Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Hari ke-26: Kisah Sakrah dan Muklim

"Jangan pernah merasa sendirian selama ini ya. Jangan. Allah akan terus bersama orang-orang sabar dalam kesendiriannya."
-Muklis-

***

Keesokan harinya, Salim diminta untuk pergi ke rumah Muklis. Ada sesuatu yang akan dibicarakan di antara mereka berdua. Apa itu? Lihat saja nanti. Yang jelas, lelaki berkacamata itu harus datang ke rumah temannya yang terletak tak jauh dari rumahnya. Maka, Salim memutuskan untuk pergi ke rumah Muklis dengan berjalan kaki.

Sedangkan Umairah tiba-tiba dikirimi pesan oleh Novi, temannya di SD dulu. Dia mengajak Umairah untuk ikut buka bersama teman-teman SD. Apakah Umairah menerimanya? Tentu saja, setelah diizinkan orang tuanya. Maka dari itu, gadis tersebut memutuskan untuk bersiap-siap pergi ke restoran yang ternyata ada di dekat rumahnya.

***

"Assalamu'alaikum!" seru Salim ketika sudah sampai di depan rumah Muklis. Tak menunggu waktu lebih lama lagi, seorang lelaki yang dimaksud keluar dari rumah seraya menjawab, "Wa'alaikumussalam, silakan masuk, Salim!"

Tanpa basa-basi, Salim yang kini telah memakai kacamata itupun masuk ke dalam rumah Muklis. Pintu pun tertutup setelah ini. Mereka berdua pun kini duduk di sofa ruang tamu dan terjadilah perbincangan di antara keduanya. "Ada apa, Muklis? Kok kau menyuruhku ke sini?"

"Ada sesuatu yang ingin kubilang padamu, Salim. Mengenai sekolah lamamu, yang waktu itu kau pernah menjadi murid di sana."

Salim mengernyitkan dahinya. Rasanya, dia pernah menjadi murid lama di sana, tetapi pada saat SD sampai SMP, sedangkan dia barulah pindah ke kota lain pada saat SMP kelas tiga. Lalu, apa yang dipikirkannya saat ini? Pasti mengenai bukber dengan teman-teman yang pernah hinggap di masa lalunya.

"Lalu, apa yang mau kau katakan soal bukber dengan teman SD atau SMP?" tanya Salim kemudian.

Muklis menghela napas sejenak, setelah itu barulah dia berkata, "Jadi soal bukber, mereka mengajakmu ke sana, tetapi kuyakin kau takkan bisa ke sana, bukan? Semuanya berkumpul dalam satu kota yang sama, kota asalmu, Salim! Di Pekanbaru 'kan?"

"Aku ingin sekali ke sana, tetapi aku belum sempat berpamitan dengan Umairah ...."

Muklis pun memahami perasaan dari hati Salim yang terdalam untuk Umairah. Lelaki itu kemudian memeluk temannya yang kini menangis terisak-isak karena terlalu sering memikirkan seorang gadis yang sangat berhati mulia seperti Umairah.

"Jangan sedih, Salim. Nanti kalian akan ketemu lagi kok. Kita bukan mengajakmu untuk tinggal di sana juga kok."

Meskipun perkataan Muklis itu benar adanya, tetapi tetap saja Salim merasakan hal yang sama. Dia tak mungkin bisa berbahagia dengan teman-temannya di sana, sebahagia Umairah yang katanya juga akan mengadakan buka bersama dengan teman-teman SD.

"Asal kau tahu, selama ini aku tak merasa nyaman dengan teman-temanku sendiri. Mau tahu? Aku aja ditinggal sama teman-temanku sendiri waktu buka bersama di sekolah. Tak ada satu pun yang berniat untuk mengikuti buka bersama di sana.

"Semuanya aku sendiri. Aku selalu sendiri selama beberapa hari ini, hingga pada saat Umairah memutuskan untuk pergi, ... lengkaplah sudah kesendirianku ini," jelas Salim lirih.

Muklis pun merasa terenyuh ketika mendapati bahwa segala yang diceritakan oleh temannya itu sangatlah menyedihkan, sampai-sampai dia berniat ingin menghajar mereka satu per satu, karena telah merenggut kebahagiaan Salim.

Maka, Muklis pun berkata, "Salim, tetaplah bersamaku ya. Insyaa Allah kau akan baik-baik saja. Jangan pernah merasa sendirian selama ini ya. Jangan. Allah akan terus bersama orang-orang sabar dalam kesendiriannya."

"Iya, Muklis. Terima kasih banyak ya. Karena kau, aku merasakan arti dari persahaban yang kita jalin selama ini."

Muklis hanya tersenyum. Semua terasa indah ketika dia bersama Salim, teman yang satu ini. Menurut Muklis, Salim adalah orang yang baik, sangat senang membaca sampai-sampai dia ingin membuat artikel dan segala yang bermanfaat di Instagramnya.

Beruntunglah mereka berdua. Insyaa Allah, persahabatan antara Muklis dan Salim yang dibangun di atas ketulusan akan selalu abadi selamanya.

***

"Umairahhh! Assalamu'alaikum!"

Ceritanya, ada seorang gadis yang terniat sekali untuk datang ke rumah orang yang satu ini. Padahal, jarang sekali Umairah menerima tamu dari siapa pun. Makanya si tuan rumah itu terkejut setengah mati, meski pada akhirnya dia membukakan pintu untuk sang tamu.

"Wa'aalaikumussalam. Novi?"

Tanpa membalas panggilan dari Umairah, Novi lantas memeluk gadis itu bukan main. Bagaimana tidak, dirinya saat ini sedang melepas rindu dengan temannya yang sudah lama tak dijumpainya.

"Umairah apa kabar? Sehat 'kan?" tanya Novi di dalam pelukannya dengan Umairah. Lantas, gadis yang ditanya itupun menjawab, "Alhamdulillah baik. Kalau kau?"

"Sama."

Sejujurnya, ingin sekali Umairah melepas rindunya dengan teman-teman di zaman SD dalam waktu yang tak singkat. Tetapi apa daya, dia belum merasa siap dengan baju yang dikenakannya, ditambah lagi ternyata ada dua orang lelaki dan juga suara klakson motor yang terdengar oleh dua orang gadis di depan rumah itu.

"Kalau begitu, aku siap-siap dulu ya." Umairah pun masuk kembali ke dalam rumah untuk bersiap-siap, sedangkan Novi, Sakti, dan Jack setia menunggu teman mereka hingga selesai. Untung saja tak membutuhkan waktu yang lama, sehingga Umairah bisa berboncengan dengan Novi untuk sampai di restoran Ayam Geprek yang dimaksud.

***

"Hai, Umairah! Lama tak ketemu nih!" seru beberapa orang yang sudah siap dengan segala makanan dan minuman yang telah disajikan.

Umairah pun membalas seruan mereka, pertanda dia juga merasakan hal yang sama. Begitu besar rasa rindunya setelah lima tahun menjadi murid di seberang, beda dengan teman-temannya yang lebih memilih sekolah di dekat rumah masing-masing.

Setelah itu, Umairah duduk di samping Sakti. Mereka saling berbincang-bincang satu sama lain, sampai-sampai keduanya membahas tentang Sakti yang waktu itu pernah singgah di sekolah Umairah. Begitu banyak hal yang diceritakan oleh sepasang sahabat yang telah menjalin ikatan itu sejak lama.

Ya, dari TK-lah semuanya bermula.

Sedangkan Jack dan Novi duduk bersebelahan juga, serta berhadapan dengan Sakti dan Umairah. Mereka juga melakukan hal yang sama seperti yang lain.

Hingga pada satu jam kemudian, sang ketua "penyelenggara" acara buka bersama, Mira, mengajak semua yang hadir untuk berfoto bersama.

"Hello, ladies and gentlemen! Ayo kita berfoto bersama! Terima kasih sudah datang ke acara buka bersama ini. Semoga ke depannya kita dapat berjumpa kembali!" seru Mira kemudian, yang disahut dengan tepukan tangan yang cukup meriah dari semua yang hadir.

Sakti dan Umairah pun kemudian saling memandang satu sama lain, saling melemparkan senyuman terbaiknya, hingga salah satu di antara mereka memalingkan mukanya, kembali menghadap Mira.

"Ingin sekali rasanya aku bisa berbincang-bincang lebih lama dengan Sakti, tetapi apa daya ... dirinya mirip dengan Salim. Keduanya sama-sama baik, entah kapan semuanya akan berubah, aku pun tak tahu," ucap Umairah dalam hati, setelah berpaling dari Sakti.

"Andai saja kita berada dalam satu sekolah, satu organisasi, dan bisa jadi satu kelas, aku akan menceritakan banyak hal padamu, tentunya selama kau pergi menuntut ilmu ke seberang. Umairah, jaga dirimu baik-baik ya. Aku sangat mendukung apa yang ingin kau raih," ujar Sakti, dalam hati juga.

***

Ket:
-Sakrah adalah Sakti dan Umairah.
-Muklim adalah Muklis dan Salim.

***

To be Continued.

Mind to Vote and Comment?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro