Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Hari ke-7: Masalah Saat Ujian

Asal engkau masih berjuang sampai titik darah penghabisan, Allah akan tetap bersamamu.
-Umairah-

Masa-masa ujian masih dilewati oleh semua siswa SMA terfavorit di kota. Namun, di balik ujian yang diadakan secara online, Umairah masih begitu santai dalam mempersiapkannya. Di mana dirinya masih harus mengerjakan challenge dari Salim maupun kelas menulis yang lain. Tiga challenge yang dikerjakannya, mengingat dirinya sendiri juga menyetujui apa yang diberitahukan oleh lelaki itu melalui surat yang diterimanya.

Namun, Umairah belum sama sekali mengunggah foto yang menunjukkan bahwa dirinya mengerjakan challenge dari Salim. Gadis itu masih fokus akan dua challenge yang diterima sebelumnya. Tantangan yang diterima gadis tersebut sepertinya semakin sulit, namun tak menyurutkan semangatnya untuk menyelesaikan semua itu.

***

Sedangkan Salim terjebak dalam hujan, padahal waktu ujian sebentar lagi dimulai. Lelaki tersebut sama sekali tak membawa mantel sejak keberangkatannya dengan mengendarai motor pribadi, sehingga bajunya basah kuyup.

Tak terlalu basah kuyup sih, tetapi ya gitulah. Intinya basah.

Namun, alangkah beruntungnya ketika Salim menemukan Thariq di jalan. Kebetulan, temannya Salim itu sedang mengisi bensin dan dia pun begitu. Maka, dihampirinya si Thariq seraya menyapa, "Hai, Thariq. Bagaimana kabarmu saat ini?"

"Kabar baik kok, Salim. Ada apa, kok kamu kehujanan gitu?" balas Thariq seraya mengamati kondisi Salim dari atas sampai bawah. Lelaki yang ditanya itu hanya bisa menunduk seraya menjawab, "Aku tak bawa mantel nih, Thar. Kau mau minjamkan aku satu buah mantel?"

"Oh tentu saja boleh. Aku selalu bawa dua mantel setiap hari kok," ucap Thariq dengan penuh sukarela, meminjamkan mantel dengan ketulusan hatinya kepada si Salim. Lantas, lelaki yang dipinjamkan mantel tersebut merasa bahagia, kemudian digunakannya mantel itu dan langsung melaju ke sekolah.

Sedangkan Thariq hanya tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepala, melihat Salim yang terlihat terburu-buru menuju sekolah.

***

Waktu ujian sudah tiba. Menurut jadwal, pelajaran yang pertama kali diujiankan itu adalah PPKN, sehingga sepertinya mereka agak santai ketika mempersiapkannya. Awalnya, semuanya lancar dan baik-baik saja, server yang digunakan pun bagus, wifi lancar, dan sebagainya.

Namun, alangkah terkejutnya ketika mendapati bahwa ketika sudah sampai ke waktu ujian pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, mereka mendapat bobot soal yang berbeda-beda. Ada yang mendapat lima puluh soal tetapi tak ada hitungan, ada juga yang tiga puluh soal namun ada hitungan.

Umairah sendiri merupakan satu di antara siswa yang mendapat kriteria pertama, sedangkan Salim mendapat kriteria soal yang kedua. Inilah yang membuat lelaki itu cukup tersiksa ketika mengerjakannya. Bukan hanya dia, tetapi seluruh anak IPS yang mengerjakan soal PKWU.

Mengapa? Karena semua soal yang dibuat itu tergantung guru masing-masing. Anak IPA mendapat soal yang berbeda dari anak IPS.

Untung saja, Umairah berhasil menyelesaikan soal PKWU yang tertera di layar monitor, dan dirinya pun keluar lebih dulu daripada Salim. Namun, sebelum melewati Salim, Umairah pun bertanya, "Salim, nanti bisakah kita bicara sebentar?"

Salim hanya mengangguk seraya masih fokus pada soal-soal di layar monitor. Lantas, Umairah hanya menghembuskan napas seraya berkata, "Semoga kau lancar mengerjakannya, Salim. Aku mendukungmu." Setelah berkata demikian, gadis itu langsung pergi meninggalkan lab komputer.

***

"Eh, Umairah! Anak IPS di lab komputer itu terkendala masalah lho!" seru Risya sambil menggoyang-goyangkan tubuh Umairah tanpa henti. Itulah yang membuat gadis tersebut cukup risih akan tingkah laku Risya. "Wifi dan lampu mati, tahu!" lanjutnya.

Namun, Umairah pun hanya bisa bertanya, "Bagaimana bisa itu terjadi, Ris?"

"Ih, Umairah. Kasihan Salim dan anak-anak IPS lainnya. Mereka cukup tersiksa ketika mengerjakannya, serius ...." Lantas, ucapan Risya barusan membuat Umairah merasa terenyuh dan kasihan.

Rasa ibanya sudah muncul pada si Salim. Ups, bukan hanya untuk lelaki itu, tetapi juga buat yang lainnya. Padahal, waktu sholat Dzuhur sudah mau dekat, masih saja mereka terpaku ke layar monitor. Untung saja ketika Umairah kembali mengecek kondisi lab komputer, wifi dan lampu sudah kembali menyala.

"Ah, syukurlah kalau semuanya sudah normal. Tetapi aku kasihan jika Salim nanti ... ah sudahlah! Aku tak mau memikirkan dia lagi!" seru Umairah sambil menggerutu dalam hati, karena tak ingin berpikir terlalu jauh tentang Salim.

Setelah dirundung masalah, akhirnya setelah beberapa menit kemudian, Salim dan teman-temannya berhasil keluar dari
"cobaan maut" selama ujian PKWU. Begitu melihat Umairah yang tengah menunggu di depan pintu lab komputer, Salim tersenyum manis kepada gadis tersebut seraya bertanya, "Sudah menunggu lama ya, Umairah?"

"Tidak kok. Asal kau masih berjuang sampai titik darah penghabisan, Allah akan tetap bersamamu, dan aku masih akan menunggu kedatanganmu," ucap Umairah dengan penuh rendah hati. Lantas, ucapan barusan membuat Salim lagi-lagi tersenyum sampai hampir saja salah tingkah dibuatnya.

"Terima kasih, Umairah. Eh, tapi, apa yang mau kau bicarakan?" tanya Salim itu lagi.

"Soal itu, Salim. Bagaimana soal PKWU yang kau kerjakan? Tipe soal kita sangat berbeda," ujar Umairah dengan nada bicara yang sedikit direndahkan. Seketika itulah, apa yang ditanyakan Umairah itu membuat Salim tertawa terbahak-bahak.

Namun, beberapa saat kemudian, Salim menjawab, "Ah, santai saja kali, Umairah. Kami hanya bermasalah pada lampu dan wifi kok."

"Yakin? Aku tak begitu memercayaimu saat ini, Salim," ucap Umairah secara spontan.

"Eh, Umairah, Salim!" seru seseorang secara tiba-tiba, mengganggu pembicaraan keduanya yang sedang membicarakan soal ujian PKWU. Ternyata, yang sedari tadi memanggil mereka adalah Fityan.

"Kalian dipanggil bu Nur, sekarang juga!"

***

"Ada apa, Bu?" tanya Umairah dan Salim secara bersamaan.

"Jadi ceritanya begini. Kalian ikut memeriahkan buka bersama di sekolah, 'kan? Kalian jadi panitia di situkah?" tanya bu Nur kepada kedua siswa-siswi di hadapannya. Lantas, mereka berdua saling memandang satu sama lain kemudian mengangguk-anggukkan kepala. "Memangnya, ada apa dengan kami, Bu? Kenapa kami dipanggil ke sini? Sedangkan kami di sini statusnya bukan sebagai ketua atau pun sekretaris," kata Salim kemudian, yang langsung disetujui dengan anggukan kepala oleh Umairah.

"Minta tolong beritahukan ketua panitianya, bahwa besok dia harus menghadap Ibu di kantor guru, sebelum ujian dimulai. Bagaimana?"

"Ibu ada di kantor guru dari kapan sampai kapan, Bu?" tanya Umairah, giliran.

"Dari pagi sampai siang, Insyaa Allah."

Lantas, Salim dan Umairah langsung menyetujui permintaan dari bu Nur. "Insyaa Allah kami turuti permintaan Ibu, untuk memanggil ketua panitia." Lalu, keduanya langsung bergegas meninggalkan kantor guru. Namun, sebelum mereka melakukan demikian, bu Nur ingin memberitahukan satu hal lagi. "Tunggu sebentar. Satu hal lagi untuk kalian."

Salim dan Umairah kembali membalikkan badan ke arah guru yang dimaksud. "Kalian murid berprestasi, 'kan? Ibu ingin memberikan sesuatu kepada kalian."

***

To be Continued.

Mind to Vote and Comment?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro