Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Hari ke-15: Sudah Separuh Jalan

"Kuyakin bahwa suatu saat kita akan bertemu lagi, di bawah langit yang menyaksikan semuanya."
-Umairah-

***

Ujian Kenaikan Kelas untuk kelas sebelas tingkat SMA memang sudah berakhir. Tetapi masih ada lagi ujian-ujian yang harus ditempuh oleh Umairah dan kawan-kawan, seperti tugas-tugas Fisika yang harus segera dikumpulkan pada hari berikutnya.

Seluruh warga kelas di mana Umairah berada, mendapat sebuah kabar yang mengejutkan dari seorang teman sekelas mereka yang bernama Yanti. Kebanyakan dari mereka harus menuntaskan tugas Remedial dan Proyek Essay. Itulah yang membuat Umairah dan kawan-kawan menyesal karena telah memiliki guru seperti bu Malika.

Bu Malika adalah seorang guru Fisika yang dikenal tegas dan tak tanggung-tanggung ketika memberi tugas. Rata-rata semua murid yang diajar oleh beliau itu harus mengerjakan satu bab penuh tiap satu kompetisi yang diujikan, sebagai tugas perbaikan nilai.

Itulah yang membuat sebagian besar murid merasa jengkel pada bu Malika. Namun, ada satu orang di kelas tersebut yang berusaha untuk menahan rasa kekesalannya kepada beliau, yaitu Umairah. Dia dipercaya sebagai administrator untuk nilai-nilai Fisika untuk satu kelas. Namun kali ini, tugasnya kembali diambil alih oleh beliau.

***

Sesampainya di sekolah, Umairah menunggu kedatangan bu Malika. Untung saja dia tak sendirian, karena sudah ada seorang gadis lain yang menemaninya. Siapa lagi kalau bukan Risya?

"Hai, Risya. Assalamu'alaikum!" sapa Umairah.

"Wa'alaikumussalam, Umairah. Aku sudah menyelesaikan esai kita nih. Esai kelompok tentang Pemanasan Global," balas Risya seraya melapor tentang tugas kelompok yang baru saja selesai dilakukannya.

For your information, sebenarnya Umairah sudah membuat esai kelompok itu dalam satu kertas folio bergaris, hanya saja ... entah mengapa ... bu Malika tetap saja menganggap kelompok itu belum mengumpulkannya sama sekali.

Alhasil, Risya-lah yang merelakan dirinya untuk membuat esai kelompok itu secara keseluruhan, meski mereka tak tahu bahwa ada seorang lainnya yang juga turut andil dalam kerja sama ini.

Beberapa saat kemudian, datanglah seorang lelaki yang saat ini masuk dalam satu kelompok Fisika yang sama dengan Risya dan Umairah. Tanpa mengucapkan salam sama sekali, lelaki yang memakai baju bebas itupun berkata, "Umair, Ris, aku sudah membuat esai kelompok kita nih."

Seorang lelaki yang bernama Ghifar itu langsung saja menyerahkan selembar kertas folio berisi esai yang dibuatnya. Alangkah terkejutnya Umairah dan Risya ketika menerima kertas folio tersebut.

"Aku tak tahu kalau kalian juga membuat esainya. Umairah lama sekali ketika membalas pesanku," ucap Ghifar itu lagi.

Lantas, Umairah merasa bersalah karena dirinya sangat lama dalam membalas pesan-pesan dari orang lain. Seketika itu, dia meminta maaf atas keterlambatan dan juga miskomunikasi yang terjadi. "Maafkan aku ya, Ghifar. Jujur, aku lama sekali ketika membalas pesanmu. Entah mengapa ... belakangan ini aku sibuk," ucap Umairah lirih.

Beruntungnya, Ghifar paham akan apa yang diucapkan Umairah. Lelaki berkulit gelap namun ramah tamah itupun membalas, "Tidak apa-apa Umairah. Aku paham, kok. Anggap saja itu sebagai cadangan kalau saja beliau menghilangkan lagi tugas esai kita."

"Benar juga itu idemu, Ghifar! Aku setuju!" seru Risya kemudian. Lantas, mau tak mau Umairah harus memilih kertas mana yang harus dikumpulkan. Apakah itu tulisan tangan Ghifar ataukah yang dibuat oleh Risya? Gadis itu merasa sangat kebingungan.

Hingga pada beberapa saat kemudian, Ghifar pun mengeluarkan usulnya. "Kalau gitu punyaku dijadikan cadangan saja. Siapa tahu beliau nantinya menghilangkan tugas kita," ucap Ghifar kemudian. Lantas, Umairah dan Risya pun setuju akan hal itu.

Tiba-tiba, datanglah lagi seorang gadis yang menghadap Ghifar, Umairah, dan Risya. Dia adalah Zenith. "Zen, tugas yang dalam bentuk PPT itu sudah selesai dibikin?" tanya Umairah, langsung to the point. Zenith pun mengangguk riang dan memberikan sebuah flashdisk kepada Umairah. "Jaga ini baik-baik ya Umair. Nanti aku tak ikutan mengumpulkan tugas. Biar saja kau sebagai perwakilan menghadap ke bu Malika."

Umairah pun mengangguk perlahan sambil menerima sebuah flashdisk yang dijadikan sebagai barang amanah di tangannya. Sedangkan Ghifar dan Risya hanya terdiam bisu. "Sudah dulu ya. Aku mau ke tempat lain dulu, kalau ada apa-apa temui aku di dekat tangga yang satunya." Setelah berkata demikian, tanpa menunggu balasan dari Umairah, Ghifar, dan Risya, Zenith pun beralih tempat.

***

Umairah masuk ke ruang guru bersama Ziah. Keduanya siap untuk mengantarkan tugas, mewakili kelompok masing-masing. Kedua gadis itu juga memegang beberapa buku tulis yang digunakan sebagai tugas remedial. Mereka juga harus menjaga semua tugas yang dibebankan beberapa orang kepadanya.

Hingga pada satu menit kemudian, bu Malika datang dan langsung menuju ke mejanya. Beliau siap menerima segala bentuk tugas dari murid-muridnya, hanya saja saat ini tak boleh ada suasana keramaian di sekitar meja itu.

"Baiklah. Sini tugas kalian," ucap bu Malika kepada Umairah dan Ziah. Keduanya langsung beralih posisi ke sebelah beliau sambil memerhatikan daftar nilai yang kosong dan akan diisi.

Namun beberapa saat kemudian, terdengar bunyi dari nada dering di ponsel Umairah. Lantas, gadis itu langsung mencari benda pipih itu dan mengeluarkannya. Alangkah terkejutnya ketika Salim memanggilnya via LINE. Seketika, gadis itu langsung menjauhi bu Malika dan Ziah yang masih fokus dengan urusan mereka.

Dijawabnya panggilan masuk itu.

"..."

"Ya, wa'alaikumussalam?"

"..."

"Bukankah aku sudah bilang kalau aku itu lagi bertemu dengan bu Malika, Lim?"

"..."

"Lho, kenapa kau tak pergi ke sekolah? Ada masalah?"

"..."

"Kalau kau mau izin, izin saja ke ketupatnya, jangan ke aku! Dasar Salim, kau tak tahu apa-apa deh!"

"..."

"Iya, Salim. Aku minta maaf juga ya. Oke, wassalamu'alaikum."

"..."

Panggilan telepon pun terputus karena Umairah yang memutuskannya. Lantas, gadis itu kembali ke tempat yang semula, karena urusannya dengan bu Malika belum sepenuhnya selesai.

***

Satu jam kemudian, Salim dan Umairah masih saling berhubungan via Instagram. Media sosial yang satu ini pun juga bisa digunakan untuk saling berkirim pesan satu sama lain.

Umairah pun juga sedang berdiskusi dengan tiga orang lainnya yang merupakan pengurus rohis. Mereka saling berdiskusi mengenai kegiatan kerohanian yang akan diadakan di sekolah ini. Ada yang merasa tak sabar, ada juga yang mengeluh karena acara itu diadakan dari tanggal empat sampai tujuh Juni di tahun ini.

Lalu, ke mana Risya? Dirinya juga sedang ada pertemuan atau istilahnya rapat dengan sesama pengurus Japanese School. Hingga pada lima belas menit kemudian, dia melewati mushola dan Umairah pun mengejarnya. "Risyaaaa, tunggu!" seru gadis itu seraya berlari ke arah temannya.

"Iya, Umair? Ada apa? Oh ya, aku baru ingat," ucap Risya seraya mencoba untuk mengeluarkan sesuatu dari tas punggungnya. Setelah itu, barulah dia memberikannya kepada Umairah. "Ada sebuah surat untukmu. Dibaca ya, ini bukan dariku kok," kata Risya itu lagi, lalu beranjak pergi tanpa menghiraukan balasan dari temannya.

Lantas, Umairah yang langsung dilanda rasa penasaran itupun membuka surat tersebut. Alangkah terkejutnya ketika mendapati isi surat yang berikut ini.

Hei, Umairah!

Adikku ingin kembali padamu. Dia ingin mengajakmu bertemu di suatu tempat. Fobianya sudah mulai hilang sih, tetapi dia masih takut untuk menulis surat padamu, jadi akulah yang menulisnya hehehe.

Nanti kuinfokan lagi kapan kami kembali. Sampai jumpa!

-Ik

Umairah mengernyitkan dahinya. Ditemukannya tanda "Ik" di akhir surat. "Jangan-jangan ... kak Ika dan Syifa mau kembali ke sini?"

Kuyakin bahwa suatu saat kita akan bertemu lagi, di bawah langit yang menyaksikan semuanya.

***

Ket:
Ketupat adalah ketua panitia.

***

To be Continued.

Mind to Vote and Comment?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro