Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Hari ke-6: Tantangan Umairah dan Cobaan Syifa

Setiap Muslim berhak untuk dijenguk oleh Muslim lainnya. Sesama Muslim itu bersaudara.
-Thariq-

***

Ujian Kenaikan Kelas masih berlangsung di sekolah mana pun itu. Makanya, terkadang Umairah bingung ketika harus membagi waktu antara menjadi seorang penulis ataukah belajar demi masa depannya. Saat ini, Umairah sedang menghabiskan waktunya untuk belajar tanpa henti, meski hanya satu mata pelajaran yang diujiankan untuk hari ini.

Sedangkan Salim masih berstatus sebagai seorang pembaca. Mengapa? Karena lelaki itu memiliki beberapa buku yang dapat dibacanya di waktu senggang, sebagai selingan dari membaca buku pelajaran.

Tahukah kalian, mata pelajaran apa yang diujiankan untuk hari ini? Bahasa Inggris. Ya, satu bahasa yang wajib dipelajari oleh setiap siswa, sebagai bahasa internasional yang akan berguna bagi masa depan. Setiap orang wajib menguasai bahasa tersebut agar tak dianggap ketinggalan zaman, begitulah yang orang-orang pikirkan.

***

Waktu sesi dua hampir dimulai. Lagi-lagi, Salim dan Umairah bertemu di depan lab komputer, lebih tepatnya di depan ruangan yang akan dipakai oleh mereka. Namun, keduanya lebih memutuskan untuk saling diam, karena tak ada topik pembicaraan yang akan dibawa, baik oleh Salim maupun Umairah.

Maka dari itu, untuk mengatasi suasana diam yang terjadi di antara mereka, Salim dihampiri oleh teman sekelasnya. Begitu pula dengan Umairah.

"Eh, Umairah, aku mau ngomong nih!" seru teman sekelasnya ketika menghampiri Umairah yang tengah bengong, menyaksikan Salim yang tengah berbincang-bincang dengan Fajar, teman sekelasnya.

Lantas, Umairah langsung menolehkan pandangan ke arah temannya, yang diketahui bernama Rias. "Ada apa, Rias? Kelihatannya kamu serius banget deh," ucap Umairah itu lagi, merasa sedikit kebingungan.

"Kau lagi tak main LINE ya? Ada banyak hal yang kau lewatkan soalnya," ujar Rias lirih. Seketika itulah, Umairah langsung memicingkan kedua matanya, tak tahu apa yang dilewatkan oleh dirinya.

Melihat respon dari Umairah itulah, Rias melanjutkan perkataannya. "Jadi begini, Umairah. Di depan perpustakaan itu ada jadwal pengembalian buku. Nah, banyak yang menyadari bahwa total buku yang sudah dipinjam itu tak selaras dengan yang mereka miliki. Kalau misalnya kau memiliki kelebbihan buku, bolehlah disumbangkan ke mereka yang berkekurangan," jelas Rias panjang lebar.

Sontak, Umairah terkejut bukan main. Mungkin saja dia tak tahu kapan waktu yang tepat untuk mengembalikan semua buku pelajaran yang ada. "Sudah ada jadwalnya? Kapan kelas kita mengembalikan buku?" tanya Umairah dengan cukup polosnya.

"Besok, Umair! Sadar dong!" seru Rias dengan nada bicara yang sedikit dinaikkan. Lantas, gadis yang disuruh untuk "sadar" itupun masih tak percaya akan apa yang dia dengar. Hari ini hari Selasa, berarti hanya ada waktu besok untuk mempersiapkan segala sesuatu tentang buku-buku pelajaran yang harus dibalikkan.

Tak peduli apakah mereka masih menggunakannya untuk persiapan ujian atau tidak.

***

Sedangkan Thariq dan Risya masih berada di sekitar tangga miring, lebih jauh dari lab komputer berada. Entahlah bagaimana bisa mereka berduaan, padahal dalam Islam, tak boleh "pacaran" di waktu puasa Ramadhan.

"Ris, bagaimana keadaan Syifa? Apakah engkau sudah menjenguknya?" tanya si Thariq pada gadis di hadapannya.

Risya hanya mengangguk perlahan, lalu bercerita seadanya. "Iya, Thar. Pas aku memutuskan untuk berpisah denganmu waktu itu, saat itu juga kuputuskan 'tuk menjemput Umairah di depan masjid yang dimaksud olehnya. Lalu, kami berdua pergi bersama-sama ke rumah sakit untuk menjenguknya," ujar Risya pelan.

Lantas, ucapan barusan mengundang respon yang baik dari Thariq. Lelaki itu langsung mengacungkan kedua jempolnya, pertanda ingin memuji tindakan Risya yang baik.

"Nah, gitu dong, Ris. Sesuai kataku tadi, setiap Muslim berhak mendapat hak untuk dijenguk oleh Muslim lainnya. Sesama Muslim itu bersaudara. Jadi, jangan pernah kau lewatkan kata-kataku ini ya," ucap Thariq, sekali lagi mengingatkan temannya agar tidak terjerumus ke jalan yang salah.

Risya hanya mengangguk cepat, paham akan apa yang dikatakan Thariq. Setelah itu, keduanya saling tertawa bersama. Lalu, ketika mereka melihat rombongan siswa yang sedari tadi menunggu sesi dua itu sudah menghilang dari pandangan, langsung saja Risya menarik tangan Thariq untuk segera memasuki lab komputer yang dituju.

***

Ujian sudah berakhir, namun masalah yang dihadapi takkan berujung. Umairah masih dilanda kebingungan akan hal-hal lain yang mengganggunya. Gadis tersebut tak tahu apakah mau mengikuti challenge yang diadakan oleh Salim atau tidak. Terlebih lagi, ada juga tantangan yang serupa dari sang penanggung jawab Sayembara Cerpen waktu itu serta dari kak Jee, selaku pembicara di kelas menulis yang baru kali ini diadakan di WhatsApp.

Hanya Allah, Umairah, dan Salim yang tahu akan tantangan dari kak Jee itu. Maka, gadis tersebut langsung menelepon Salim via WhatsApp, karena dirinya masih malas untuk membuka LINE.

Beruntung, tak menunggu waktu lama, lelaki yang ada di seberang sana sudah mengangkat telepon Umairah dengan begitu cepatnya. "Halo, Umair? Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, Salim. Kau sudah pulang, belum? Ada yang mau kubicarakan padamu," ucap Umairah lirih, namun pasti masih dapat didengar oleh lelaki tersebut, yang sedari tadi menjadi partner-nya di bidang kepenulisan.

"Iya, Umair. Aku belum pulang kok. Temui aku di mushola, kita bicarakan semuanya. Kau sudah selesai ujian kah?"

"Hooh, sudah. Aku selalu kalah darimu, hahaha." Terselip sedikit humor dari ucapan Umairah barusan, yang membuat Salim juga tertawa, dan dapat terdengar oleh gadis itu via telepon.

Namun setelah itu, Salim berujar, "Kalau begitu, temui aku di mushola. Jangan pakai lama ya." Lantas, Umairah langsung mengangguk dan mematikan telepon secara sepihak. Kemudian gadis itu segera melangkah cepat menuju Mushola Al-Badar Center yang terletak cukup jauh dari tempatnya tadi.

***

"Salim, aku mau ngomong sesuatu, soal challenge dari kelas menulis yang semalam, eh, maksudku dua hari yang lalu," ujar Umairah sebelum berbicara to the point pada lelaki di hadapannya.

"Memangnya apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Salim, saking penasarannya pada si gadis di hadapannya.

"Kau ikutan challenge itu, tidak?" tanya Umairah kemudian. "Kalau kau ikut, paling tidak, kau bisa gabung ke grup Alumni Kelas Ramadhan yang waktu itu kubilang," lanjutnya.

Salim pun berpikir sejenak akan jawaban yang akan diutarakan pada Umairah. Dia pun bingung juga, mau ikut challenge itu atau tidak. Namun akhirnya, beberapa saat kemudian, dia pun berkata, "Paling tidak, kau harus ikutan challenge yang orang itu berikan via surat yang kau terima waktu itu."

"Surat apa?" Seketika Umairah lupa, apakah waktu itu dia pernah menerima sepucuk surat atau tidak. Namun, Salim takkan pernah lupa, karena dia sendirilah yang memberikan surat itu pada gadis yang disukainya.

"Surat yang waktu itu diberikan. Laksanakan dulu challenge itu, namun boleh diselingi dengan challenge dari username nulisyuk, kalau kau mau repot, sih."

Salim pun tersenyum manis pada Umairah, membuat gadis itu bertanya-tanya dalam hati, "Astaghfirullah, mungkinkah dia yang memberikan surat itu padaku? Sekaligus berbagai hadiah dan segala macamnya?"

Ya Allah, inikah cobaan?

***

To be Continued.

Mind to Vote and Comment?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro