan sedikit terkejut ketika mendapati Taehyung yang terduduk dan tengah melihat ke arahnya.
"Naeuri sudah bangun?" Ujarnya yang sediki gugup, namun tak ada respon yang di berikan oleh Taehyung dan itu semakin membuat Hwagoon heran.
"Apa Naeuri sedang sakit?" Dia kembali bertanya tanpa berani masuk lebih dalam lagi.
Perlahan Taehyung menggerakkan tangan nya dan menyentuh dadanya, membuat Hwagoon sedikit melebarkan matanya.
"Naeuri sedangs sakit?" Ujar Hwagoon dengan nada bicara yang sedikit panik, perlahan dia memberanikan diri untuk membuka pintu kamar Taehyung lebih lebar dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam.
"Tutup pintunya." Pinta Taehyung sebelum Hwagoon menghampirinya, Hwagoon pun melakukan apa yang di minta oleh Taehyung. Menutup pintu dari dalam sebelum akhirnya menghampiri Taehyung dan menjatuhkan lutunya tepat di samping Taehyung dengan kekhawairan yang terlihat dalam sorot matanya.
"Naeuri baik-baik saja?"
Taehyung menggeleng pelan dengan mulut yang masih terkatup rapat.
"Apa ada yang sakit?"
Taehyung tak menjawab, perlahan dia menurunkan tangan nya dan mendapatkan telapak tangan Hwagoon. Membimbing tangan lembut tersebut untuk sampai di dadanya, dan hal itu membuat Hwagoon refleks menarik tangan nya namun di tahan Taehyung.
"Aku tidak memiliki jawaban atas pertanyaan mu. Oleh sebab itu, maukah kau mencari jawaban itu sendiri?"
"A-apa yang sedang Naeuri bicarakan?" Ujar Hwagoon yang tampak begitu gugup dan menghindari kontak mata dengan Taehyung.
"Jika Naerui sakit, aku akan memanggilkan Tabib." Ujarnya kemudian dan hendak beranjak, namun saat itu pula Taehyung menariknya dan membuatnya jatuh dalam rengkuhan nya.
Matanya membulat ketika wajahnya mendarat pada dada bidang Taehyung sedangkan tangan sang Tuan Muda itu telah mendarat di punggungnya hanya dalam hitungan detik, membuat tubuhnya tak bisa bergerak untuk beberapa waktu setelahnya.
"Kau boleh membunuh ku setelah ini, tapi tetaplah berada di sisi ku untuk saat ini."
"Apa yang sebenarnya terjadi pada Naeuri?" Hwagoon bertanya dengan hati-hati di saat ia yang tak lagi mampu melepaskan diri dari Taehyung atau pun membalas rengkuhan lembut itu. Satu satun yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah diam dan mengendalikan detak Jantung nya yang berpacu lebih cepat dari ukuran normal.
"Seperi ini," Perkataan Taehyung terhenti ketika ia merasa pasokan udara dalam paru-parunya tiba-tiba menipis, matanya yang terasa sedikit perih itu mengerjap dan terpejam. Menolak untuk mengeluarkan sesuatu yang tertahan di kelopak matanya, namun saat itu justru air matanya merembes keluar dari salah satu sudut matanya dan bahkan Hwagoon mampu merasakan betapa pendeknya napas Tuan Muda yang saat ini menyegelnya dalam rengkuhan nya.
"Naeuri." Gumam Hwagoon, merasa khawatir jika kejadian dua tahun lalu kembali terulang.
",bisakah aku berada sedekat ini dengan Agassi dalam waktu yang lama?" Ujar Taehyung dengan perasaan yang memberat, melanjutkan perkataan yang sempat tertunda.
Dia takut dan semakin takut ketika Ketua Park benar-benar akan memasuki Istana, dia takut tak mampu melepaskan Gadis muda dalam rengkuhan nya saat ini.
Dia takut jika pada akhirnya Jungkook lah yang akan memiliki Gadis muda yang selalu ia tunggu di setiap waktunya, dia takut dan semakin takut akan ketidak berdayaan nya.
"Mungkinkah, terjadi sesuatu saat aku pergi?" Hwagoon kembali bertanya dengan tetap berhati-hati, namun bukanlah jawaban yang keluar dari mulut Taehyung melainkan sebuah pertanyaan balik.
"Bisakah, kau memberi jawaban padaku?"
Hwagoon menjatuhkan pandangan nya, merasa kehilangan kata-kata untuk menjawab pertanyaan yang di berikan oleh Taehyung. "Naeuri, aku..." Gumamnya yang terpotong oleh suara Taehyung yang kembali menyapa pendengaran nya.
"Jika kau bersedia menjawab, maka aku akan membiarkan pertanyaan itu keluar dari mulut ini."
"Jika aku memilikinya, maka aku akan memberikan nya pada Naeuri." Ujar Hwagoon tanpa ada keraguan di saat ia telah menguasai tubuhnya yang sempat memberontak, dan perlahan kelopak mata yang sempat tertutup itu kemudian terbuka. Memperlihatkan tatapan hangatnya yang terlihat begitu sayu di saat hanya kesedihan yang menghampirinya di pagi itu.
"Jika kelak, ada seorang Bangsawan muda yang datang padamu dengan membawa setangkai bunga dengan kelopak selembu sutra. Dan bersamaan dengan itu, ada seorang rakyat jelata yang datang padamu dengan membawa seikat rumpu liar dengan daun sekasar jerami. Manakah kiranya, yang akan kau terima?"
Hwagoon sejenak terdiam, mencoba memahami arti dari setiap kata yang terucap dengan lembut dari mulut sang Tuan Muda yang menantikan jawaban dan pandangan itu kembali terangkat setelah ia mendapatkan sebuah jawaban yang harusnya ia berikan.
"Jika aku berhak memiliki salah satu di antara keduanya, aku akan memilih rumput liar yang di bawa oleh seorang rakyat jelata." Jawab Hwagoon tanpa keraguan.
"Berikan alasan mu"
"Setangkai Bunga yang di lepas dari tanah hanya akan mengalami penderitaan sebelum benar-benar menghilang, dia akan layu karna termakan waktu, mengering sebelum hancur. Sedangkan rumput liar yang di lepas dari tanah, dia juga akan mengalami hal yang sama dengan apa yang di alami oleh setangkai bunga. Namun dia memiliki akhir yang berbeda dari setangkai bunga tersebut."
"Apakah itu?"
"Jika dia menyentuh tanah dan terkena air, maka ia akan mendapatkan kembali kehidupan yang tidak bisa di dapatkan oleh setangkai bunga yang telah terlepas dari tanah."
Perlahan sudut bibir Taehyung terangkat, membuat seulas senyum tipis yang menandakan bahwa dia telah mendapatkan jawaban yang ia inginkan.
"Jika seperti itu, bisakah aku menjadi rumput liar tersebut?"
"Naeuri bisa memilih sutra, kenapa harus mengambil jerami?"
"Karna tidak semua orang bisa menyentuh sutra, namun semua orang bisa merasakan bagaimana jerami itu."
Keduanya terdiam, mendengar deru napas lembut yang saling bersahutan hingga muilu itu yang kembali terbuka untuk menuntut sebuah janji yang terucap secara sepihak.
"Tetaplah berada dalam jangkauan ku sejauh apapun kau pergi, Agassi."
Selesai di tulis : 29.07.2019
Di publikasikan : 07.08.2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro