Lembar 073
Music On!!!
Malam yang gelap kembali menenggelamkan Joseon ke dalam keheningan senyap udara pada nirwana yang kehilangan cahayanya. Namgil terdiam dengan raut wajah yang sulit di artikan ketika ia membawa tubuh Taehyung bersandar padanya, dengan posisi duduk nya yang bersila dia menegakkan tubuh Taehyung berhadapan dengan nya dan kemudian menyandarkan tubuh lemah itu padanya.
Perasaan asing yang tiba tiba menghampirinya, ketika tubuh yang lebih kecil dari pada ukuran tubuhnya itu membawa kembali kenangan Changkyun kecilnya. Perlahan Namgil menggerakkan tangan nya untuk menyentuh bahu Taehyung dan saat itu pula sudut bibirnya terangkat sekilas seakan tak membiarkan Hwagoon melihat nya.
"Dia pasti sudah sebesar ini sekarang." Batinnya, tak membiarkan hembusan angin pun mendengarnya.
Perlahan dia menurunkan pakaian Taehyung yang menutupi punggungnya dan menampakkan bekas darah yang merembes pada punggung nya, membuat Hwagoon yang posisinya berhadapan dengan Namgil sedikit tersentak dengan mata yang membulat.
"Ahjussi."
Hwagoon berujar dengan nada khawatir, seakan hendak memberitahukan Namgil tentang seberapa parah luka Taehyung. Namun hati Namgil yang telah membeku kembali tak bisa menampakkan kekhawatiran di wajah datarnya yang begitu dingin.
"Obati lukanya!"
Perkataan dingin Namgil membuat Hwagoon menyadari perubahan suasana hati Namgil saat itu, entah hal apa yang membuat Namgil tiba tiba begitu dingin. Hwagoon kemudian mendekat dan membuka ikatan kain yang membebat bahu serta punggung Taehyung dengan hati hati seakan tak ingin membuat Taehyung merasakan sakit saat ia melepaskan kain itu dari tubuhnya, meski pada kenyataan nya mata itu akan tertutup entah untuk seberapa lama.
Untuk beberapa waktu selanjutnya, ruangan tersebut hanya di isi oleh keheningan ketika hanya deru napaslah yang saling bersahutan. Membiarkan waktu yang terlewatkan tanpa ada sedikit pun percakapan. Hwagoon dengan sangat berhati hati membersihkan luka pada bahu Taehyung.
Sungguh, meski Hwagoon adalah seorang wanita yang sering berhubungan dengan sebilah Pedang. Melihat luka yang terdapat pada tubuh Taehyung kali ini benar benar membuat nya sulit untuk bernapas, dia tidak tahu apa penyebabnya. Hanya saja, semua menjadi begitu berat dan Namgil menangkap hal tersebut dari wajah Hwagoon yang terlihat begitu gusar.
Tepat setelah Hwagoon hendak menarik tangan nya, saat itu pula Namgil menahan tangan nya dan membuat keduanya saling bertemu pandang.
"Tangan mu berkeringat. Kau takut?"
"Aniya...."
Hwagoon berujar gugup, salah satu tanda bahwa di tengah menyembunyikan rasa takut nya. Dia kemudian menarik tangan nya dan menghindari kontak mata dengan Namgil meski masih harus mengobati luka Taehyung, namun Namgil sepertinya tak ingin mengalihkan pandangan nya dari Gadis Muda di hadapan nya.
"Bagaimana?"
Hwagoon kembali membuat kontak mata dengan Namgil ketika dia menegurnya. "Apa yang Ahjussi maksud?"
Tiba tiba saja senyum yang tak mengenakan itu kembali terlihat di wajah Namgil dan membuat Hwagoon memicingkan matanya. Merasa begitu was was dengan Namgil.
"Tadi siang kau mengatakan bahwa hanya melihat sedikit, sekarang kau sudah melihat banyak. Bagaimana rasanya?"
Seketika pipi Hwagoon serasa terbakar seiring dengan semburat merah yang tiba tiba muncul di pipinya dan malah membuat Namgil tertawa ringan, mengingat bahwa saat ini Taehyung tengah bersandar padanya.
"Ahjussi....."
"Ada apa dengan wajah mu?"
"Berhenti menggoda ku."
"Wae? aku sudah memergoki mu yang ingin berbuat hal yang tidak tidak kepada putra ku."
Candaan yang terucap dengan begitu ringan, seakan benar benar menunjukkan bahwa dia lah Ayah Taehyung yang sebenarnya.
"Ahjussi...."
Wajah Hwagoon merengut kesal, ingin sekali rasanya dia memukul Namgil saat ini. Namun, melihat posisi Taehyung saat ini membuat keinginaan nya tak bisa ia penuhi dan hanya mampu menahan kekesalan nya di saat Namgil sedang berpuas diri untuk menertawakan nya.
Sedikit kebisingan yang membuat Taehyung mendapatkan kembali sedikit kesadaran nya dan mendengar tawa dari Ayah sang Rubah yang membuatnya kembali teringat akan anak itu. Jemari tangan nya yang tergeletak di lantai tergenggam lemah ketika di rasakan nya dekapan hangat yang begitu familiar meski dia tahu bahwa yang memeluknya kini adalah orang asing.
Perlahan dia merapatkan tubuhnya pada Namgil ketika merasakan sakit yang teramat pada bahunya, dan pergerakan kecil tersebut berhasil di sadari oleh Namgil yang menghentikan tawanya di saat Hwagoon sendiri telah kembali menyembunyikan wajahnya seperti siang tadi.
Dia sempat ragu akan hal itu, namun cara bernapas Taehyung yang sedikit berbeda membuatnya yakin bahwa Taehyung benar benar bergerak sebelumnya. Perlahan Namgil menggerakkan tangan kirinya dan menyentuh punggung Taehyung, seperti seorang Ayah yang hendak mengambil kekhawatiran sang putra dan memberikan nya sebuah kehangatan yang akan merengkuhnya kembali ke jalan menuju cahaya.
"Tidak apa apa."
Gumaman kecil yang tak sampai pada Hwagoon dan setelahnya dia tersentak ketika mendengar gumaman lemah yang berasal dari mulut Taehyung.
"Mianhanda..."
Suara yang terdengar begitu menyakitkan, membawa Namgil kembali menjelajahi luka lama dan semakin mendekap Taehyung dengan tangan kirinya, seakan ingin menekan perasaan nya sendiri yang tiba tiba menjadi kacau setelah ia bertemu dengan Taehyung dalam keadaan yang seperti ini.
Penantian Panjang Gyeongbok-gung
Setelah keributan kecil yang sempat mengisi kekosongan hatinya berlalu, Hwagoon keluar dari ruangan tersebut. Meninggalkan kedua pria di dalam sana dan bukannya segera kembali ke kamarnya, dia justru turun ke halaman.
Hwagoon menghentikan langkahnya tepat di bawah tangga dan duduk di sana, sejenak mendongakkan kepalanya untuk menemukan siluet rembulan yang tak lagi sempurna. Menatapnya seakan itu adalah sarana pelampiasan akan kerinduaanya terhadap sesuatu yang bahkan belum pernah ia tahu bagaimana rupanya yang sebenarnya.
Kebaikaan dan kesempurnaan yang di agung agungkan oleh seluruh rakyat Joseon, telah membuatnya menaruh hati kepada sosok Putra Mahkota Joseon yang bahkan tidak ia ketahui seperti apa rupanya. Meski pada kenyataan nya, seseorang itu berada di dekatnya kini.
Dengan kebimbangan hati yang kemudian membawa serpihan luka kepadanya, dia menyampaikan permohonan dengan di saksikan oleh sang rembulan. Bahwa seseorang yang diam diam dia puja selalu di beri kesehatan kapanpun itu, hingga kesunyian yang ia rasakan telah membimbing langkah kaki Ketua Park untuk keluar dari kamarnya dan mendapati putrinya yang lagi lagi duduk menatap rembulan seperti tengah menunggu kedatangan seseorang. Ketua park menghela napas, merasa tidak tega melihat putrinya yang setiap hari harus seperti itu.
"Dia sudah ada di dekat mu sekarang, kau tidak harus menunggu nya lagi."
Perktaaan yang hanya mampu ia katakan dalam hati, di saat lisan nya sendiri menolak untuk mengatakan sebuah kebenaran.
Penantian Panjang Gyeongbok-gung
Waktu yang bergulir, membawa kabar angin yang tersampaikan dari mulut ke mulut. Di saat Lee Jeon yang kini di landa dilema besar, di sebuah tempat jauh di Bukchon. Angin yang tak bersahabat telah menyampaikan berita terlarang yang harusnya tak di izinkan untuk di ketahui oleh heo Junhoo, karna tidak akan ada seorang pun yang tahu tentang apa yang akan ia lakukan di detik berikutnya.
Shin, orang keperayaan Klan Heo. Seseorang yang datang membawa kabar angin yang akan tersampaikan kepada Heo Junhoo secepatnya, tepat setelah ia menutup pintu ruangan di mana sang Tuan berada dari dalam.
"Ada apa lagi kali ini?"
Sebuah pertanyaan yang melambangkan sebuah kebosanan dengan kabar yang selalu di bawa oleh Shin beberapa waktu terakhir ini.
"Pangeran menghilang dari Bukchon."
Sebuah kalimat yang membuat mata Junhoo melebar dengan antusias dan mengulum senyumnya. "Apa maksud mu dengan menghilang?"
"Pangeran telah meninggalkan Bukchon sejak dua hari yang lalu."
Junhoo tersenyum miring dan kemudian tertawa ringan seakan ia tak ingin mempercayai hal tersebut.
"Dua hari kau bilang? jika begitu, kenapa baru mengatakan nya pada ku sekarang?"
"Itu karna Baginda Raja sengaja menutupi kepergian Pangeran dan mengirim Prajurit secara diam diam untuk menemukan keberadaan Pangeran."
Lagi, Junhoo tertawa ringan dengan wajah yang terarah ke lantai, namun senyumnya tiba tiba memudar seiring dengan wajahnya yang terangkat kembali dan hanya menyisakan senyuman miring yang masih setia di wajahnya yang membuat tatapan tajamnya menjadi lebih sempurna.
"Anak nakal itu, ingin lari kemana dia?"
Dengan menghilangkan senyum di wajahnya, Junhoo beranjak dari tempatnya. Berjalan melewati Shin dengan dada yang membusung dan membuka pintu ruangannya dengan begitu ringan dan sudah bisa di pastikan kemana langkah itu akan tertuju.
Manik gelap yang menyambutnya ketika ia membuka pintu dengan tidak sopan nya, dan tanpa perlu bertanya. Cenayang Min Ok sudah menganalisis tentang apa yang tengah terjadi setelah melihat wajah Junhoo yang terlihat begitu senang, dan senyum miring yang saling berbalas tepat setelah keduanya saling bertatap muka.
"Malam ini. Habisi anak itu!"
08.04.2019
THE DYNASTY : CHAPTER 1
[THE LITTLE PRINCE]
09.04.2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro