Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3. White Anemone.

naru balik yuhu. maaf lama apdet.
sider? dapet salam dari pak volta.


inget! ini hanya fanfic beralur lambat.

enjoy!
.

.

.

.

White Anemone atau Anemone Putih.

Memiliki makna berharap atau pengharapan.

.

Tak disangka, rumah Guanlin memiliki tiga kamar. Guanlin bilang jika dua kamar sebelumnya itu milik kakaknya dan orangtuanya. Namun, mereka telah tiada. Oleh karena itu kamarnya kosong sekarang.

Jihoon membawa tasnya dan kopernya ke kamar milik kakak Guanlin.

"Woah.. rapih sekali! Jihoonie suka~" monolog Jihoon lalu melemparkan dirinya ke kasur.

Selang beberapa jam, Guanlin berjalan menuju kamar Jihoon dengan kalusol-nya. Ia mengetuk pintu kamarnya terlebih dahulu namun tak kunjung mendapat jawaban dari Jihoon. Makanya ia memutuskan untuk masuk saja.

"Hyung?"

Ia melihat Jihoon tertidur diatas kasurnya dengan baju saat mereka datang tadi siang. Guanlin menggelengkan kepalanya pelan. Ia mendatangi Jihoon lalu berbaring disampingnya seraya membenahi tidur Jihoon.

"Indah sekali," ucap Guanlin pelan sebelum ikut tidur disebelah Jihoon.

Jihoon terbangun perlahan dan menyadari ada seseorang disebelahnya. Ia melihat Guanlin yang tidur dengan tenang dan tak ingin mengganggunya. Kopernya yang berada di dekat lemari ia bongkar perlahan dan membereskan pakaiannya. Tak sadar jika Guanlin telah terbangun.

"Sedang merapihkan eum?"

"Astaga!" Jihoon terkejut dan melemparkan sweater pink yang ada di tangannya. "Sejak kapan kau bangun?" tanyanya dengan nada yang sangat kentara ia masih tak percaya akan apa yang ia lihat.

"Kurasa baru saja, mengapa begitu terkejut?"

"Ugh? Hanya merasa sedikit aneh ... sedikit," balas Jihoon seraya mengekspresikan sedikit dengan tangannya.

Guanlin terkikik pelan dan membalas, "Seharusnya aku yang minta maaf karena tak sengaja tidur disini," Ia tersenyum dan melanjutkan. "Maaf."

"Ini kan rumahmu juga. Ya, jadi tak perlu seperti itu," Jihoon jadi merasa tidak enak.

"Jadi boleh nih aku ke kamarmu terus?"

"Bukan begitu juga! Ih Guanlin!" rengek Jihoon dan secara tak sadar menghentakkan kakinya.

Guanlin sempat tertawa lepas melihat tingkah Jihoon. Sedangkan Jihoon yang asalnya kesal ikut tertawa melihat betapa tulusnya tawa Guanlin.

"Jihoon-ssi, kemari."

"Eum? Ada apa?"

Guanlin menatap kakinya lalu berkata, "Aku ingin ke kamar mandi,"

"Memangnya kalusol-mu dimana?"

Guanlin hanya menatap kalusol yang sedikit jauh darinya. Jika Guanlin ingin mengambilnya mungkin ia harus merangkak terlebih dahulu.

"Mau ke kamar mandi kamar ini atau ..."

"Yang dikamarku saja, kumohon?" Guanlin memberikan tatapan memohon, dan menurut Jihoon itu sangat menggemaskan.

Jihoon berjalan mengambil kalusol Guanlin dan membantunya berjalan, karena Guanlin hanya berjalan dengan satu kalusol kanan saja. Ia membukakan pintu untuk Guanin dan bertanya, "Memangnya para asisten rumah tanggamu kemana?"

"Kurasa mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Lagipula hanya ada tiga asisten. Dan hey! Kau terlalu banyak bertanya."

Jihoon hanya memeletkan lidahnya bercanda kepada Guanlin dan mereka tertawa bersama. Guanlin meminta Jihoon menunggu dikamarnya saja. Jihoon yang kebosanan melihat-lihat kamar Guanlin.

Kamar milik Guanlin tidak banyak berbeda dari kamar yang ia tempati. Hanya saja, banyak pakaian bergantungan, kemeja dan furnitur mobil juga bingkai foto dimana-mana. Jihoon menatap pada foto keluarga Guanlin saat dirinya masih kecil. Guanlin terlihat begitu lucu dengan topi kebesaran sedangkan kakak wanita Guanlin tampak cantik --ia tak yakin, wajahnya terhalang sebagian oleh topi Guanlin. Sedangkan orangtuanya, terlihat hangat dan sangat berkarisma.

Disebelah foto keluarga banyak foto Guanlin saat bayi, Jihoon sering sekali bergumam menggemaskan melihat foto-foto Guanlin. Ia terus berjalan dan tak sengaja menemukan foto keluarga tanpa Guanlin, dibelakangnya terdapat tulisan 'Oleh Guanlin' dalam bahasa China.

Fotonya terlihat sedikit kusam dan tidak fokus (Guanlin masih kecil, wajar saja hasil fotonya begitu buruk).

"Heum? Sudah tiada?" gumam Jihoon lalu menggendikkan bahunya.

.

.

.

Keesokkan harinya Jihoon bangun sangat pagi. Ia pergi keluar rumah untuk meregangkan badannya. Piyama yang ia kenakan bergerak mengikuti arah angin. Ia merasa bebas sekarang, terutama dari Ibunya.

"Kurasa aku harus segera mencari kerja," Jihoon menggembungkan pipinya.

Pekerjaan apa yang bisa seorang lulusan SMA lakukan?

'Apa saja kurasa oke,' batinnya.

"Permisi ... tuan muda telah bangun, katanya dia ingin makan bersama," Pelayan Ahn menepuk bahu Jihoon pelan.

"Ah, oke."

Jihoon memasuki ruangan dan menatap Guanlin yang telah rapih. Ia yakin Guanlin pasti telah mandi. Lalu, Jihoon menatap pantulan dirinya pada cermin yang memang tersedia diruang tengah.

Rambut cokelat yang berantakan, wajah kemerahan karena kedinginan, piyama yang telah kusut, belum lagi piyama yang ia kenakan memang sudah logor karena overused.

Guanlin terkikik melihat Jihoon yang mendatanginya dengan muka kesal. Ia menyuruh Jihoon untuk duduk disebelahnya.

"Habis makan aku akan kuliah, tak apa jika kau sendiri?"

Jihoon yang tadinya sedang menyeruput sup dari mangkuknya mengintip Guanlin dan menganggukkan kepalanya.

"Aku akan mencari kerja lagian," Jihoon tersenyum manis.

Selepas makan, Guanlin memerintahkan supirnya mengantar Jihoon ke daerah perkotaan terlebih dahulu. Setelahnya mereka berpisah.

Jihoon yang tengah luntang-lantung melihat wanita yang terlihat akan terjatuh dari sebuah tangga disisi bangunan. Ia berlari lalu membantu wanita tadi untuk berdiri.

"Terima kasih nak," ucap sang wanita.

"Ehe.. tak perlu berterima kasih!"

Mereka sempat terdiam canggung. Hingga akhirnya sang wanita bertanya, "Kau tidak sekolah?"

"Aku ... putus sekolah," Jihoon memainkan kancing pada kemejanya pelan.

"Mau mencoba kerja ditempatku? kebetulan kita kurang orang sebagai pelayan dan kasir."

Mata Jihoon berbinar, ia mengangguk dengan semangat, "Tentu!"

Mereka berdua bercakap-cakap hubgga akhirnya sampai disebuah restoran makanan Jepang dan China. Terlihat sederhana namun cukup ramai walau masih pagi

"Masuklah,"

"Anak-anak! Kenalkan pegawai baru kita, Park Jihoon," Wanita yang mengenalkan namanya sebagai Yuju ini berteriak didapur.

"Aku Jun!"

"Wang JackJack!"

"Si swag, Seungkwan!"

"Duh? Swag? Ngaca kali boo!"

Semua karyawan tertawa lalu mendekati Jihoon seraya mengajaknya berbicara.

'Mereka sangat ramah," batin Jihoon.

"Ayo semua kembali bekerja, dan Jihoon kau akan berpasangan dengan .... Ah, Daniel, temani Jihoon dibagian piring untuk hari ini! Sisanya kembali bekerja!"

"Siap madam!"

Semua telah kembali asyik dengan pekerjaannya masing-masing. Jihoon menghampiri orang yang Yuju tunjuk tadi.

"Daniel-ssi?"

Seseorang yang dipanggil Daniel menengok kearah Jihoon lalu tersenyum. Senyumnya menular pada Jihoon dan entah kenapa telinga keduanya memerah.

"Mohon bantuannya!"

"Astaga lucu sekali! Iya benar, aku Kang Daniel!"

"Aku Park Jihoon."

Mereka kembali tersenyum, tak sadar itu dapat menimbulkan kebahagian pula malapetaka jauh kedepan sana.

TBC.

FIUH, BERES JUGA NGETIKNYA.
cie ah yang curiga wkwk.

gak niat curiga ke Jihoon gitu?

adakah yang bikin ganjal lagi?

see you later~

naru,

pacar woojinyoung micoci.







ps. nielwink nIEH. panwink ntaran.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro