°•°February (2) - March°•°
FEBRUARY (2)
Aku terbangun, rasa pusing yang amat menyambut diriku. Aku tidak tau sekarang jam berapa tapi dari keadaan di luar jendela kurasa ini sudah sore menjelang malam. Kenapa? Kemana orang yang disuruh menemani ku? Ugh.
Dorm saat ini sangat sepi, hanya terdengar suara tangisku yang tertahan. Rasa sakit menjalar ke seluruh bagian tubuhku. Tak ada orang disini. Kepada siapa aku harus meminta pertolongan?
Ponselku?! Argh sial baterainya habis!
Rasa sakit yang sangat memuakkan, terutama di bagian dadaku, sangat sulit untuk menarik nafas. Banyaknya inhaler yang aku semprotkan tidak bisa membuat rasa sakit ini berkurang. Itu malah membuatku lemas. Kesadaranku rasanya tak dapat lagi kupertahankan, perlahan namun pasti pandanganku kembali menggelap.
Sudah. Tubuhku sudah tak dapat lagi merasakan apa-apa.
Riku POV
-End-
...
MARCH
Tenn POV
-Start-
Tangan kurus itu ku genggam dengan penuh kelembutan, penuh kasih sayang. Satu tanganku memegang sebuah buku, menceritakan isinya pada pemuda di depanku.
"Bagaimana Riku, apa kau menyukai nya?"
"Syukurlah kalau kau suka."
Inilah rutinitas ku sekarang, semenjak adikku terbaring tak sadarkan diri, aku tak tau harus bagaimana lagi. Berbicara seorang diri seolah aku tengah berbicara dengannya. Menyiapkan makanan untuknya, membacakan cerita, bahkan menyanyikan lagu pengantar tidur. Semuanya aku lakukan. Sampai aku sadar. Betapa putus asa nya diriku.
"Lihatlah Riku, sudah musim semi. Tidakkah kau akan bangun dan merengek padaku agar kita berjalan-jalan diluar?"
Tentu saja tak ada sahutan, hanya terdengar deru nafasnya yang kian teratur.
"Kujou ini giliran kami, managermu sudah menunggu di luar."
"Oh, kalau begitu jaga Riku dengan baik, jangan sampai dia telat makan."
"Kujou."
Aku berdiri, tapi sebelum pergi, aku menyempatkan diri memberikan kecupan sampai nanti pada adik tersayangku. Mengelus surainya sebentar lalu melangkah keluar.
Bulan Maret sudah hampir berakhir, tapi Riku belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Aku menyesalkan tingkahku sebulan yang lalu, harusnya aku tidak sok-sokan marah padanya.
Seharusnya aku diam disana dan menjaganya, apalagi aku tau akhir-akhir ini kondisinya sedang labil. Aku kembali teringat malam itu, saat dimana aku hampir tak dapat menyentuh adikku, walau hanya untuk memastikan keadaannya.
Malam dimana Gaku menjadi benar-benar berguna untuk pertamakali nya. Pfft-- mungkin dia memang berguna dari dulu tapi aku saja yang menganggapnya remeh.
Cih sobaman itu! Awas saja kalau dia sampai macam-macam pada Riku! Hah! Coba tadi aku yang pergi, kenapa aku malah pura-pura marah saat Yuuki-san datang kemari. Riku, bagaimana kabarnya ya? Aku mungkin sudah keterlaluan. Baiklah, aku akan kesana.
Saat hendak membuka pintu, aku dihalau oleh Ane-san, jari lentiknya memainkan kunci di depan wajahku. Lah bukannya itu kunci dorm IDOLiSH7?! Dasar uban laknat! Bagaimana dia bisa pergi dengan santainya tanpa membawa kunci cadangan? Dikira Riku akan bangun dan membuka pintu untuknya apa?
"Aku menemukannya tergeletak disana."
Kami berbincang sebentar lalu akupun mengambil kunci itu. Kebetulan Ryuu baru pulang dari minimarket, aku langsung memintanya mengantarku.
Saat tiba disana, perasaan ku menjadi tidak enak.
"Tenn! pintunya rusak!"
Panik Ryuu
Siapa yang merusaknya? Perasaan negatif menyeruak memenuhi relung dadaku. Aku berlari ke dalam, mengedarkan pandangku, mencari sosok berambut merah yang kukenal.
"Riku!" Teriakku.
"Tenn apa itu kau?!" Itu suara Gaku, arahnya dari kamar Riku. Aku dan Ryuu bergegas masuk. Apa-apaan ini. Aku menatap horor pemandangan di depanku.
"Apa yang kau lakukan?!"
Aku mendorong Gaku, berharap itu dapat memisahkan mereka, tapi keduanya malah jatuh bersama.
"Adikmu tak sadarkan diri bodoh! Jangan kasar! Lebih baik kalian minggir dan beri aku jalan!" Tegasnya.
"Apa maksudmu berteriak padaku hah?! Dia adikku!"
"Tenn aku tau, siapapun tau dia adikmu. Tapi tolong dengarkan aku, minggir. Biar aku yang bawa Nanase keluar, apakah ambulans nya sudah datang?"
"Tidak, tidak ada ambulans di depan."
Sahut Ryuu.
"Kemarikan adikku!"
"Tenn! Aku tau kau brocon tapi kali ini pikirkan keselamatan adikmu terlebih dahulu. Kau bisa membunuhku nanti tapi sekarang utamakan Nanase!"
Untuk pertama kalinya aku mendengar kata-kata bijak keluar dari mulutnya, tapi apa maksudnya brocon?! Cih lihat saja nanti Gaku. Aku berlari mengikutinya dari belakang.
"Ryuu antar kami ke rumah sakit!"
Ryuu dengan gelagapan menyusul Gaku dan segera menghidupkan mesin. Aku mengikuti langkah Ryuu, lalu dengan kasar menutup pintu asrama itu, toh pintunya sudah rusak. Aku melesat masuk dan duduk di samping Gaku yang masih memangku tubuh Riku, wajah Riku tak dapat kulihat jelas karena tertutup oleh selimut.
"Gaku apa yang sebenarnya terjadi? Kau apakan adikku hah?!"
Aku mencoba merebut Riku darinya. Tapi tangan nya menggenggam tanganku yang lebih kecil.
"Ck tak bisakah kau lihat Nanase! Dia sedang berjuang antara hidup dan mati! Aku bahkan hampir menangis! Kau kakaknya! Terlebih kau saudara kembar nya, tidakkah seharusnya kau yang lebih mengerti?"
Aku diam, tak lagi bisa berkata apapun. Memindahkan selimut yang menutupi sebagian wajah Riku. Dan dari sanalah dapet kulihat fitur wajahnya. Dia pucat, dan dingin.
Saat sampai di rumah sakit pun, aku tak bisa menemaninya, Gaku lah yang menggendong nya. Aku hanya bisa menonton. Ditemani dengan Ryuu, melihat adikku berjuang melawan maut didalam sana.
"Gaku-"
"Aku mendobrak pintunya," ujarnya memotong pertanyaan ku.
"Aku baru sadar kalau kuncinya hilang saat sudah sampai di depan dorm. Aku terlalu lelah untuk kembali jadi aku menekan bell selama beberapa menit, karena tak kunjung dibukakan aku duduk di depan pintu.
Beberapa jam berlalu sampai pantatku panas pun tak ada yang membuka pintu, karena khawatir Nanase pingsan atau apa aku mendobrak paksa pintunya. Mencari dimana Nanase berada, memeriksa setiap sudut ruangan dan aku menemukannya di kamarnya. Pingsan dalam posisi kepala tertopang diujung kasur dengan inhaler ditangannya.
Saat aku cek suhu tubuhnya bertolak belakang dengan suhu kamarnya yang sangat hangat. Aku membungkusnya dengan selimut lalu menelpon ambulans-"
" Lalu kenapa kau memeluknya!?"
Aku memotong ceritanya.
" Dia menggigil.."
Jawabnya lalu menundukkan kepala
"Begitu. Te-terimakasih sobaman"
"Sama-sama," cengirnya.
"Riku."
Aku mengacak suraiku kasar, setelah dokter keluar dan menjelaskan kondisinya, aku langsung berlari masuk, tak dapat kuterima.
Dimalam itu bukan hanya aku yang bersedih, bukan hanya aku yang merasa bersalah melainkan juga IDOLiSH7, terlebih Re:Vale.
Sejak saat itu aku selalu menunggunya bangun, walau tak selalu disisinya, setidaknya aku akan lega karena ada yang lain yang bisa ku andalkan.
Usai bekerja aku selalu mampir ke toko kue untuk sekedar membeli donat yang nantinya akan kuberikan pada Riku. Walau pada akhirnya akulah yang memakan semuanya.
Aku masuk dengan perlahan, disana ada Isumi Haruka yang sedang memainkan ponselnya.
"Oh kau sudah datang, kalau begitu aku pergi ya."
"Ah yang menjaganya di sore hari kau ya. Terimakasih."
"Hmm."
Dia keluar
"Riku, Tenn-nii pulang. Bagaimana keadaanmu? Lihat aku bawa oleh-oleh."
Aku meletakkan kotak berisi donat itu di atas meja. Menarik kursi dan menduduki nya. Kalau diperhatikan dengan lebih seksama, rambut Riku tertata begitu rapi. Di atas telinganya terselip jepit rambut berbentuk kepala kelinci. Terlihat imut, ini pasti ulah anak itu.
"Riku? Kau anak yang baik, kau pasti tidak akan tega melihat Tenn-nii melewati musim semi tanpamu kan?"
Aku mulai bicara seorang diri.
"Lihatlah pipimu, kurus sekali Riku. Kalau begini, bagian mana yang bisa aku cubit hm?"
Mengelus pipinya lembut, walau ada selang oksigen disana. Mataku teralih pada pemandangan dibalik jendela kaca. Pemandangan kota yang indah berhiaskan lampu-lampu, bak bintang. Menghela nafas lalu menutup tirai.
Aku berencana mengumumkan pada media bahwa kami adalah saudara kembar, aku tidak mau lagi datang ke tempat ini dengan sembunyi-sembunyi. Tapi sebelum itu aku ingin mendengar pendapat Riku secara langsung. Aku tau dari dulu itulah yang dia inginkan tapi, rasanya salah bila kulakukan saat dia sedang dalam kondisi seperti ini.
"Riku, apa kau tak lapar?"
Aku kembali duduk, memandangi wajahnya yang walau kurus tapi tetap cantik. Kau memang malaikat Riku. Paras dan sikapmu kadang membuatku berpikir, bagaimana orang sebaik dirimu bisa menjadi saudara dari orang sejahat diriku?
===============================
Gaje nya luar binasaaaaaaa
Maafkan bila ada typo ya ges ya
Tenn: lu bisa ga sih ngetik huruf a cuma satu jan banyak banyak?!
Riku: // bobo cantek
Tenn: .... Riku pulang! Kita tidur di rumah!
Iori: eits Nanase-san kan tinggal di dorm kami ngapain main bawa-bawa hah
Mitsuki: adek gue sembuh dari penyakit tsunnya.. Alhamdulillah!! Malam ini ada syukuran di dorm ainana woy, yang mau dateng silahkan!!!
Tamaki: aseeeeeek makan gratis
Touma: sip gue dateng
Gaku: // bangga
Tenn: hilih baru juga ga nista di ni chap udah maen bangga aja
Gaku: budu budu
Minami: terimakasih telah berkunjung.. saya belum gajian jadi silahkan ambil Tsukumo-san aja ya~// tabur tabur bunga
Bye bye
Next.....
Ga tau wkwk.. canda
Oke serius
Next..... April
Baru nyadar kalo judulnya maret wkwk
Kalo gaje bilang ya~
Dah bubar bubar!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro