4. Fresh Jonquil
halola. balik lagi bawa chapt baru dan~ inget ini fanfic beralur lambat :"
dan, saran sih, jangan percaya siapapun, jangan benci siapapun, jangan ship siapapun, jangan nyalahin siapapun di ff ini. ehe.
sider? semoga hatinya di yorojoin sama danyel.
( cover by shiningpark )
.
.
.
Jonquil memiliki makna rasa simpati.
.
Selama bekerja, Jihoon dan Daniel terlihat bahagia bersama. Mereka tetap profesional walau diselingi candaan. Terkadang, Daniel akan mejahili Jihoon dengan mencolek pipi Jihoon padahal tangannya penuh dengan busa. Jihoon akan membalas dengan mencipratkan air ke wajah Daniel. Mereka terlihat telah kenal alam.
Biasanya, bekerja dengan orang yang menyenangkan membuat ilusi seakan waktu berjalan lebih cepat. Jihoon dan Daniel merasakan hal ini, tak terasa jam kerja mereka telah habis. Yuju menitahkan mereka untuk mengelap kaca didapur lalu pulang.
"Woah! Kerja ternyata tidak semelelahkan itu ya?" Jihoon menatap Daniel yang sedang mengancingkan kemejanya. Mereka berdua baru saja berganti baju.
"Hm, terlebih temen disini emang pada asik. Yuju Noona juga baik banget! Mana sekarang ada kamu," ucap Daniel diselingi dengan tawa.
"Apaan sih!"
Mereka berdua akhirnya selesai berganti dan bersiap untuk pulang. Jihoon bingung, haruskah ia langsung pergi ke rumah Guanlin atau tunggu sedikit malam. Karenanya ia hanya jalan-jalan tidak jelas.
Telepon genggam milik Jihoon bergetar, ia mengambil handphonenya dan mendapati kalau hari ini ialah ulang tahun sahabatnya, Woojin. Ia segera mendial nomor sang sahabat, namun, tak kunjung diangkat. Ia mengrenyitkan dahinya ketika operatorlah yang menjawabnya. Ia mencoba menelepon kembali namun nihil. Woojin tetap tidak mengangkatnya.
'Mungkin sibuk,' batin Jihoon.
Pria berperawakan mungil ini mulai jalan-jalan tidak jelas sebelum mendengar suara klakson dibunyikan dan ia melihat ke sumber suara, itu Guanlin.
"Dapat kerjakah?" ucapnya selepas menurunkan kaca.
Senyum Jihoon merekah, ia menganggukan kepalanya semangat.
"Syukurlah, ayo pulang."
.
.
.
Kini mereka berdua tengah berada dikamar masing-masing. Guanlin yang baru saja pulang –sama seperti Jihoon merasa lelah. Ia menatap atapnya dengan mata kosong.
"Aku tak ingin sendiri lagi," gumamnya sebelum tertidur.
Guanlin terbangun dan merasakan kepalanya pusing dan dadanya sesak. Dengan susah payah ia membuka laci yang memang berada tepat disebelah kasurnya. Ia mengambil semua obat yang ada disana. Matanya melirik dua botol yang ada ditangannya. Satu botol hanya putih biasa, tanpa ada tulisan, merek atau apapun itu. Hanya botol putih berisi obat yang terlihat masih penuh sedangkan satu laginya terdapat obat berwarna kekunigan. Ia mengambil botol yang kedua dan melempar hancur botol pertama hingga isinya berterbaran.
"S-sialan. K-kenapa kam-kambuh!?"
Guanlin menenggak obatnya segera dan tengkurap. Ia benar-benar merasa lemas. Disaat seperti ini keluarga benar-benar dibutuhkan bukan.
Jihoon sedang kebosanan dan hanya memainkan handphone-nya saja. Ia terkadang mencoba kembali menghubungi Woojin namun, tetap tidak terhubung. Akhirnya, ia memutuskan untuk ke kamar Guanlin dan mengajaknya main mungkin atau makan. Ia bosan sekali.
"Astaga Guan!?"
Jihoon terkejut melihat Guanlin yang mengerang seraya memegang kepalanya. Jihoon mengguncang badannya dan terus mengusap punggung Guanlin.
Guanlin yang menyadari tingkah Jihoon, menatapnya dan berkata dengan lirih, "Air.. tolong.."
Jihoon langsung saja mengambilkan air untuk Guanlin dan mendudukan badan Guanlin (Dan Jihoon sadar, Guanlin ternyata cukup kurus) Ia membantu Guanlin untuk minum lalu mengusap keringat yang terus bercucuran dari dahi Guanlin. "Kau kenapa astaga..." ucapnya khawatir.
"Tak... a-aku... Aku tak apa." Guanlin menelusupkan kepalanya ke leher Jihoon lalu berkata lirih dan terbata, "Sesak hyung. Biarkan seperti ini dahulu."
Jihoon sangat senang sekaligus terharu setiap ada orang yang membuatnya merasa dibutuhkan. Ia menepuk kepala Guanlin pelan. Ia tersenyum sedih melihat ada orang –siapapun, menderita seperti ini. Ia tak suka melihat seseorang menjadi rapuh atau ringkih. Ia rasanya ingin menangis saja melihat betapa rapuhnya Guanlin.
"Istirahat ayo. Tiduran ya, Guan," ucap Jihoon perlahan, membantu Guanlin terbaring.
"Kumohon, tetaplah disini," Guanlin menatap Jihoon penuh pengharapan.
Jihoon merebahkan badannya dan mengisyaratkan pada Guanlin untuk mendekat. Disaat seperti ini, Jihoon merasa jika ia adalah keluarga Guanlin. Jihoon jadi rindu dengan kasih sayang serta kehangatan sebuah keluarga. Ia rasa Guanlin adalah salah satu keluarga barunya yang perlu ia perhatikan. Ia merasa lemah melihat Guanlin seperti ini.
"Jihoon hyung?"
"Iya, Guan?"
"Aku rindu keluargaku."
Jihoon tersenyum lalu memeluk Guanlin erat. "Ya aku tahu," ujarnya seraya mengelus rambut Guanlin.
Jihoon akhirnya berhasil menenangkan Guanlin. Ia tersenyum saat badan Guanlin tidak bergetar tak karuan lagi. Ia jadi terpikir untuk menjadi tenaga medis seperti perawat. Melihat orang sakit adalah kelemahannya. Bawaannya ia ingin mengurus orang tersebut.
"Eung?"
"Ah? Guan telah bangun?"
"Ya... aku sedikit lapar, kurasa,"
Jihoon menatapnya khawatir dan mengelus dahinya.
"Mau kumasakan?"
"Memesan saja!"
Mereka berdua akhirnya memesan salad ayam dan juga beberapa makanan penutup. Selagi makan, mereka terkadang saling melempar candaan dan obrolan ringan.
"Guanlin-ah, kamu kerja sembari kuliah atau gimana?"
"Kerja juga kok," Gualin melemparkan senyum menggoda.
"Ei~ kerja apaan?"
"Dulu, aku sama kakak pernah bikin bisnis bareng. Harusnya sih, aku bagian manajemen dan pemasaran doang. Berhubung kakak udah tenang disana. Jadi aku yang pegang."
"Woah! Kaya dicerita gitu? Kamu CEO?"
"Hyung, kebanyakan nonton drama apaan?" Guanlin terkikik pelan dan melanjutkan, "Enggak, posisi CEO dipegang orang lain. Aku pemegang saham doang."
Jihoon mendengarnya langsung mengacungkan kedua jempolnya. Ia tak bisa berucap apapun, pipinya naik turun. Ia sibuk sekali mengunyah.
"T-tuan ..., maaf mengganggu. Jadwal dengan dokter Jonghyun...," Pelayan Ahn datang dengan membawa surat.
Guanlin mengrenyitkan dahinya lalu membalas, "Ya. Kode 2,"
"S-saya pamit du-dulu."
Jihoon kembali memiringkan kepalanya dan merasa situasi canggung.
'Rasanya aku pernah mendengar dokter Jonghyun,' batin Jihoon.
TBC.
fiuh.
gaeZ, komen ceritanya dong. Gimana gimana?
sekalian siapa yang suka JinSeob dan~ lagi nggak sibuk?
bantu naru yuk :' bikin darker side series.
Darker side series, kalian bisa liat penjelasannya di profil naru!
tertanda,
naru yang mau selingkuh.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro