Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 089

Menerobos jalanan gelap Istana Gyeongbok. Berjalan seorang diri dengan kebingungan yang membelenggu pikiran nya, Changkyun berjalan meninggalkan Gwansanggam dengan pemikiran yang sama sekali tidak bisa ia pahami. Putri, Ungeom, Pangeran. Itukah alasan kenapa beberapa orang terlihat begitu segan kepada nya, bahkan dia yang tak lebih dari putra seorang pengkhianat justru bisa di terima di sisi Putra Mahkota dan mendapatkan panggilan sebagai 'Tuan Muda'.

Meski kepala nya tak bisa berhenti untuk berpikir, namun jawaban itu tak pernah datang padanya dan justru sebuah pertanyaan yang mengundang tanda tanya lain yang terus berdatangan dalam pikiran nya.
Kematian ibunya, pengkhianatan ayah nya dan juga kepergian kakak laki-lakinya. Kenapa justru semua terungkap setelah Taehyung pergi dari nya? Dan bisakah orang yang pergi kembali lagi suatu saat nanti?.

Langkah tenang yang terus menembus kegelapan bukannya membawa nya ke tempat Jungkook, melainkan kembali ke Seongsucheong. Tempat sakral yang sudah menyegel hati si Rubah kecil, langkahnya kemudian terhenti tepat di tengah halaman danseperti hari-hari sebelumnya. Tatapan mata yang selalu terarah pada pintu yang tertutup rapat.

Cahaya bulan yang menyinari halaman Seongsucheong membuat bayangan nya tercetak dengan jelas di bawah kakinya, angin malam yang berhembus dan mengusik hatinya yang di penuhi akan keraguan. Sebuah kebijaksanaan yang bahkan ia sendiri ragu apakah dia masih memiliki hal tersebut.

Angin yang terus berputar-putar di sekitarnya membuat tatapan dingin itu perlahan menutup, merasakan dinginnya angin malam yang menyentuh wajah nya. Namun hanya sebentar dan mata itu kembali terbuka dengan padangan yang tertuju ke arah pintu ketika pintu yang sudah tertutup selama bertahun-tahun lamanya itu pada akhirnya terbuka dari dalam.

Mata Changkyun sedikit memicing ketika hanya sebuah siluet hitam yang ia lihat karna tempat yang begitu gelap, namun perlahan siluet tersebut menampakkan diri dan membuat Changkyun bisa sepenuhnya melihat sosok wanita muda yang kini menuruni tangga di bawah sinar bulan yang membantu penglihatan nya dan sosok yang tidak lain adalah Yeon tersebut segera menghentikan langkahnya tepat di bawah tangga ketika ia mengangkat wajahnya dan menemukan Changkyun berada beberapa langkah di hadapan nya.

Angin yang bergemuruh di antara keduanya, perlahan mulai mengusik hati sang Rubah ketika Yeon yang perlahan melangkahkan kakinya ke arah nya di saat dia sendiri tak mampu untuk beranjak dari tempatnya.
Setiap langkah yang mendekat dan membuat Changkyun semakin jelas melihat wajah Gadis Muda yang berjalan perlahan tanpa memalingkan pandangan nya dari dirinya hingga langkah Gadis tersebut berhenti tepat beberapa langkah di hadapan nya.

Perasaan yang sangat familiar ketika dia melihat sepasang mata di hadapan nya, membiarkan semua berakhir dengan mulut yang terkatup rapat. Perlahan Changkyun memutar tubuhnya membelakangi Yeon dan mulai melangkah pergi, namun baru dua langkah dan dia terhenti ketika tubuhnya tersentak dengan mata yang sedikit melebar saat dia merasa ada sesuatu yang tiba-tiba menusuk dadanya.

Tubuhnya tiba-tiba limbung, namun dia menggunakan pedang yang berada di tangan kirinya untuk menahan tubuhnya dan hanya membiarkan satu lututnya yang menyentuh lantai halaman Seongsucheong. Yeon yang menyaksikan hal itu pun segera menghampiri Changkyun.

"Naeuri."

Suara kekhawatiran yang mengalun lembut di telinganya yang justru membuat tangan kanan nya terangkat untuk mencengkram dadanya dengan wajah yang menahan rasa sakit yang semakin menjadi di bagian dadanya yang membuat napasnya memberat seketika.

Yeon pun menjatuhkan tubuhnya, duduk bersimpuh tepat di hadapan Changkyun dan memberanikan diri untuk menyentuh bahu Changkyun yang perlahan mulai melepaskan pedang nya dan meringkuk di lantai dengan suara rintihan yang mulai terdengar lirih dari mulut nya. Membuat wajah Gadis tersebut semakin panik.

"Naueri... Apa yang terjadi?."

Yeon mencoba menarik tubuh Changkyun agar dia menegakkan tubuhnya, namun yang terjadi justru tubuh Changkyun yang jatuh ke atas pangkuan nya di saat kesadaran nya menghilang dengan begitu cepat.
Dia kemudian dengan sekuat tenaga membalikkan tubuh Changkyun fan membaringkan nya di lantai, tangan nya yang tiba-tiba sedikit gemetar itu menyentuh wajah Changkyun dan menepuknya pelan.

"Naeuri, Naeuri-mendengar ku." Suara yang keluar dengan terputus di saat matanya tiba tiba memanas, tangan nya kemudian beralih ke dada Changkyun dan kemudian memeriksa denyut nadinya.

Seketika matanya membulat di susul oleh air mata yang melepaskan diri dari kelopak matanya.

"Eommoni." Gumamnya tak percaya.

Perlahan namun pasti, air mata itu terjatuh dengan begitu mudah nya ketika dia menepuk pipi Changkyun kembali, berusaha untuk membangunkan nya meski dia tahu bahwa itu akan percuma karna ibu angkatnya sendirilah yang telah melakukan hal tersebut pada Changkyun.

"Aku mohon buka mata Naeuri... Naeuri...."

Perlahan isakan kecil itu berubah menjadi sebuah tangisan disaat ia menjatuhkan kepalanya di samping kepala Changkyun, merasakan perasaan nya yang perlahan mulai hancur oleh perbuatan ibu angkatnya.

"Eommoni...." Teriaknya frustasi, menyampaikan kekecewaan nya akan apa yang telah di lakukan oleh ibu angkatnya.

Angin yang terus berlalu, membawa hati yang terluka dalam keterpurukan. Di tempat lain di luar Istana Gyeongbok, bagaikan bisa mendengar suara tangis anak angkat nya. Cenayang Min Ok berujar dengan nada biacra yang terdengar begitu dingin.

"Jangan menangis, Yeon. Air mata mu tidak akan mampu menyelamtakan siapapun, sekarang pergilah tidur dan lupakan Tuan Muda mu itu."

Perkataan yang seakan hendak memutuskan sebuah takdir secara sepihak, malam itu. Satu orang mendapatkan luka nya, dengan satu orang yang bersiap untuk kehilangan dan satu orang lain nya yang tengah menunggu.



Pangeran Tersembunyi Joseon



Kasim Seo beranjak dari duduknya, meninggalkan Kasim Cha untuk menghampiri Jungkook yang tengah duduk membaca buku di balik meja kecil dengan pakaian malam berwarna putihnya yang sedikit mengkilap ketika terkena cahaya bulan yang masuk melalui celah jendela. Kasim Seo menghentikan langkahnya beberapa langkah di hadapan Jungkook dengan tubuh yang sedikit membungkuk.

"Yang Mulia Putra Mahkota."

Sebuah teguran kecil yang membuat Jungkook mengalihkan pandangan nya dari buku di hadapan nya untuk melihat ke arah Kasim Seo.

"Ada apa?."

"Hari sudah larut malam, apa tidak sebaiknya jika Yang Mulia Putra Mahkota segera beristirahat."

Jungkook sekilas mengarahkan pandangan nya pada pintu kamar nya dan mengembalikan nya pada Kasim Seo.

"Apa dia belum kembali?."

"Apakah yang Putra Mahkota maksud adalah Tuan Muda?."

"Ne."

"Sampai detik ini hamba belum melihat kedatangan nya."

Jungkook memalingkan pandangan nya dan sejenak terlihat seperti tengah mempertimbangkan sesuatu sebelum akhirnya kembali mengarahkan pandangan nya pada Kasim Seo.

"Aku akan segera tidur, kalian pergilah."

"Ye, Putra Mahkota."

Kasim Seo kemudian kembali ke tempatnya dan memberi isyarat agar Kasim Cha mengikutinya, namun bukan nya mengikuti langkahnya yang berjalan keluar. Kasim Cha justru berlari kecil menghampiri Jungkook dan sukses mendapatkan tatapan sisnis dari Jungkook.

"Kenapa kau kemari?." Ujarnya dengan tatapan yang penuh dengan selidik di saat Kasim Cha sendiri mengulas senyum lebarnya.

"Jika Putra Mahkota mengizinkan, hamba bisa menemani Putra Mahkota di sini."

"Aku ingin tidur, kenapa juga kau harus menemani ku?." Ujar Jungkook yang meninggikan nada bicaranya dan membuat langkah Kasim Seo terhenti tepat setelah ia menjangkau pintu dan menggelengkan kepalanya setelah melihat apa yang tengah di lakukan oleh Kasim Seo.

"Hamba hanya tidak ingin Putra Mahkota kesepian, lagi pula Tuan Muda belum tentu akan kembali. Jadi bagaimana jika hamba tetap di sini menemani Putra Mahkota."

"Bicara apa kau ini!." Kesal Jungkook yang melempar Kasim Seo menggunakan buku nya.

"Pergi sana!."

"Eih... Hamba hanya berusaha bersikap baik kepada Putra Mahkota, kenapa Putra Mahkota selalu meneriaki hamba?."

"Masih tidak mau pergi?." Gertak Jungkook.

Dia segera berdiri dengan kesal dan saat itu pula Kasim Cha segera melarikan diri sebelum Jungkook kembali menendang nya keluar dari Paviliun.

"Harus berapa kali ku katakan padamu, berhenti menganggu Putra Mahkota." Protes Kasim Seo ketika Kasim Cha menjangkau tempatnya.

"Eih... Aku hanya berusaha yang terbaik, kenapa semua orang justru menyalahkan ku?."

"Tutup mulut mu!."

Gumaman keduanya menghilang dari pendengaran Jungkook di saat keduanya menghilang di balik pintu kamar nya yang kembali tertutup dari luar, dan saat itu tanpa sadar Jungkook menghembuskan napasnya pelan.
Dia kemudian berjalan melewati mejanya dan mengambil buku yang sebelumnya ia gunakan untuk melempar Kasim Cha.

Malam yang semakin larut, cahaya bulan yang kemudian membimbing langkah nya untuk mendekat ke jendela dan mengintip keluar dari celah-celah kecil yang tak mampu membuat pandangan nya dapat mengakses keseluruhan keadaan di luar yang begitu gelap.

"Sebenarnya kemana kau pergi?." Gumaman yang menyiratkan sebuah kekhawatiran ketika sang Rubah yang tak kunjung kembali ke tempatnya dan suara gong yang di bunyikan semakin mengusik ketenangan Jungkook.

Untuk beberapa waktu setelahnya, bukannya tidur seperti yang telah ia katakan kepada kedua Kasim yang telah meninggalakan nya. Malam itu justru dia habiskaan dengan hanya berjalan di dalam kamar nya, mencoba mengusir kebosanan sekaligus kekhawatiran saat yang di tunggu tak juga menampakkan diri.
Hingga sepasang kaki yang mulai lelah untuk berjalan yang kemudian mengantarkan nya untuk duduk di lantai tepat di samping pintu kamar nya dengan masih berharap bahwa sang Rubah akan segera membuka pintu kamar nya.

Namun bahkan sampai mata itu mulai lelah terjaga dan perlahan menutup rapat, tak ada tanda-tanda bahwa seseorang akan membuka pintu tersebut dari luar.
Masih di tempat ia duduk sebelumnya, tubuhnya yang mulai lelah untuk menunggu perlahan mulai kehilangan kesadaran nya dengan harapan bahwa sang Rubah tidak akan mengingkari janji sepihaknya dan segera kembali pada nya.


Selesai di tulis : 11.05.2019
Di publikasikan : 11.05.2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro