Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Hari ke-12: Diskusi dan Apresiasi

"Penting bagi kita untuk mengapresiasi karya orang lain, apalagi jika itu ditulis pada bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah."
-Salim-

***

Ujian Kenaikan Kelas dengan menggunakan sistem online sejatinya masih berlangsung. Sebenarnya, tinggal dua hari lagi untuk waktu efektifnya. Namun, alangkah terkejutnya Umairah ketika menerima suatu berkas yang dikirimkan ke grup Perwakilan Kelas oleh bu Winah.

Isi berkas tersebut adalah sesi ujian ulang. Betapa menyedihkannya ketika Umairah diikutkan dalam ujian ulang, namun ada juga sisi untungnya karena yang diujikan hanya untuk pelajaran Olahraga, sedangkan ada beberapa lainnya yang juga harus mengikuti ulangan Matematika Peminatan dan lainnya. Yang lebih mengejutkan lagi, ujian ulang ini diadakan pada keesokan harinya.

Sekarang, kebingungan pun melanda Umairah. Dia tak tahu bagaimana caranya untuk meminta ayahnya buat mengantar gadis tersebut ke sekolah, karena waktu ujiannya dimulai dari jam dua belas siang.

Namun, dia pun tepis kebingungan itu dengan membuka aplikasi Quipper. Buat apa? Untuk latihan soal Kimia, karena materi pelajaran hari inilah yang harus dipikirkan terlebih dahulu.

Sedangkan Salim masih menantikan Umairah aktif di Instagram. Semenjak malam kemarin, gadis itu tak aktif Instagram, dan semuanya bermula dari InstaStory yang dibuat olehnya.

Lelaki tersebut ada mengirimkan sebuah pesan secara pribadi untuk Umairah. Isinya? Sepertinya meminta gadis tersebut untuk mengerjakan challenge darinya. Jujur, gadis itu belum tahu bahwa orang yang menantangnya untuk melakukan hal yang demikian adalah si Salim.

"Duh, Umairah. Ke mana dirimu? Aktif Instagram dong, aku mau bicara denganmu, nih," ucap Salim pada Umairah yang tak terlihat secara nyata saat ini.

Tetapi, Salim pun akhirnya juga memutuskan untuk menutup aplikasi itu dan kembali berkutat dengan hafalan materi Sosiologi.

***

Sesampainya di sekolah, Salim bertemu dengan teman satu jurusannya. Diketahui bahwa temannya itu sedang bersama dengan seorang pengurus OSIS, dan jenis kelamin mereka sama, yaitu perempuan. Dengan penuh percaya diri, Salim menghampiri keduanya seraya mengucapkan salam. "Assalamu'alaikum, Ningrum dan Luna!"

"Wa'alaikumussalam, Salim!" seru keduanya serempak. "Ada apa, Salim? Mau ngomongin apa sama kami?" Luna, salah seorang dari pengurus OSIS bertanya tentang apa yang ingin Salim bicarakan.

"Soal classmeeting yang nanti diadakan itu, Lun. Sudah pasti belum, tentang tanggal pelaksanaannya?" tanya Salim, secara to the point. "Lalu, soal satu nama yang baru saja aku setor ke kalian, itu sudah dimasukkan juga ke dalam proposal?" lanjutnya.

"Yang namanya Umairah itu ya?"

"Iya, betul. Umairah baru mengajukan dirinya, lagipula, kutahu kalau dia memang ... sedikit ... labil," ujar Salim terputus-putus.

"Sudah kumasukkan kok. Kalian diskusi soal apa yang harus dipersiapkan ya, kupercayakan dua lomba itu kepada kalian, wahai pengurus rohis yang terhormat," ucap Luna, memercayakan dua lomba itu kepada semua pengurus rohis yang terlibat, dua di antaranya adalah Salim dan Ningrum.

Mereka berdua, yang berada dalam jurusan yang sama, hanya mengangguk-angguk kuat seraya berkata, "Insyaa Allah. Kami bersama lima orang lainnya siap membantu menyukseskan acara classmeeting kalian."

"Nah, nanti kalian sudah bisa cari pesertanya sekarang. Ingat, tiap kelas harus diwakilkan minimal satu orang. Tetapi tergantung lombalah, kalau misalnya emang harus dua, ya minimal dua oranglah gitu," kata Luna itu lagi, yang lagi-lagi mendapat sambutan dari Salim dan Ningrum dengan anggukan kepala.

"Kalau kalian mengerti, sudah dulu ya. Aku mau ke lantai atas, soalnya itu ruangan ujianku yang sekarang, hihihi. Wassalamu'alaikum!" seru Luna pada akhirnya, seraya meninggalkan Salim dan Ningrum yang masih sempat menjawab salam penutup itu.

Tak disadari, Umairah ada di sekitar dua orang yang tersisa. Gadis tersebut langsung menghampiri Salim dan Ningrum yang baru saja ditinggal pergi oleh salah seorang pengurus OSIS.

"Assalamu'alaikum kalian!"

"Wa'alaikumussalam, Umairah. What happened?" sahut Salim dan Ningrum secara bersamaan.

"Wah, kalian pandai berbahasa Inggris juga sekarang. Kena kesambet apa nih? Hahaha," kata Umairah sambil tertawa geli kepada kedua orang lainnya.

Lantas, Salim pun langsung membalas, "Ah, tak begitu pandai aku nih, Umair. Kau mengada-ada saja."

"Aku tak mengada-ada, Sal. Aku serius tahu!" seru Umairah setengah berteriak. Pertengkaran kecil antara dua insan yang tadi itu langsung mengundang gelak tawa dari Ningrum di antara mereka.

Setelah terlarut dalam suasana yang cukup santai, Umairah pun bertanya kepada Ningrum, "Ning, kamu di ruangan berapa? Tak naik ke atas?"

"Aku di ruangan empat, alias di laboratorium komputer lantai tiga. Oh ya, sudah mau masuk ya. Duluan, guys. Wassalamu'alaikum!" seru Ningrum seraya melambaikan tangannya dan pergi.

Lantas, Salim dan Umairah langsung menjawab salam itu secara serempak, "Wa'alaikumussalam, hati-hati Ningrum!" Setelah itu, keduanya pun memutuskan untuk berbincang-bincang, lagi?

"Umair, kuakui kau buat ceritanya sangat bagus. Aku sangat menyukainya," ucap Salim secara spontan. Lelaki itu diam-diam menjadi stalker untuk Umairah. Dia selalu saja membaca karya gadis tersebut.

Lantas, ucapan yang barusan itu membuat Umairah tersipu malu. Dia pun berujar dalam hati, "Bisa-bisanya Salim membaca karyaku dari awal sampai akhir ...."

"Aku tahu apa yang kau bicarakan. Biar aku kasih tahu ya. Aku itu senang membaca karya orang lain, tetapi untuk di Wattpad seperti yang kau promosikan itu, aku lebih senang menjadi silent reader. Alasannya karena kutak tahu harus berkata apa ketika membaca ceritamu yang WOW gitu," jelas Salim, seakan-akan tahu apa yang Umairah ingin katakan namun tak sempat terucap.

Bisa disimpulkan bahwa Salim adalah seorang pembaca karya dan pikiran orang lain. Buktinya? Sudah jelas, 'kan?

"Jujur, penting bagi kita untuk mengapresiasi karya orang lain, apalagi jika itu ditulis pada bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah," lanjut lelaki itu lagi.

Maka, Umairah pun hanya bisa terdiam bisu, tak ingin berkata apa pun. Yang ada hanyalah dirinya ingin fokus untuk pelajaran Kimia ke depan. Lantas, gadis itu langsung menaiki tangga miring menuju lantai dua, meninggalkan Salim yang langsung saja menyusul gadis itu.

***

"Ke mana kak Putih ya? Aku sudah menunggu beliau sedari tadi, soal buku antologi itu ...," ujar Umairah lirih. Sedari tadi, dia ingin sekali memiliki buku itu. Hanya saja, niatnya belum tersampaikan sama sekali.

Sebelumnya, Umairah sudah berjanji dengan kak Putih selaku orang yang terlibat dalam pembuatan buku antologi puisi tentang Rindu untuk bertemu di depan gerbang sekolah. Ternyata sampai sekarang belum datang juga, sedangkan jemputan sudah ada di depan mata. Tentu saja gadis itu merasa sangat panik akan apa yang harus dilakukan.

Hingga pada saat orang yang menjemput Umairah itu menghampiri gadis tersebut, dia malah berkata, "Umair, ayo pulang! Nanti keburu Dzuhur!"

Bisa dipastikan bahwa yang menyuruhnya pulang sekarang itu adalah seorang ayah yang terkenal sangat tegas dan tak ingin ketinggalan waktu shalat sedikitpun. Maka, apa yang Umairah katakan? Gadis tersebut menjawab, "Tetapi ayah, Umairah masih menunggu datangnya si penjual buku. Soalnya Umairah mau membeli bu--"

"Sudahlah, Umair. Kau mau belajar atau mau membaca yang lain, huh? Lebih baik pulang. Bukannya ujian belum selesai ya?" potong pria paruh baya itu lagi.

Akhirnya, setelah dirasa perkataan ayahnya itu tak dapat lagi dibantah, Umairah pun memutuskan untuk pulang. Dengan rasa kekecewaan yang meliputi dirinya, gadis tersebut langsung mengontak kak Putih untuk menunda pengiriman buku kepada dirinya.

***

To be Continued.

Mind to Vote and Comment?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro